Oleh : Suryan Masrin (Guru dan Pemerhati Manuskrip Bangka dan Sejarah Lokal )
Bekaespedia.com _ Durahim bin Tahir adalah putra dari pasangan Muhammad Tahir dan Sarijah yang lahir pada tanggal 20 November tahun 1922. Nama lengkapnya adalah Abdurrahim, terlahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, yakni Abdurrahim, Ramdah, dan Rais. Ia dilahirkan di kampung Peradong, yang diapit oleh kampong Pangek dan Teritip (Air Nyatoh) Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat.
Istri beliau bernama Animah anak dari Ali orang kampung Mayang, yang kemudian setelah wafat dimakamkan di kampung Keranji – Rambat. Namun sebelum istrinya meninggal dunia, Durahim bin Tahir terlebih dahulu meninggal istri dan anak keluarganya. Sebelum meninggal, istrinya sepeninggal beliau tinggal di rumah mereka bersama dengan anaknya yang bernama Ati di kampung Berang.
Masa Kecil Hingga Dewasa
Tidak banyak kisah yang didapatkan mengenai masa kecil hingga dewasa beliau. Namun demikian, sedikit kisahnya dituturkan dari berbagai rangkuman cerita-cerita yang ada, baik dari anak ataupun keluarga dan karib kerabat.
Durahim bin Tahir, sebagaimana informasi yang penulis dapatkan, waktu kecil hingga remaja beliau tinggal di kampung Peradong, tepatnya di dusun Peradong. Sebagaimana anak pada umumnya, tidak ada yang spesial pada diri Durahim bin Tahir. Ia juga bermain sebagaimana anak seusianya. Seiring perjalanan waktu, Durahim pun beranjak dewasa.
Pada tahun 1942, kira-kira saat berumur 20 an tahun, Durahim bin Tahir bekerja di Perusahaan Negara Timah Bangka (PNTB), nama PT Timah kala itu pada Unit Penambangan Timah Bangka (UPTB) Rambat dan kemudian di UPTB Bendul, jabatan sebagai tukang besi.
Tinggal di Belacan, Rambat, dan Bendul
Semasa bekerja di Rambat, hingga ia menikah beliau tinggal di kampung Belacan. Tidak berapa lama tinggal di Belacan, ia pindah ke komplek perumahan karyawan di Rambat. Pada sekitar tahun 1960 an ia pindah tempat bekerja ke UPTB Bendul. Di sana ia di komplek perumahan karyawan UPTB Bendul. Beliau tinggal di Bendul tersebut hingga pensiun dari UPTB Bendul dan kemudian tinggal di kampung Berang. Disebutkan oleh anaknya, Ia pensiun pada tahun 1970 an.
Pada saat ia bekerja di UPTB Bendul, ia pernah diajarkan oleh orang Belanda tehnik dalam pengelasan dengan gaya berdiri dan atau duduk. Dalam beberapa lama bekerja, pada suatu ketika saat beliau sedang mengelas, mata beliau kena percikan api las dan akhirnya mata beliau sedikit terganggu dalam penglihatan akibat percikan tersebut. Jabatan beliau di akhir masa kerja hingga pensiun adalah sebagai mandor las.
Tinggal di Kampung Berang
Saat tinggal di kampung berang, beliau tinggal di rumahnya bersama dengan anaknya yang bernama Ati. Sesekali juga, beliau tinggal di rumah anaknya yang bernama Sami’ah, yang juga berada di kampung Berang. Selama tinggal di kampung Berang, ada hal yang berbeda yang dilakukan oleh Durahim bin Tahir, yakni setiap hari Jum’at, tepatnya saat melaksanakan shalat Jum’at, beliau selalu pergi ke kampung Peradong shalatnya (di masjid Baitul Mukminin). Ada hal menarik, alasan kenapa beliau pergi shalat Jum’at ke kampung Peradong tersebut, yakni sehabis melaksanakan jum’atan, di masjid tersebut masih melaksanakan shalat zhuhur. Sedangkan di masjid di kampung Berang tidak melaksanakan zhuhur lagi sehabis jum’atan.
Keturunan
Anak keturunan Durahim bin Tahir berjumlah 7 orang, yang tertua Abdullah Sani lahir tanggal 5 Mei 1950, Abdul Kadir lahir pada hari Kamis tanggal 15 April 1952, Ati lahir + pada tahun 1954, Basni lahir pada hari Selasa tanggal 7 Agustus 1956, Sami’ah lahir pada hari Sabtu tanggal 15 November 1958, Amidan lahir di Rambat pada hari Jum’at tanggal 30 Desember 1060, dan Abidin lahir pada hari Jum’at tanggal 14 Agustus 1964. Anaknya yang bernama Abdullah Sani, Ati, dan Sami’ah tinggal di kampung Berang, Abidin tinggal di kampung Simpang Gong, dan Amidan tinggal di kampung Selindung Desa Air Putih Muntok. (BERSAMBUNG)