Oleh Rusmin Sopian
Riuh suara gagasan terus bergemuruh. Selama tiga hari terhitung hari Kamis (19/10) hingga sabtu (21/10), suara itu tidak henti bergaung memenuhi Gedung pertemuan Majapahit Pusmet Mentok, Bangka Barat.
Tak kurang ratusan peserta dari tujuh Kabupaten dan Kota di Bangka Belitung hadir dan menyuarakan gagasan mereka tentang kebermajuan kebudayaan daerah negeri Serumpun Sebalai.
Tak kurang dari seratus budayawan, pegiat budaya, sejarawan hingga para Pamong Budaya terus menggemakan suara gagasan untuk kebermajuan dunia kebudayaan Bangka Belitung yang dipandu para tokoh budaya dan sejarawan. Mulai dari Yan Megawandi, Akhmad Elvian, Ahmadi Sopyan (Atok Kulop) hingga Willy Siswanto.
Banyak gagasan tentang kebudayaan yang tersampaikan. Banyak persoalan tentang kebermajuan kebudayaan di daerah ini yang disuarakan. Semuanya untuk kebermajuan budaya negeri Serumpun Sebalal. Tak ada yang menyuarakan suara kegelisahan personal.
Muaranya sudah pasti untuk martabat kebermajuan kebudayaan daerah Bangka Belitung. Tujuannya fokus kepada harkat dan maruah budaya daerah Negeri Serumpun Sebalai.
Apa yang disuarakan para peserta tentu harus dikawal dengan elegan lewat cara-cara berbudaya khas Bangka Belitung.
Suara yang bergema lewat prosais yang dilantunkan para budayawan dan pegiat kebudayaan ini, tentunya tidak hanya sampai di ruang pertemuan itu.
Apalagi hanya dalam bentuk catatan-catatan diksi yang terkadang menimbulkan perdebatan dalam persepsi masing-masing para peserta.
Tentang Balai Pelestarian Kebudayaan yang harus dimiliki Provinsi Bangka Belitung, Taman Budaya, Museum Daerah hingga gedung kesenian dan kebudayaan yang representatif tentunya sudah patut didengar para pemangku kebijakan dan penguasa yang terkadang alpa dengan kebermajuan kebudayaan daerah yang menjadi elemen kardinal dalam mengeskalasi nama daerah ke pentas nasional.
Soal dana abadi kebudayaan, tentang Dinas Kebudayaan yang otonom di tingkat Provinsi dan Kabupaten dan sederet pemikiran ciamik yang tercatat dalam produk rembuk Budaya Bangka Belitung tahun 2023, adalah bentuk produk pemikiran rembuk Budaya para kaum budayawan, pegiat budaya hingga para pemikir kebudayaan daerah ini di Kota Mentok.
Sebagai warga Negeri Serumpun Sebalai, kita meyakini dengan semangat budaya rembug yang merupakan kasta tertinggi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari di Negeri Serumpun Sebalai ini, bahwa apa yang telah tercatat dan tertulis akan menjadi sebuah kehidupan baru dunia kebudayaan daerah Bangka Belitung.
Tiba-tiba ingat dengan Pak Cik Krio Pemantun hebat yang tampil di berbagai negara Malaysia.
Tiba-tiba teringat nasi kotak Pak Ateng Rosyadi pemantun dari Negeri Junjung Behaoh yang tertinggal.
Terima kasih untuk para budayawan, pegiat budaya dan para narasumber berkasta tinggi untuk pencerdasan kebudayaannya.
Terima kasih Kota Mentok. Teringat kisah lama saat menyusun diksi indah untuk meraih empati gadis Mentok menjadi istri dan ibu dari anak-anak.
Yo kite menjunjung tinggi budaya Negeri Serumpun Sebalal.
Yo kite menjaga budaya negeri ini.
Habang, Minggu 22 Oktober 2023.