PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI MEMBACA CEPAT MELALUI PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI SMP NEGERI 1 SIMPANG RIMBA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ukin Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dan Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi Tugas PPG Dalam Jabatan

Ahmad Rozi Guru SMP Negeri 1 Simpang Rimba

Oleh : Ahmad Rozi

Seperti yang telah kita ketahui bahwa bahasa Indonesia yang kita pakai sekarang ini berasal dari bahasa Melayu, suatu bahasa yang hidup di daerah Riau dan Johor. Bahasa Indonesia yang semula atau pada masa-masa awal berfungsi sebagai bahasa penghubung, dari waktu ke waktu mengalami pekembangan sedemikian rupa sehingga menjadi bahasa perstuan yang pada akhirnya menyandang kedudukan sebagai bahasa negara dengan fungsi sebagai bahasa ilmu pengetahuandan teknologi. Sejak dicetuskanya Sumpah Pemuda, dengan butir ketiga berbunyi “ kami putra putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”, berubahlah bahasa Indonesia dari bahasa penghubung (lingua franca) menjadi” bahasa persatuan.

Kedudukan dan fungsi bahasa

Yang dimaksud kedudukan dan fungsi bahasa ialah status relatif bahasa sebagai sistem lembaga nilai budaya, yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang berhubungan dengan bahasa yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan fungsi bahasa ialah peran bahasa yang bersangkutan didalam masyarakat pemakainya.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai

1 .lambang kebanggaan nasional,

2. lambang indetitas nasianol,

3. alat pemersatu berbagai kelompok etnik yang berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, serta

4. alat perhubungan antarbudaya dan antar daerah.

Selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara, sesua dengan ketentuan yang terdapat dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bab VX, Pasal 36, yakni Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.

Dalam kedudukan sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai

  1. bahasa resmi kenegaraan,
  2. bahasa pengantar resmi dilembaga pendidikan
  3. bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional,
  4. bahasa resmi untuk pengembangan kebudayaan nasional,
  5. sarana pengembanagn dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern,
  6. bahasa media massa,
  7. pendukung sastra Indonesia
  8. pemerkaya bahasa dan sastra daerah.

Model Pembelajaran STAD

Menurut M.Hosnan, ( 2014: 337) model pembelajaran adalah kerangka konseptual/oprasianal, yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan, dan melaksanakan aktivitas pembelajaran  .

Dalam pembelajaran kooferatif (cooperatif Learning) ada beberapa variasi yang dapat diterapkan menurut Slovin,

  1. STAD = Student Teams Achievement Devision
  2. Jigsaw
  3. Make a Macth (Cari Pasangan)
  4. Cooperatif Sript
  5. Tink Pair and Share (Pikir Bareng dan Berbagi)
  6. Numbered Head Together (Kepala Brenomor)
  7. Modification Numbered Head (Kepala Bernomor Struktur)
  8. Snowball Throwing (Gelundungan Bola Salju)

Hosnan, (2014: 244-255) Pendekatan Saitifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21.

Pada penelitian ini penulis menggunakan pembelajaran Cooperatif Learning model STAD (Student Teams Achievement Division) maka kesempatan ini penilis harus mengurakan tentang pembelajaran Cooperatif Lerning model STAD.

Pembelajaran kooperatif model STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuaan siswa yang hetrogen, dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhamna dan langsung dari pendekatan koopeatif. Metode ini palinh awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di Jhon Hopkin University, di Amerika Serikat dengan menyediakan belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kalaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permaalahan .

Dalam model pembelajaran ini, masing-masing kelompok branggotakan 4-5 orang yang terbentuk dari anggota yang heterogen terdiri atas laki-laki dan perempuan, yang terdiri dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerja sama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari komponen utama berikut.

-Penyajian kelas. Guru memberikan materi pembelajaran sesua dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembanagn dan latihan terbimbing.

-Kegiatan kelompok. Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

-Kuis (Quizzes). Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangn dan keberhasilan kelompok.

-Skor kemajuan (perkembanagn ) individu. Skor perkembangan individu ini tidak berdasarka skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampaui rata-rata siswa yang lalu.

-Penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelmpok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.

Langkah-langkah strategi STAD adalah sebagai berikut.

-Membntuk kelompok secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain)

-Guru menyajikan materi pembelajaran.

-Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-angota kelompok. Anggota kelompok yang tahu menjelaskan pada anggota lainyan sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

-Guru mmberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis, tidak boleh saling membantu.

-Pembahasan kuis dan memberi evaluasi.

-Kesimpulan. (Hosna, 2014: 245-246).

Membaca Cepat dan Efektif

Pada masa ini, hampir berbagai sisi kehidupan terjadi perubahan yang sangat cepat, bahkan kadang-kadang tidak terduga. Jika beberapa tahun yang lalu orang hanya dapat mengandalkan informasi dari berbagai sumber, seperti surat kabar, majalah berita televisi, atau radio, sekarang timbul imformasi baru, yaitu internet yang merupakan suatu jaringan informasi digital yang mendayagunakan komputer dan satelit. Akan tetapi, perlu dicermati bahwa untuk kemampuaan yang dituntut dan tidak berubah, yaitu kemampuaan menyimak dan membaca dari si pencari informasi. Sifatnya digital dan elektronis dari sumber informasi yang cepat,kemampuaan menyimak dan membaca tersebut bukan sekedar dapat menyimak dan membaca, melainkan menyimak dan membaca secara cepat. Bahkan untuk keterampilan membaca, Laksono Kisyani, dkk dalam, Beldrige (Harras dan Silistiningsih, 2011: 3.3) menyatakan bahwa setiap calon cendikiawan abad modern ini dituntut untk membaca 850 kata / menit. Jadi apabila kita yang hanya mampu membaca 250 kata / menit, dalam seminggu kita harus membaca kira-kira 56 jam, artinya 8 jam / hari atau sama denga jam kantor normal. Padahal, masih banyak tugas lain dan penting menanti kita. Oleh sebab itu, kita dapat memanfaatkan waktu dengan efisien maka kita perlu memiliki keterampilan membaca cepat.

Membaca cepat suatu keterampilan dan yakinlah bahwa keterampilan ini dapat dilatih. Keberhasilan kita dalam menguasai dan mempraktikan teknik membaca cepat akan sangat bergantung pada sikap kita, keseriusan kita, dan kesiapan untuk memcoba melatihkan teknik tersebut. Untuk itu, apabila kita belum dapat membaca cepat kita harus berkeinginan unutk memperbaikidan merasa yakin bahwa kita akan dapat melakukan itu.

Berbagai kegunaan membaca cepat, diantaranya adalah sebagai  berikut

  1. Membaca cepat menghemat waktu
  2. Membaca cepat membuahkan efisiensi dan aktivitas
  3. Membaca cepat memperluas cakrawala mental
  4. Membaca cepat membantu berbicara secara efektif
  5. Membaca cepat membantu Anda menghadapi ujian/tes
  6. Membaca cepat menjamin Anda selalu mutahir
  7. Membaca cepat memiliki nilai yang menyenagkan dan berguna. (Krysyani Laksono 2011: 3.6-3.7)

Pada dasarnya,ada beberapa upaya untuk meningkatakan membaca cepat seseorang. Menuryt Nurhadi (Krystiani Laksono 2011: 3.10) menyatakan bahwa kecapatan membaca dapat ditingkatkan dengan (1) mengetahui metode dan teknik pengembanagn keceptan membaca, (2) berlatih secara intensif,(3) membiasakan diri membaca dengan cepat. Ada kebiasaan membaca yang sangat mempengaruhi kemampuaan dalam membaca cepat seseorang. Kebiasaan kurang tepat dalam membaca cepat ,(1) membaca bersuara, membaca bersuara adalah mendengarkan kata-kata dalam benak kita sendiri,(2) Regresi; Regresi adalah gerakan mata mundur pada saat membaca,(3) membaca sambil menunjuk teks yang dibaca.

Setelah melakukan penelitian dalam 3 siklus ternyata perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh penulis dapat memperbaiki kekurangan dan kelemahan pembelajaran sebelumnya.

Pada pembelajaran sebelum dilaksanakan perbaikan ( pra siklus ) siswa yang kurang aktif, tidak memiliki semangat atau motivasi belajar, siswa yang takut menjawab pertanyaan guru dan tidak ada keberanian untuk bertanya terlihat hasil belajarnya sangat rendah dan hanya 8 orang siswa atau 44,4% dari 27 siswa yang tuntas dengan nilai rata – rata 64,3.

Untuk mengatasi kekurangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, maka peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran dalam 3 siklus dengan menggunakan metode kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD). Hasil yang dicapai setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran diantaranya :

  1. Siswa lebih mudah memahami materi pelajaran.
  2. Siswa berani maengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat.
  3. Siswa merasa senang dan aktif mengikuti pembelajaran.
  4. Hasil evaluasi siswa lebih meningkat.

Keberhasilan penelitian ini terlihat jelas pada deskripsi temuan dan refleksi pada siklus III, ternyata penerapan metode pembelajaran koooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) dengan menggunakan media media cetak (teks bacaan)dan stop watch dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan siswa dalam pembelajaran. Tujuan pembalajaran tercapai dengan baik dan hasil pembelajaran meningkat dan memuaskan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *