Oleh : Ummi Sulis
Bekaespedia.com _ Hari Kamis adalah pelajaran IPAS setelah istirahat pertama. Para siswa yang kemerah-merahan masih berkipas-kipas akibat gerah habis olahraga. Walau waktu masuk telah tiba, mereka masih merah-merah seperti baru diangkat dari rebusan. Beginilah mengajar anak-anak yang selalu kebablasan olahraganya.
“Yok dibuka buku IPAS kalian, baca dulu 10 menit. Sambil menunggu keringatnya berhenti mengalir. Jangan membaca sepintas, ya, membaca memindai. Isi bacaannya dipindai ke dalam isi kepala, biar ingat.” Bu Guru memerintahkan mereka membaca. Sambil berkipas-kipas, mereka membaca buku IPAS tentang menghargai perbedaan alias toleransi adalah salah satu cara menjaga persatuan dan kesatuan.
“Perbedaan fisik yang kita kenal istilah ras, adalah budaya yang baik untuk dilestarikan.” Bu Guru menjelaskan. “Warna kulit, mata, rambut, itulah ras,” lanjutnya.
“Perbedaan darah, Bu? Mengapa ada orang berdarah biru?” tanya anak-anak yang duduk di belakang.
“Tidak ada orang berdarah biru. Semua darah merah. Warna merah pada darah karena mengandung hemoglobin.” Bu Guru menjelaskan.
“Tapi, Bu, pangeran itu berdarah biru.” Mereka sibuk membenarkan jawabannya.
“Tidak ada itu, darah biru cuma istilah untuk orang keturunan bangsawan, orang ningrat, keturunan raja. Kalau diambil darahnya tetap merah.” jelas Bu Guru.
“Oh, kirain ada darah biru.” Ayu menganggukkan kepala ber-oh ria.
“Nah, darah belalang hijau, darah ulat juga hijau. Ada yang bening. Semua makhluk itu ada darahnya, cuma tidak semua makhluk berdarah merah. Tergantung ada tidaknya hemoglobin dalam darahnya.” Bu Guru menjelaskan lagi.
Lah, bukannya belajar llmu sosialnya, malah belajar ilmu alamnya, tapi kalau tak dijelaskan, malah mereka gak paham-paham kalau darah manusia itu merah, bukan biru. Ya udahlah, waktunya istirahat.