Meilanto
Ungkapan tradisional merupakan kalimat atau perkataan yang mengandung kiasan mengenai suatu maksud yang harmoni dengan sudut pandang, sikap, dan tindakan yang berpegang teguh pada peraturan, adat dan kebiasaan yang diturunkan dalam kelompok komunitas.
Ada banyak ungkapan tradisional yang diwariskan secara tidak langsung dari pendahulu kita yang saat ini sudah mulai jarang kita dengar. Salah satunya ungkapan Macem Tunggul Seruk.
Tunggul Seruk bagian pangkal kayu seruk / seru / Puspa (Schima wallichi). Bagian pangkal (pungkak) biasanya masih menyisakan sedikit dan bagian batang sudah ditebang. Tunggul Seruk lama kelamaan akan muncul tunas baru atau bahkan akan mati. Jika mati maka Tunggul Seruk akan menghitam dan seiring waktu akan habis dimakan rayap atau pelapukan.
Ungkapan tradisional macem Tunggul Seruk sering diucapkan kepada anak-anak yang enggan menuruti atau mendengar nasihat orang tua atau membantu orang tua. Anak itu bisa diam, enggan berbicara, sibuk dengan aktifitasnya atau bahkan melawan. Biasanya orang tua akan menyebutkan, saro ge Made ikak ne, macem Made Tunggul Seruk.
Anak yang enggan berhenti dari aktifitasnya, mendengar nasihat orang tuanya diibaratkan Tunggul Seruk. Sebenarnya Tunggul kayu apapun memang diam hanya saja orang tua mengkiaskannya dengan Tunggul seru tidak dengan Tunggul kayu lain.
Apakah masih sering mendengar ungkapan Macem Tunggul Seruk?