*Oleh H. Johan Muhammad Nasir,M.Pd*
*Ketua PD DMI Kota Pangkalpinang*
Imam asy-Syafi‘i rahimahullah berkata :
خير الدنيا والآخرة في خمس خصال غنى النفس وكف الأذى وكسب الحلال ولباس التقوى والثقة بالله تعالى على كل حال
“Kebaikan dunia dan akhirat terletak pada lima hal, yaitu kaya hati, tidak mengganggu, penghasilan halal, hati yang tertutup pakaian takwa, dan yakin dengan Allah dalam setiap kondisi” (Bustanul Arifin karya an-Nawawi, Hal. 113).
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, hal tersebut adalah takdir yang harus kita pahami dan mengerti maknanya.
Maka dari itu jangan pernah iri dan mencoba untuk menjadi seperti orang lain. Jadilah dirimu yang selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik di antara lainnya.
Daripada sibuk membandingkan diri sendiri dengan keadaan yang orang lain miliki, lebih baik fokus terhadap diri sendiri sehingga menjauhkan kita dari sifat sering mengeluh.
Dengan seperti itu, kita akan menjadi pribadi yang lebih baik. Tetap bersyukur dan bangga dengan keadaan diri sendiri yang sederhana apa adanya
Cintailah suadaramu di bumi manapun mereka bermuqim, tebarkan kebaikan di bumi manapun kita bertapak, sambungkan ikatan persaudaraan, ajak mereka dalam memakmurkan masjid, lindungi mereka yg butuh perlindunganmu, ajaklah mereka bermusyawarah dlm urusan apapun…dan jadilah sebaik baik manusia melalui manfaatmu kepada sesama, maka beramallah dan cukuplah Allah yang menjadi juri dari perlombaanmu dalam Kebajikan
Rasulullah shollallaahu ‘alayhi wasallam bersabda,
Bersabarlah, karena tidaklah datang suatu zaman pun kecuali zaman setelahnya lebih buruk dari zaman sebelumnya.” (HR. Al Bukhori)
Demikianlah Nabi shollallaahu ‘alayhi wasallam mengabarkan.
Namun orang yang bahagia adalah yang ketakwaannya tak berubah walaupun fitnah semakin berat.
Ibnul Jauzi rohimahullah berkata, ketahuilah, zaman itu tak akan menetap di atas satu keadaan.
Terkadang fakir, terkadang kaya, terkadang mulia, terkadang terhina, terkadang membuat tertawa orang yang mencintai kita, dan terkadang membuat tertawa orang yang memusuhi.
Namun orang yang bahagia itu adalah yang selalu berpegang kepada satu pokok dalam setiap keadaan, yaitu takwa kepada Allah ‘Azza wajalla
Jika ia kaya maka ketakwaan menghiasinya.
Jika ia fakir, ketakwaan membuka pintu pintu kesabaran.
Jika ia sehat, sempurnalah kenikmatannya.
Jika ia sakit, ia tetap tabah menerimanya.
Tidak membahayakannya saat memburuknya zaman, atau membaik, atau kelaparan atau musim kenyang. Karena semua itu akan pergi dan berubah.
Ketakwaan adalah sumber keselamatan dan penjaga yang tak pernah tidur.” (Shoidul Khothir 1/39)