DARI PANGKALPINANG PANGKAL KEMENANGAN BAGI PERJUANGAN (BUNG KARNO DI BALAI GEMEENTE/HAMINTE PANGKALPINANG 6 JULI 1949 ( 75 TAHUN YANG LALU)

Oleh : Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, CECH (Sejarawan dan Budayawan Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia)

Bekaspedia.com _Peranan Bangka dalam revolusi kemerdekaan Indonesia antara Tahun 1948-1949 saat pemimpin Republik diasingkan sangat besar, terutama bagi kelanjutan eksistensi negara hasil Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 dan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Peran tersebut digambarkan dengan indah dalam tulisan Bung Hatta pada satu lempengan logam yang saat ini terpasang di salah satu kamar di Pesanggrahan Menumbing (lempengan tulisan, awalnya berada di Tugu Proklamasi di depan Pesanggrahan BTW), ditulis: “Proklamasi Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Kenang-kenang Menumbing, Di Bawah Sinar Gemerlap Terang Tjuatja, Kenang-kenang Membawa Kemenangan, Bangka, Djogdjakarta, Djakarta, Hidup Pantjasila, Bhinneka Tunggal Ika, 17 Agustus 1951 (Drs. Mohd Hatta)”.

Kemudian peranan pulau Bangka menjadi pusat Diplomasi dunia, Mr. Gafar Pringgodigdo berkata: “Aku merasa ada Dua sumber percaturan internasional di dunia ini, yaitu (di) United Nations dan Bangka”. Selanjutnya Bung Karno berjanji bahwa “merdeka akan datang sebelum matahari terbit di Tahun 1950” dan Bung Karno berpidato di Pangkalpinang pada Tanggal 6 Juli 1949: “Dari Pangkalpinang Pangkal Kemenangan Bagi Perjuangan”.
Bangka, Yogyakarta dan Jakarta merupakan simpul-simpul revolusi Kemerdekaan.

Di Jakarta sudah dibangun Monumen Nasional (Monas) sebagai simbol proklamasi Kemerdekaan dicetuskan, di Yogyakarta sudah dibangun Monumen Yogyakarta Kembali (Monjali) sebagai simbol kembalinya Ibukota Republik Indonesia dari Sumatera (somewhere in the jungle) dan dari “Ibukota Bayangan” di Bangka. Yogjakarta menurut Bung Karno menjadi termasjhur oleh karena djiwa-kemerdekaannya. Hidupkanlah terus djiwa-kemerdekaan itu, sedangkan Bangka menurut Bung karno:“Rakjat Bangka njata bersemangat republikein, njata berkehendak Bangka masuk dalam daerah Republik. Seseorang pemimpin rakjat Bangka yang tidak berbuat sesuai dengan kehendak rakjat Bangka itu, dan berbuat memisahkan rakjat Bangka dari Republik, adalah berbuat bertentangan dengan demokrasi, bahkan mengchianati demokrasi itu. Akan tetapi di Bangka hingga saat ini belum ada monumen sebagai Penanda Sejarah “Pangkal Kemenangan” simbol kemenangan bagi kemerdekaan. Kesadaran Sejarah kita sebagai warga bangsa diuji untuk mewujudkannya, bukankah Bung Karno berpesan “Jasmerah” (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *