Penulis: Meilanto
Minggu, anak laki-laki penulis melihat sekerinan ayam betina dan 6 ekor anaknya. Ayam betina itu sepertinya baru turun dari reban. Hal itu bisa dilihat dari anak-anaknya yang masih kecil dan lucu. Ayam betina itu juga sangat emosian. Jika didekati, siap menepur.
Tingkah pola ayam betina dan ke-6 anaknya itu sangat lucu. Menguis-nguis dengan kukunya yang tajam. Sesekali terdengar suara ayam betina seperti memanggil anak-anaknya.
Pertanyaan polos muncul dari anak penulis.
“Yah, ngape ayam tu ngekas-ngekas tanah?”
Mendapat pertanyaan seperti itu, penulis menjawab dengan santai karena dulu sempat membaca buku, mengapa ayam mengais-ngais tanah?
Berikut ini penulis ketengahkan kepada para pembaca mengapa ayam mengais-ngais. Bukan bermaksud menggurui, semoga tulisan ini bermanfaat.
Ayam betina berkawan baik dengan burung elang. Burung elang selalu menemani ayam betina mencari makan. Suatu ketika, burung elang mengajak ayam betina terbang mencari makan di tempat lain. Ajakan elang itu ditolak oleh ayam betina karena dia tidak bisa terbang.
“Kamu tenang saja sobat, dulu saya juga tidak bisa terbang sepertimu. Tapi karena jarum emas ini, sekarang aku bisa terbang bebas meliuk-liuk di udara,” jawab burung elang sambil memperlihatkan jarum emasnya.
“Dengan jarum emas ini, aku menjahit sayapku!”
Ayam betina tertarik mendengar kisah burung elang. Ia ingin terbang seperti burung elang.
“Bolehkah aku meminjam jarum emasmu itu?”
“Tentu boleh sobat. Untukmu apapun akan aku bantu selagi aku bisa!”
“Terima kasih burung elang!”
“Tapi ingat, ya. Kamu saya pinjami jarum emas ini hanya dalam waktu sehari. Aku khawatir jarum emas ini hilang. Aku hanya punya jarum emas ini satu-satunya,” jawab burung elang mengingatkan ayam betina.
Ayam betina sangat senang. Harapannya bisa terbang seperti burung elang sudah di depan mata. Jarum emas itu dibawanya pulang.
Tiba di rumah, ayam betina langsung menjahit sayapnya dengan jarum emas. Ajaib, ayam betina bisa terbang.
“Hore, aku bisa terbang seperti burung elang,” ayam betina kegirangan.
Ia terbang dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Ia lupa dengan jarum emas yang dipinjami burung elang. Jarum emas itu lenyap, jatuh saat ia terbang.
Keesokan harinya, burung elang menagih janjinya.
“Mohon maaf burung elang, jarum emasmu masih ku simpan. Nanti aku kembalikan kepadamu!”
“Aku mau sekarang, sobat!”
Ayam betina panik. Ia lupa di mana jarum emas itu.
Ia terbang menjauh dan menghindar dari burung elang. Burung elang berusaha mengejar ayam betina. Dengan sigap, ayam betina bersembunyi di semak-semak sehingga bisa lolos dari kejaran burung elang.
“Mulai hari ini, aku akan selalu mencari ayam, menagih jarum emas milikku,” janji burung elang.
Oleh karena itu, sampai saat ini ayam selalu dicari-cari oleh burung elang. Mendengar suara burung elang, ayam akan bersembunyi, menghindari terkaman burung elang.
Dan hari ini kita masih melihat ayam masih mengais-ngais (menguis-nguis) tanah mencari jarum emas milik burung elang.
Semoga dari cerita ini kita bisa mengambil ibroh atau pelajaran penting.