Oleh : Rusmin Sopian
Bekaespedia.com_Postingan dr. Fathurahman di halaman Facebooknya beberapa waktu lalu tentang buku ” Bangka Selatan, Sejahterakan Kami” mengingatkan penulis cerita tentang dua belas tahun (12) tahun silam.
Postingan dokter muda Toboali itu membuat pikiran kembali menerawang ke masa lampau.
Tepatnya di tahun 2012, di Hari Jadi Kabupaten Bangka Selatan ke-11, dimana buku karya penulis yang berjudul” Bangka Selatan, Sejahterakan Kami ” diluncurkan Bupati Bangka Selatan era itu (2010-2015) H. Jamro H. Jalil bersama Wakil Bupati Nursamsu H. Alias.
Peluncuran buku ” Bangka Selatan, Sejahtera Kami ” dilakukan di area terbuka Wisma Samudera pada malam hari seiring resepsi Hari Jadi Kabupaten Bangka Selatan dengan ornamen penuh kemeriahan. Bukan hanya undangan yang hadir, tapi warga yang menonton acara Hari Jadi Kabupaten ke -11 itu.
Sebuah kemewahan yang sangat tinggi mengingat Wisma Samudera dulunya adalah pusat pemerintahan daerah Toboali. Dan pernah dikunjungi Bung Karno.
Dan hebatnya, acara peluncuran buku sederhana itu menjadi acara pertama diantara acara seremonial lainnya, seperti pidato Bupati dan pemberian penghargaan untuk publik.
Cerita diatas menggambarkan betapa, Pemerintah Daerah, khususnya Pemimpin daerah Bangka Selatan sangat menghargai karya warga daerahnya. Memberikan apresiasi yang tinggi kepada warganya yang berkarya.
Terkadang, penulis merasa harus taipau ( bahasa Toboali: Sombong/ Bergaya berlebihan) bila dibandingkan dengan penulis daerah lainnya atas perlakuan oleh Pemerintah Daerah terhadap apresiasi terhadap dunia menulis. Dunia literasi.
Bukan rahasia umum, ada Pemimpin Daerah yang terkadang cuek bahkan tidak mempedulikan prestasi yang diraih warganya.
Pemimpin model ini lebih mementingkan pencitraan dirinya dibandingkan mengapreasiasi prestasi warganya.
Pemimpin semacam ini lebih sibuk mencitrakan dirinya. Seolah-olah peduli terhadap kehidupan para warganya.
Sudah seharusnya dunia literasi tidak terkecuali pembangunan kebudayaan menjadi nafas dari kelangsungan hidup bangsa ini. Menjadi bagian penting dari kebermajuan daerah ini. Menjadi bagian dari daya saing daerah.
Sudah sepatutnya dunia literasi dan budaya menjadi darah kepribadian kita sebagai warga bangsa. Menjadi mentalitas dan nilai-nilai kebangsaan para pewaris negeri ini.
Sudah waktunya, kita menghargai karya warga negara. Warga daerah yang berusaha mengangkat nama daerah di panggung dunia literasi nasional.
Memberikan apresiasi yang amat tinggi terhadap karya mereka. Memberikan penghargaan atas prestasi yang telah mereka torehkan untuk nama daerah dan kehormatan daerah.
Bukankah salah satu tugas pemimpin daerah itu mengangkat martabat dan harga diri warganya? Selain tentunya mensejahterakan warga.
Bukan sebaliknya. Mengatasnamakan rakyat untuk mengeskalasi derajat dirinya.
Saat sedang menulis artikel sederhana ini, dikejauhan terdengar suara merdu penyanyi melantunkan lagu karya Raja Dangdut.
Sulingnya suling bambu
Gendangnya kulit lembu
Dangdut suara gendang rasa ingin berdendang
Dangdut suara gendang rasa ingin berdendang
Terajana… Terajana
Itu lagunya… lagu India
Yo kite joget…