PETI’ ANEK GUNONG NAMAK

Karya: Yoelch Chaidir

 

Tiga orang Sabahat terdiam tanpa bisa berkata-kata menyaksikan sesosok perempuan berambut panjang membelakangi mereka dengan rambut tergerai menutupi wajah hingga sampai ke tanah sehingga tak jelas raut wajah yang dimiliki perempuan yang tiba-tiba sudah ada di depan mereka dengan lincah membersihkan sisik ikan hasil tangkapan pukat mereka malam itu.

Sosok yang menyerupai perempuan berbaju putih sesekali menyeringai mengeluarkan tawa menambah suasana semakin mencekam di bawah sinar bulan sabit dan pancaran api tungku yang dinyalakan untuk memanaskan air minum penghangat tubuh mulai mengecil tinggalkan bara-bara yang tak satupun dari mereka berani beranjak untuk menyalakan kembali menjadi penerang di tepian pesisir pantai Gunung Namak.

Setelah semua ikan selesai dibersihkan oleh sosok perempuan yang tak jelas asal usulnya itu dengan hanya menggunakan kuku-kuku tangannya.

Adalah Ibnu yang sedari tadi menyaksikan tanpa berkedip langsung berkata dengan memberanikan diri kepada sosok perempuan tersebut.

“Terima kasih sudah membantu untuk membersihkan ikan-ikan kami ini, silakan ambil sebagai tanda terima kasih kami beberapa ekor ikan yang telah anda siangi dan pergilah jangan ganggu kami lagi!”

Dengan disertai tawa cekikikan dari seorang perempuan misterius yang diyakini oleh Ibnu adalah kuntilanak atau peti’ Anek menamainya di wilayah Habang Toboali Bangka Selatan.

Dalam hitungan detik kuntilanak menghilang dalam kegelapan malam melewati rantau-rantau (antara pesisir dan hutan) menuju perbukitan Gunung Namak.

Ibnu adalah putra dari seorang dukun kampung keturunan Pulau Belitung yang merantau dan menikah dengan seorang gadis Toboali di wilayah kampung Padang.

Melihat kejadian yang baru saja terjadi di hadapan mereka para sahabat Ibnu semakin percaya bahwa Ibnu bukanlah orang sembarangan dengan ilmu yang ia miliki adalah turunan dari orang tuanya sangat mumpuni untuk mengusir makhluk halus itu terbukti dan nyata di hadapan mereka.

Hal ihwal peyebab hadirnya sosok perempuan misterius atau kuntilanak atau peti’ Anek adalah karena sebuah pantang larang yang keluar dari mulut seorang sahabat yang ikut memukat ikan malam itu.

Melihat tangkapan ikannya banyak salah satu sahabat berkata “Seandainya ada cewek di sini tak payah kita menyiangi ikan-ikan ini.”

Belum sempat Ibnu menahan perkataan sahabatnya tadi, dari dalam hutan muncul sosok perempuan dengan rambut tergerai panjang menutupi seluruh muka.

Para sahabat Ibnu merasakan ketakutan yang luar biasa dengan tubuh yang masih basah setelah berendam di laut hanya dapat diam dan berkumpul di perapian yang hanya tinggal bara-bara yang telah terjilat api hingga menjadi sebagian abu panas.

Ibnu yang ingat akan mantra-mantra yang diturunkan sang ayahpun diam sambil mulutnya komat-kamit dalam posisi masih berdiri menyaksikan kedatangan sosok perempuan misterius.

Setelah kepergian sang peti’ Anek, tanpa banyak kata Ibnu membereskan ikan-ikan dan peralatan mereka untuk memukat diikuti para sahabatnya dengan pakaian yang belum sempat mengering mereka bergegas pulang kembali menyusuri jalan tanah berlumpur ke arah Toboali.

Banyak kisah dan cerita yang disampaikan Ibnu kepada sahabat-sahabatnya dengan arif dan bijaksana setelah mereka sampai di rumah bahwa jika kita berada di tempat semacam itu janganlah banyak bicara yang kira-kira menurut orang orang tua pantang untuk dibicarakan.

Para sahabat Ibnu pun hanya diam dan baru mengerti bahwa kuntilanak atau peti’ Anek itu memang nyata adanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *