Opini  

Belajarlah menerima, jangan terlalu bangga

Oleh : H. Johan Muhammad Nasir, M.Pd Kepala SMKN 1 Pangkalpinang

Ketika gelap, baru tersadarkan apa arti dari terang. Ketika kekeringan, baru tersadarkan betapa berartinya air.

Ketika kehilangan, baru tersadarkan arti dari memiliki. Ketika sakit, baru tersadarkan arti dari kesehatan.

Ketika berpisah, baru tersadarkan arti dari kebersamaan.

Sungguh disayangkan, “kesadaran” itu datangnya selalu belakangan.

Bukan kejadian yang membuat kita sedih atau bahagia, tetapi saat harus memilih diantara keduanya.

Kemarin sudah tiada, esok belumlah tiba, kita hanya punya satu hari, yaitu hari ini. Jangan sesali yang telah berlalu, itu perbuatan sia sia.

Syukuri apa yang telah dimiliki, agar kebahagiaan selalu berada disisi kita. Jangan cari kesempurnaan, tetapi sempurnakanlah yang telah ada.

Dalam kehidupan nyata, kadang kita suka mempermasalahkan hal yang kecil, yang tidak penting, sehingga akhirnya merusak nilai yang besar.

Persahabatan yang indah selama bertahun-tahun berubah menjadi permusuhan yang hebat, karena sepatah kata pedas yang tidak di sengaja.

Yang remeh kerap dipermasalahkan, tetapi yang lebih penting dan berharga lupa dan terabaikan.

Seribu kebaikan sering tidak berarti, tapi setitik kekurangan di ingat seumur hidup.

Mari belajar menerima kekurangan apapun yang ada dalam kehidupan kita.

Bukankah tak ada yang sempurna didunia ini?

Sehati bukan karena memberi, tetapi sehati karena saling memahami. Betah bukan karena mewah, tetapi betah karena saling mengalah.

Bersama bukan karena harta dunia, tetapi bersama karena saling mengisi saling memberi, saling mengingatkan diri, saling menyayangi hingga sampe ke Surga nya Allah nanti.

Ketenangan dan Hidayah tidak Ternilai, Ini lah Tujuan Sesungguhnya, Sebagai Akhir Yang Baik, Husnul Khatimah.

Kadang kita bangga atas kesuksesan kita, namun kita lupa pada yang memberikan kesuksesan

Kadang kita bangga atas ilmu kita, namun kita lupa pada yang memberikan ilmu

Kadang kita bangga atas jabatan kita, namun kita lupa pada yang memberikan jabatan

Dan banyak lagi kebanggaan-kebanggaan lain, sementara kita lupa pada pemberinya

Sederhana saja dan teruslah membumi, walaupun kedudukanmu melangit, semoga (Ujo 20 Mei 2024)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *