Oleh: AIRIN REGITA
Peserta didik SMP Negeri 5 Payung
Bagian 1: Awal Mula Impian
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau dan perbukitan yang tenang, hiduplah dua sahabat karib, Arin dan Deya. Mereka berdua memiliki impian yang berbeda: Arin bersekolah di SMK Tunas Bangsa dan Deya di sekolah SMA Harapan Bangsa, dua sekolah terbaik di kota besar yang terkenal dengan kualitas pendidikannya.
Arin, seorang gadis yang cerdas dan penyayang, selalu belajar dengan giat. Deya, seorang gadis yang penyayang dan sabar, selalu mendukung Arin dalam segala hal. Mereka berdua berjanji akan meraih impian mereka bersama-sama.
Bagian 2: Perjuangan dan Pengorbanan
Waktu terus berjalan. Arin dan Deya semakin giat belajar dan mempersiapkan diri untuk ujian masuk ke sekolah impian mereka masing-masing. Mereka saling menyemangati dan membantu satu sama lain dalam belajar.
Namun, di balik semangat mereka, ada kekhawatiran yang menghantui Deya. Ia berasal dari keluarga yang sederhana, dan ia tahu bahwa biaya sekolah di kota sangatlah mahal. Ia tidak ingin menjadi beban bagi orang tuanya.
Deya kemudian mengambil keputusan yang sulit. Ia memutuskan untuk tidak ikut ujian masuk SMA Harapan Bangsa. Ia harus merelakan sekolah impiannya.
Bagian 3: Kabar Baik dan Kebingungan
Hari yang dinanti-nantikan pun tiba. Pengumuman hasil ujian masuk SMK Tunas Bangsa. Arin dengan gembira membuka surat pengumuman. Ia diterima.
Arin dengan senang, tetapi ia juga merasa sedih. Ia teringat akan Deya, yang telah memberikan semangat untuk dirinya. Ia tahu bahwa Deya juga sangat ingin bersekolah di sekolah di SMA Harapan Bangsa.
Arin kemudian menemui Deya di rumahnya. Ia menceritakan kabar baik tersebut kepada Deya. Deya turut senang untuk Arin, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.
Bagian 4: Keputusan Sulit
Arin merasa bimbang. Ia juga tidak ingin meninggalkan Deya sendirian di desa. Ia ingin mereka berdua meraih impian mereka besama-sama.
Namun, di sisi lain, ia juga tidak ingin manyia-nyiakan kesempatan emas ini. Ia tahu bahwa bersekolah di SMK Tunas Bangsa adalah impiannya sejak kecil.
Setelah berpikir panjang, Arin akhirnya mengambil keputusan yang sulit. Ia memutuskan untuk pergi ke kota besar untuk bersekolah di SMK Tunas Bangsa.
Bagian 5: Perpisahan yang Mengharukan
Hari perpisahan pun tiba. Arin dan Deya berdiri di depan rumah Deya. Mereka berdua saling berpelukan erat.
“Deya, aku janji, aku akan kembali setelah aku sukses,” kata Arin dengan suara bergetar. “Aku akan menjemputmu dan kita akan bersama lagi.”
“Aku percaya padamu,Arin,”kata Deya dengan air mata yang berlinang. “Kejarlah impianmu. Aku akan selalu menunggu di sini.”
Arin kemudian pergi meninggalkan desa. Ia menoleh ke belakang dan melihat Deya yang sedang berdiri di depan rumahnya, melambaikan tangan kepadanya.
Bagian 6: Babak Baru
Arin tiba di kota besar. Ia mulai menjalani kehidupan barunya sebagai siswa SMK Tunas Bangsa. Ia belajar dengan giat dan bergaul dengan teman-teman baru.
Meskipun demikian, Arin tidak pernah melupakan Deya. Ia selalu menyempatkan diri untuk menelepon atau mengirim chat kepada Deya. Ia ingin Deya tahu bahwa ia masih mengingatnya dan merindukannya.
Bagian 7: Harapan di Masa Depan
Waktu terus berjalan. Arin semakin sukses dalam belajarnya. Ia meraih banyak prestasi dan menjadi siswa teladan di SMK Tunas Bangsa.
Arin juga tidak pernah lupa dengan janjinya kepada Deya. Ia terus berkerja keras dan menabung untuk masa depan yang cerah.
Arin berharap suatu saat nanti ia bisa membawa orang dia sayang tinggal di kota besar dan dia bisa meraih cita-citanya di sana.
Bagian 8: Epiolog
Beberapa tahun kemudian, Arin telah menyelesaikan studinya di SMK Tunas Bangsa. Ia kemudian melanjutkan kuliah di universitas ternama.
Arin tidak pernah melupakan Deya. Mereka selalu berkomunikasi satu sama lain. Dan sesekali dia pulang ke desa untuk melihat orang tua dan sahabatnya itu.
Suatu hari, Arin mendapatkan kabar bahwa Deya akan menikah dengan pemuda desa. Arin merasa senang, akhirnya Deya akan bahagia dengan lelaki pilihannya.
Arin tambah bersemangat mengejar impiannya. Ia ingin menjadi orang sukses dan bermanfaat bagi banyak orang.
Cerpen ini diakhiri dengan pesan bahwa sahabat sejati adalah yang memahami masa lalu dan percaya pada masa depanmu, dan menerimamu apa adanya.(BP)*