Betandik 

Betandik, kegiatan menangkap burung dengan menggunakan getah yang telah diolah pada musim kemarau. Getah yang sering digunakan yaitu getah cempedak, nangka ditambah campuran getah karet dan sedikit oli sehingga getah yang akan digunakan untuk betandik berwarna hitam. Selain itu ada juga getah cempedak atau nangka yang dicampur dengan Pati kelapa sehingga getah berwarna coklat muda.

Getah cempedak atau nangka diambil dengan cara menikal/ menara kulit batang atau dahan menggunakan parang sekitar 10-20 cm sesuai batang atau dahan. Kemudian biarkan beberapa hari dan getah cempedak atau nangka akan keluar. Selanjutnya getah diambil menggunakan lidi/ ijar atau kayu kecil dan dikumpulkan. Dimasak dengan dicampur dengan getah karet dan sedikit oli. Tanggar diatas api sambil diaduk-aduk. Setelah dirasa cukup lengket, getah sudah bisa digunakan. Getah untuk betandik dinamakan pulut.

Betandik

Burung kena pulut

Pulut dililitkan pada kayu kecil mulai dari bagian ujung sampai pada bagian bawah. Sisihkan bagian bawah tidak dililit pulut untuk ditanam atau disisip/ tancap ke tanah. Panjang kayu yang dililit pulut sekitar 20-30 cm atau sesuai kondisi air yang akan didatangi burung.

Betandik sering dilakukan pada sore hari sekitar pukul 3 sampai menjelang magrib. Pulut-pulut yang telah dililiti ke kayu atau ijar/ lidi diletakkan di atas air yang akan didatangi burung untuk mandi. Setelah dipasang, pulut ditinggalkan dan dilihat kembali (dihelik) dalam setelah dirasa cukup. Sering kali pulut-pulut masih menyisakan bulu burung karena burung berhasil melepaskan diri. Burung-burung seperti perbak, kutilang, bebarau, ketentong dan lain-lain sering kena pulut.

Setelah dirasa cukup, pulut diangkat dan lepaskan dari kayu kecil atau ijar dan disimpan untuk kegiatan mulut selanjutnya.

Burung-burung hasil betandik sering digoreng menjadi lauk makan.

Para pembaca sering betandik?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *