Buah apa yang terakhir kali matang dari Kelekak? Berikut Penjelasanya!

Buah rambai di kelekak keluarga almarhum Sahar, Desa Jelutung.

Oleh : Meilanto

Bekaespedia.com _ Kelekak, barangkali kata itu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Bangka Belitung. Ya, kelekak sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.

Suatu lahan menjadi kelekak membutuhkan waktu yang relatif lama. Dari rimba, rebak, ume, bebak, kubak sampai menjadi kelekak.

Apa sih kelekak itu?
Suatu kawasan yang ditanami dengan tanaman keras. Umumnya tanaman keras itu menghasilkan buah walaupun ada juga yang diambil kayu, daun atau umbinya. Tanaman keras yang biasa ditanam di kelekak misalnya rambutan, duku, kuweni, binjai, durian, cempedak, nangka, asam, sukun, raman, randik, rabe, kelapa, jambu, rambai, manggis, kabung, petai, jering, belimbing, dan masih banyak lain jenis tanaman lainnya.

Saat musim buah, kelekak jadi sering didatangi warga yang punya maupun pedagang yang hendak membeli buah-buahan dari kelekak. Tentunya ini akan menambah ekonomi keluarga si empunya kelekak.

Kelekak ada yang di dekat rumah (umumnya di belakang rumah), dekat Aik dan jauh dari perkampungan.

Seperti musim buah-buahan baru-baru ini. Buah-buahan dari kelekak membanjiri pasar-pasar tradisional. Selain dijual, buah-buahan kelekak dibagikan kepada keluarga atau tetangga.

Ternyata eh ternyata, dari sekian banyak tanaman buah di kelekak, rambai adalah tanaman yang buahnya terakhir kali masak.

Ya, itulah pengetahuan tradisional dari para leluhur.
Mereka bilang, kalau buah rambai sudah masak, berarti sudah habis masa buah di kelekak. Tanaman di kelekak akan berbuah kembali pada tahun-tahun selanjutnya tergantung musim.
Pengetahuan tradisional itu diwariskan turun temurun lintas generasi.

Pengetahuan tradisional dari merupakan salah satu dari 10 Objek Budaya dalam Undang-undang nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Pengetahuan tradisional adalah seluruh ide dan gagasan dalam masyarakat yang mengandung nilai-nilai setempat sebagai hasil pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan lingkungan, dikembangkan secara terus menerus dan diwariskan lintas generasi.

Mengapa rambai yang terakhir kali masak? Untuk menjawab ini, tentunya harus dilakukan penelitian yang lebih mendalam.

Semoga keberadaan kelekak masih terus eksis ditengah bonus demografi yang kian pesat. Kalaupun toh kelekak harus beralihfungsi menjadi pemukiman penduduk, pemerintah desa atau para pemangku kebijakan harus membuat kelekak kampung sebagai media edukasi kepada generasi yang akan datang.

Semoga kita bertemu lagi dengan musim buah-buahan di masa yang akan datang.

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *