Oleh : Ummi Sulis
Bekaespedia.com _ Musim panen buah telah tiba. Anak-anak yang orang tuanya menanam buah, sering membawanya ke sekolah, baik dimakan bersama, maupun diberikan kepada teman atau ke gurunya. Begitu pun anak-anak kelas IV, mereka juga sering membawa buah ke sekolah. Bahkan ngerujak pun sudah beberapa kali.
Fahmi dan Ayu, orang tua mereka petani sayur dan buah. Kadang membawa hasil panenannya ke sekolah. Biasanya Ayah Fahmi menanam semangka. Sedangkan orang tua ayu menanam sayur juga semangka.
Pagi ini, tiba-tiba Ayu memberikan sebuah semangka kuning.
“Ini untuk Bu Guru.” Ayu menyodorkan buah surga itu sambil cengengesan.
“Kamu panen semangka, Yu?” tanya Bu Guru, “terima kasih, ya?” Lanjutnya.
“Iya, Bu. Itu semangka kuning, Gak papa kan banyak bijinya?”
“Oh, semangka kuning malahan lebih manis. Masalah biji, gak mungkin kita melarangnya nangkring di buah semangka yang jadi induk semang ya,” kata Bu Guru sambil tersenyum.
” He he, iya, Bu.” Ayu pun berlalu.
Materi demi materi disampaikan. Tibalah waktu istirahat. Para siswa bersuka cita, satu yang dituju, kantin sekolah, mereka mau jajan. Semoga niat sekolah bukan karena dapat uang jajan. Tiba-tiba beberapa anak mendatangi tempat duduk Bu Guru.
“Bu, Ayu ngasih semangka, ya?” tanya mereka.
“Iya, kenapa?” Bu Guru menjawab tanya anak-anak.
“Ehmm, sebenarnya semangka itu mau dimakan sama-sama di kelas. Tapi gak ada alat untuk motong buahnya. Ya, jadi daripada bingung, kata Ayu untuk Bu Guru aja.” Anak-anak berlomba memberitahukan.
“Oh, bukan khusus untuk Bu Guru?” Bu Guru bertanya.
Keesokan harinya …
“Bu, semangkanya manis gak?” tanya Ayu.
“Alhamdulillah, manis. Eh, Yu, itu kemarin untuk dimakan bersama, ya? Bukan untuk Bu Guru?” ucap Bu Guru.
“He, he, tadinya iya, tapi kan akhirnya jadi untuk Bu Guru,” jawab Ayu sambil cengengesan.
“Oh, niatnya belok,” Bu Guru berucap ikut cengengesan. Tapi gak akan kelihatan, karena wajahnya tertutup.