Kurau, Nama Ikan Yang Kini Menjadi Nama Desa

SOENGI KOROUW, S. CARRAOW, Koorouw Riv, Koerouw, Koeroam, Koerau dan Kurau . (Part : 1)

Brug over de Koerawrivier - 1909-1915 Inventarisnummer : TM-30011332

Oleh : Meilanto, S.Pd (Penulis, Pegiat Sejarah dan Budaya Bangka Tengah)

Toponim Kurau
Asal mula keberadaan Desa Kurau dimulai dari kisah legenda pada tahun 1810 silam. Ada tiga orang menggunakan kendaraan jukong (biduk) berlabuh di desa yang saat itu belum punya nama. Ketiga orang tersebut adalah Datuk Terang, Datuk Sahib, dan Datuk Kapak. Ketiganya memiliki keahlian, keterampilan, dan pengetahuan sehingga dipandang dan dihormati oleh penduduk setempat. Ketiganya juga yang mengusulkan agar dibangun jembatan kayu agar kedua daratan di Kurau yang terpisah oleh sungai dapat menyatu.

Kemudian jembatan tersebut dibangun dengan kayu-kayu yang besar, keras, tinggi dan lurus yang tumbuh di hulu sungai. Penduduk desa memberi nama pohon itu pohon kurau atau kayu kurau.

Ada pula cerita dalam pembangunan jembatan tersebut, yakni dibangun karena peristiwa adu kesaktian antara ketiga Datuk ini dengan bajak laut (lanon). (Lihat Ibrahim dkk, 2013).

Versi lain diutarakan oleh Haji Juli yang merupakan salah satu tokoh masyarakat Desa Belilik yang berhasil penulis temui. Kisah ini beliau dapatkan dari orang-orang terdahalu. Dikisahan bahwa sungai yang kita kenal saat ini dengan nama sungai Kurau merupakan bekas alur rotan-rotan yang ditarik oleh Akek Antak yang diambilnya di hutan belantara.

Rotan-rotan yang diambil Akek Antak kemudian dikumpulkan dan ditarik oleh Akek Antak sehingga membentuk alur-alur. Lama-kelamaan alur-alur bekas rotan tersebut dialiri air dan pada akhirnya menjadi sungai yang terus mengalir sampai ke laut. Aliran sungai tersebutpun sering dimasuki ikan kurau. Maka dari itu sungai tersebut dikenal dengan nama sungai Kurau dan nama pemukimannya pun diambil dari nama sungai tersebut yaitu Desa Kurau.

Selanjutnya dari tulisan H.M. Lange yang dikutip dari tulisan Karya Dato” Akhmad Elvian yang berjudul Distrik kubak atau Koba bagian 3 disebutkan: “Koerouw is eigenlijk de naam van zekere vischsoort, en wellight heild zich die vischsoort in vroor jaren eeniglijk of zoo meningvuldig in de rivier Koerouw op, dat de onderscheiden, zoodat ten langen laatste de naam van den vischen op de rievieren op de daaraan gelegen kampoung in over gegaan” (H.M. Lange, Het eiland Banka en zijne aanhoorigheden, en anderen). Maksudnya H.M. Lange adalah : Koerouw sebenarnya adalah nama spesies ikan tertentu, dan bahwa spesies ikan mungkin tidak berubah di sungai Koerouw pada tahun-tahun sebelumnya atau lebih sering (maksudnya sejak lama banyak terdapat jenis ikan Kurau di sungai).

Bahwa para nelayan menamakan aliran sungai ini dengan Koerouw untuk membedakan nama sungai Koerouw dengan sungai lainnya, sehingga akhirnya nama ikan di sungai telah beralih ke nama kampung yang ada di sana. Ikan Kurau dengan nama ilmiah Eleutheronema tetradactylum, yaitu sejenis ikan laut yang tergolong ke dalam suku polynemidae, bentuknya mirip dengan ikan Senangin atau dalam dialek Melayu Bangka sering disebut dengan ikan Senangen (Elvian, 2021).

Kini, Kurau telah diabadikan menjadi nama sebuah kapal dengan nama KRI KURAU. (DM)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *