Penulis : Ali Usman, Pamong Budaya Disparbudkepora Kep. Bangka Belitung
Bekaespedia.com, Pangkalpinang_Memang lejok-lejok pulau Bangka ini menyimpan harta karun tiada habis. Bersyukurlah orang Bangka, banyak pilihan menikmati hidup ini dan jagalah sampai mati. Sejengkal tanah itu emas bagi masa depan, sayang klo cuma jadi penonton di negeri sendiri.
Semangat inilah yang menghantar saya ke Kelekak Labuh Usang, bekas kampung lama yang kini ditumbuhi pohon Duren berukuran jumbo. Ternyata bukan hanya Remangoknya yang berukuran besar, katanya 1.7 kg/ekor, tetapi deretan pohon Duren ini begitu mempesona, apalagi musim panen. Ramainya lebih daripada kampung.
Ternyata barang tua ini berpotensi dan itu ditangkap oleh Lembaga Adat dan Pemdes Labuh Air Pandan. Mereka akan membangun ulang rumah-rumah tradisionalnya (Serungkap/ Asuk Nguap dan Marong) di sela-sela pohon Duren dan itu sangat keren. Tidak pakai investor, cuma gotongroyong; setiap pemilik Kelekak Duren diwajibkan membangun dengan bahan kayu. Ingat ya bukan pakai rangka baja. Nantinya dijadikan daya tarik wisata, ada penginapan tradisional, spot berfoto, atraksi aktivitas keseharian (cari Remangok, bekebon, Nelayan, nunggu Duren jatuh, permainan tradisional, kerajinan) dan dijual dalam paket wisata.
Jangan diragukan ketuaan Labuh Usang, sejak tahun 1858 sudah ditulis dengan nama Pondok Laboe dan berubah Laboe mulai tahun 1930. Penduduknya keturunan orang Kotawaringin dan sejak jaman Belanda masuk administrasi Tanah Gerunggang Distrik Sungailiat. Sejak tahun 1950 bagian dari kecamatan Sungailiat dan tahun 2003 bergabung kecamatan Mendo Barat sampai kini. Labuh Usang ditinggalkan sejak tahun 1984, seiring pembangunan jalan yang berada di sisi timur dan membentuk pemukiman sekarang.
Cita-cita mulia melestarikan kebudayaan Bangka ini harus seiring sejalan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Ekosistem itu harus berputar dan dijaga keberlangsungannya.
Salam Budaya.
Atok Usang di Tanah Gerunggang