Menulislah, karena dengan menulis kalian akan dipaksa untuk membaca

Oleh: Dedy Irawan
Ketua PWI Kabupaten Bangka Selatan

Pada setiap sesi kelas literasi jurnalistik yang kami (PWI Bangka Selatan) gelar, saya selalu menyelipkan kalimat ini.“Menulislah, karena dengan menulis kalian akan dipaksa untuk membaca”.

Ya, memang kemampuan membaca kita masih tergolong rendah. Rendahnya minat baca di Indonesia terus menjadi masalah.

Tahun 2022, Indonesia mencatat tingkat literasi sebesar 98,2%. Namun, menurut studi Programme for International Student Assessment (PISA) dari OECD, 70% siswa Indonesia memiliki kemampuan literasi yang rendah.

Menurut UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, yaitu hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.

Catatan PISA 2022, kemampuan membaca pelajar Indonesia tergolong rendah di ASEAN.

Memaksakan diri untuk menulis berarti secara tidak langsung memaksa kita untuk membaca.

Kok bisa? Ya, saat akan menulis, hal pertama yang kita temui adalah kita akan memulai dari mana. Bagaimana menulisnya.

Nah, banyak literatur cara mudah menulis bisa kita baca secara digital melalui smartphone.

Secara tidak sadar, kita sudah dipaksa untuk browse mencari literatur dan sedikit demi sedikit kita sudah dipaksa untuk membaca.

Yang penting adalah niatkan untuk memulai menulis. Awali menulis dengan hal-hal yang paling kita sukai.

Kamu suka mancing, tulislah cerita memancingmu. Suka main game? Tulislah kisah bagaimana kamu bisa menang saat melawan musuh terberat.

Takut tulisan jelek? Ah..itu biasa. Semua tentu ada tahapan. Yang penting fokus dan jangan menyerah. Jika perlu buatkan kerangka tulisan terlebih dulu.

Selera pembaca itu berbeda-beda. Pembaca satu bilang tulisanmu jelek belum tentu dengan pembaca kedua.

Saya sering mendengar joke penulis level nasional Rusmin Sopian menyebut, tulisan kita dibilang jelek, belum tentu karena tulisannya jelek.

Kata Rusmin, itu karena pembacanya sedang sakit gigi. Jadi, tulisan sebagus apapun akan terasa jelek.

Begitu juga dikatakan Duta Baca Indonesia, Gol A Gong saat menjadi narasumber pada kegiatan Temu Literasi di Perpusda Bangka Selatan.

“Niatkan, aku harus menulis.”

Kehadiran Gol A Gong di Bangka Selatan pekan kemarin seolah menjadi cambuk untuk kembali menulis.

Saya sangat merasakan ada aura semangat literasi dipancarkan si tangan buntung dengan tulisan fenomenalnya Balada si Roy.

“Dengan membaca, saya jadi lupa, tangan satu tapi bisa menulis 130 buku.”

“Teruslah menulis dan jangan mengeluh,” kata Gong.

Yuk kita mulai menulis dengan tema apa saja, dengan menulis akan memaksa kita untuk membaca. Salam literasi

Penulis merupakan wartawan Timelines.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *