Laporan : Ali Usman (Pamong Budaya Disparbudkepora Kep. Bangka Belitung)
Pangkalpinang_Bekaespedia.com_Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar tidak hanya di sekolah, namun bisa di luar sekolah. Kebebasan memilih media yang tepat, sesuai kebutuhan dan pendekatan berbeda akan menumbuhkan semangat belajar di kalangan siswa-siswi. Pilihan belajar langsung di lokasi diambil SMAN 1 Payung dengan mengirim 10 siswa, 7 siswi dan 3 guru pendamping ke Kampong Adat Gebong Memarong yang berada di Dusun Air Abik Desa Gunung Muda Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka selama 2 hari 1 malam.
Sabtu pagi-pagi (18/11/23) rombongan berangkat dari Payung. Waktu tempuh selama 4 jam tidak mengendurkan semangat “ngayau” ke kampong orang Mapor. Berbagai pertanyaan di benak siswa-siswi berseliweran sepanjang jalan, gara-gara mendengar kisah lama bahwa Tanah Mapor penuh aroma mistik dan wilayah hitam yang dihindari masyarakat Bangka.
Ketakutan ini begitu masif, perlu proses untuk menghilangkan “image” ini. Mapor sekarang berbeda dengan masa lalu. Mereka korban kebijakan yang merugikan eksistensi dan membelenggu kemerdekaan di tanah sendiri. Kini, mereka berusaha melestarikan yang tersisa dengan menegakkan marwah, membuka diri dengan modernitas tanpa menghilangkan jati diri dan menciptakan ekosistem yang penuh keharmonisan, antara orang “Lah” (telah beragama) dan “Lom” (belum beragama).
Paket Wisata Bubung Tujuh.
Kedatangan rombongan SMANSA Payung ini pun langsung merasakan keramahan saat pertama kali menginjakkan kaki. Senyum Bukim tokoh penghayat kepercayaan Mapor Dangkel bebarengan senyum beberapa gadis manis berjilbab menyambut kehadiran 20 orang Pering (nama lama Payung). Ketakutan-ketakutan langsung sirna seiring senyum dan sapaan orang Mapor ini. Mereka langsung dibagi dalam 2 kelompok, masing-masing didampingi pemandu lokal 1-2 orang yang menjelaskan penamaan Kampong Adat Gebong Memarong, gambaran sekilas orang Mapor, bentuk arsitektur bangunan, fungsi setiap Memarong, pengenalan kehidupan orang Mapor di museum dan bentuk hasil kerajinan di Galeri. Penjelasan para pemandu berdurasi hampir 1 jam. Dari Memarong Berambak (penginapan) ke Memarong lainnya, seperti Galeri, Tempat Pusake (Museum) dan berakhir di Gerdu (Balai Adat).
Bekisah
Di tempat terakhir inilah, ketakutan seluruhnya hilang. Siswa-siswi sudah bisa “ngeringeng” (senyum terlihat giginya). Interaksi dengan pemandu lokal telah membantu merubah pemahaman yang berbeda dan mendorong keaktifan saat dilaksanakan “Bekisah” yang langsung dipandu oleh Ali Usman, pamong budaya yang dari sejak tahun 2011 melakukan pembinaan masyarakat Adat Mapor di Pejem dan Air Abik. Bekisah kali ini sangat istimewa. Selain kehadiran Ketua Adat Mapor Abok Usang Gedoi, hadir pula Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung Dato’ Akhmad Elvian DPMP dan Ketua LAM Bangka Selatan Datok Kulul. Bekisah menjadi wadah pendalaman materi budaya Mapor. Berbagai pertanyaan terlontar dan dijawab sampai tuntas oleh narasumber-narasumber istimewa ini. Acara Bekisah ini ditutup dengan makan bersama dengan menu sederhana yang telah disiapkan pengurus Gebong Memarong. Setelah makan siang, para peserta melaksanakan sholat di Masjid Nurul Huda yang terletak di ujung kampung arah desa Silip.
Kuburan Adat Mikang.
Kegiatan dilanjutkan mengunjungi pekuburan Adat orang Lom yang berada Aik Mikang di ujung Kampong arah desa Gunung Muda. Dari awal seluruh peserta diingatkan pantang larang yang harus dipatuhi selama berada di kuburan. Misalnya tidak boleh berisik, tidak mengambil segala sesuatu yang berada di atas nisan orang Lom dan tidak boleh berbicara saat melihat “sesuatu”, tetap diam sampai pulang. Kunjungan di Kelakak Mikang ini tidak boleh pada waktu sore hari atau malam. Jadi, saat itu para peserta wajib keluar sebelum jam 4 sore.
Anyaman Mapor.
Kegiatan dilanjutkan belajar anyaman Mapor yang langsung dibimbing perajin andalan Aik Abik yakni Wak Ayen, Wak Asni dan Bang Jojo. Para peserta dikenalkan bentuk anyaman paling sederhana yakni membuat tikar dari daun Mengkuang dan gelang resam 5 lilit. Saking antusias para peserta mengikuti kursus kilat ini sampai hari menjelang gelap.
Besilat dan Becampak.
Malam itu begitu sahdu. Angin berembus sepoi-sepoi, awan cerah dengan gemerlip bintang-bintangnya. Lampu listrik dipadam, digantikan cahaya dari obor bambu. Kegiatan dimulai setelah makan malam dengan menampilkan pertunjukan silat Mapor yang langsung dipimpin Guru Besar Abok Gedoi.
Anak-anak berbagai usia memperagakan silat yang terilhami gerakan Berok (sejenis kera besar) dan ditutup peragaan silat oleh Abok Gedoi dan Bang Robi. Setelah itu giliran tari Campak Darat yang unjuk gigi di depan peserta. Yang membanggakan kedua pertunjukan itu ditampilkan anak-anak, gadis-gadis dan pemuda dari Kampong Aik Abik. Kedua pertunjukan tersebut diiringi 3 alat musik tradisional. Gendang Nduk ditabuh oleh Mang Sukri, Viol (Biola) digesek oleh Mang Apen dan Gong dipukul Mang Asew. Kegiatan malam itu ditutup dengan silahturahmi dan bekisah diiringi musik alam. Akhirnya seluruh peserta bermalam di 2 Memarong berambak, berlantai kayu Ibul, tidur dialaskan tikar mengkuang dan beberapa kasur kecil.
Begerujuk
Seluruh peserta bangun dan keluar dari Memarong Berambak dengan semangat pagi di hari Minggu (18/11/23), secerah sinar matahari yang penuh energi positif. Pagi ini ada 2 kegiatan, yakni Begerujuk dan Permainan Tradisional. Dalam Begerujuk (gotong royong), dibagi 2 kelompok. Tim putra bertugas mengangkat tanah dan memindahkannya ke dalam bangunan warung. Tim putri bertugas menanam tanaman peneduh dan tanaman obat tradisional di area Kampong Adat Gebong Memarong. Sebelumnya setiap siswa-siswi dari Payung disarankan membawa bibit tanaman obat untuk diserahkan dan ditanam, sebagai upaya pelestarian alam dan pengenalan tanaman obat tradisional. Selain itu kita punya rumah bibit tanaman obat tradisional yang berada diseberang jalan. Ada tanaman Sapek-sapek, Medang Mencenak, Puleh (Pasak Bumi), Belilik, Pelawan, Idat, Kucur (Rosella), Lelambik, Pakcong, Mentulang, Menyamor, Kumis Kucing dan Sapek-sapek Lakik.
Cik-Cik Kandong dan Adu Kereta Surong
Menjelang siang, kegiatan Begerujuk berakhir dan dilanjutkan permainan tradisional yakni lomba Adu Kereta Surong dan Cik Cik Kandong secara bergiliran, baik putra dan putri. Ada 2 kereta Surong yang tersedia, masing-masing dimainkan 2 orang yang terdiri pengemudi dan penumpang. Pemain berlomba membawa kereta Surong memutari Gerdu (Balai Adat), siapa cepat itulah yang juara. Sementara Cik-Cik Kandong dimainkan beberapa pemain, berdiri melingkar di lapangan dengan satu orang ditengah lingkaran membawa bola kain. Siapa yang kena bola tersebut, berganti posisi di tengah lingkaran. Permainan ini membutuhkan strategis dan trik khusus agar bola tepat sasaran ke pemain lainnya.
Setelah istrirahat dan makan siang di Balai Adat, diadakan penutupan kegiatan. Dalam kesempatan kali ini, Nurhasan Kepala Sekolah SMAN 1 Payung memberikan kesannya terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak didiknya.
“Kunjungan siswa kami SMA Negeri 1 payung ke kampung adat gebong mamarong ini adalah suatu pembelajaran yang sangat berharga bagaimana anak-anak kami bisa mempelajari bagaimana kebiasaan adat tradisi dan apa yang dilakukan oleh masyarakat mapor ini menjadi contoh bahwa ini bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua di mana toleransi kemudian kerjasama nilai-nilai kebangsaan itu ditunjukkan di gembong memarong orang Mapur.”Ujarnya
Ia menambahkan bahwa kunjungan ini tidak hanya sekedar tahu tentang orang mapor tapi nilai-nilai yang terkandung didalamnya harus menjadi contoh bagi peserta didik.
“Saya selaku kepala sekolah juga berharap nilai-nilai positif yang ada di gembong memarong ini bisa dibawa dan diterapkan di lingkungan sekolah kami yang memang bisa menjadi contoh untuk menjaga toleransi kebebasan untuk menjalankan keyakinan masing-masing.” tambah Nurhasan
“Tidak hanya itu ternyata kami mendapatkan sekali manfaat yang berharga bagaimana kami mengetahui ternyata dulu nenek moyang kita itu adalah orang-orang yang memang bersahabat dengan alam berpadu dengan alam bagaimana melaksanakan kehidupan itu bersama-sama dengan alam”. imbuhnya.
Akhirnya, rombongan SMANSA Payung meninggalkan Kampong Adat Gebong Memarong dengan keyakinan : akan kembali lagi ketempat berkesan ini, tanah oarng mapor, tanah berkesan.
Tertarik mengikuti jejak SMANSA Payung? Pengelola Kampong Adat Gebong Memarong telah menyiapkan paket wisata edukasi budaya dengan rincian sebagai berikut :
1. Paket wisata Bubung Tujuh Rp. 10.000/orang (khusus Sekolah dan Perguruan Tinggi dengan pemberitahuan melalui surat resmi)
2. Paket Wisata Buluh Perindu Rp. 25.000/orang.
3. Paket makan standar Rp. 25.000/orang
4. Paket Makan kuliner Mapor Rp. 40.000/orang.
5. Paket Edukasi Anyaman Mapor Rp. 400.000.
6. Paket Pertunjukan Silat Mapor Rp. 600.000.
7. Paket pertunjukan Tari Campak Darat Rp. 600.000.
8. Paket Permainan Tradisional Rp. 400.000.
9. Penginapan Memarong Rp. 250.000/unit/malam.
Dengan mengikuti paket wisata edukasi budaya tersebut, pengunjung telah berkontribusi turut melestarikan budaya Mapor dan menyejahterakan masyarakat setempat. Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi bang Ade Firmansyah +62 821-7737-9462 dan Apriyanto +62 812-7160-7733. Atau silahkan kunjungi website kami : memarong.id. Terima Kasih (au).
Inspiratif!