Tapai atau tape, kudapan atau makanan ringan yang terbuat dari singkong disukai banyak orang. Teksturnya yang lembut dan rasanya yang enak seringkali menjadi kudapan favorit. Kudapan dengan proses fermentasi bahan pangan yang banyak mengandung karbohidrat.
Ternyata dalam proses pembuatannya rambu-rambu dan lantang larang yang dipegang teguh oleh sang pembuat tapai atau tape. Singkong yang digunakan haruslah singkong yang muda. Setelah dikupas kulit luar dan dalam, keruk kulit airnya lalu dipotong-potong sesuai selera. Setelah dicuci bersih, taburkan ragi tapai. Ragi mengandung mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana. Selain itu ragi tapai juga menghasilkan enzim fitase. Oleh karena itu tapai akan terasa manis setelah proses fermentasi. Ragi tapai yang umumnya terbuat dari tepung beras yang dijadikan adonan ditambah ramuan-ramuan. Setelah ditaburi ragi, singkong singkong yang telah dipotong-potong ditutup rapat dan dibiarkan dalam waktu sekitar 48 jam.
Dalam proses pembuatannya si pembuat tapai tidak diperkenankan berbicara. Jika terpaksa maka harus dengan jawaban “muat dayang”, tidak boleh dengan jawaban “muat tapai”. Jika melakukan pembicaraan maka tapai yang dibuat akan gagal. Tapai menjadi keras dan berwarna kemerah-merahan dengan rasa yang tidak enak.
Sering kali pembuat tapai harus menghadap ke dinding supaya tidak mengundang pembicaraan atau saat sepi yang disinyalir tidak ada orang yang mengajak berbicara. Jika diajak berbicara biasanya memilih diam.
Dengan tidak bolehnya pembuat tapai berbicara mengindikasikan bahwa dalam proses pembuatannya haruslah bersih. Jika berbicara bisa jadi ada percikan air liur yang akan merusak proses fermentasi ragi.
Pembaca hobi makan tapai?