
Bekaespedia.com_Kau rela menanggalkan jubah kebesaranmu dan menggantikannya dengan pakaian lusuh. Menghabiskan sisa usia sebagai nelayan, menyelami lautan demi mencari ikan, tripang, dan agar-agar.
Dahulu, engkau adalah penguasa timah, memegang jabatan terhormat, menjaga kekayaan tanah Bangka. Akan tetapi, di senja hidupmu, kau hanyalah seorang tua renta yang berjuang sekadar untuk memberi makan keluarga dan para pengikut setiamu.
Andai dulu kau memilih menimbun kekayaan untuk dirimu sendiri, sedikit saja! Mungkin keluarga dan pengikutmu tak perlu bersusah payah untuk bertahan hidup. Namun, kau tak pernah berpikir untuk hidup dalam kemewahan. Segala yang kau miliki, kau serahkan kepada mereka yang lebih membutuhkan, rakyat, dan tanah airmu.
Kini, namamu perlahan memudar dari ingatan. Tak banyak yang mengenalmu lagi, tak banyak juga yang peduli. Bahkan pusaramu pun tak diketahui, seolah lenyap ditelan zaman.
Kau dituduh pemberontak, dicap bajak laut, dinilai dengan pandangan yang timpang dan keliru dari Zaman Kolonial. Padahal, di balik segala prasangka itu, kaulah pejuang sejati sosok yang tulus mengorbankan segalanya demi negeri ini.
Banyak sudah pengorbanan yang sudah kau ikhlaskan. Ayahandamu, ibundamu, bahkan anakmu, dan menantumu telah gugur dalam pertempuran besar, mereka ikut mempertaruhkan nyawa demi harkat dan martabat tanah air, menentang tangan besi kolonial dengan keberanian yang tak tergoyahkan.
Namun, lagi-lagi perjuanganmu masih saja tak berhenti di sana. Segalanya telah kau relakan untuk tanah ini, darah, air mata, bahkan jiwa-jiwa yang kau cintai. Di penghujung usiamu, kau masih memilih Pulau Lepar, yang dulunya sebagai tempat awal perjuanganmu hingga tempat persinggahan terakhir, di mana pengorbananmu tak terhitung jumlahnya.
Apalagi yang masih tersisa untuk kau korbankan?
Semoga hari ini, esok, dan masa-masa yang akan datang, ada yang menghidupkan kembali ingatan tentangmu. Agar perjuanganmu tak lagi sunyi, serta namamu tak hanya berbisik di antara debur ombak, dan kisah tentang pertempuran laut, tetapi tertanam dalam setiap hati anak negeri yang mencintai tanah ini.
Toboali, 14 Februari 2025