Sebaran Bahasa di Pulau Bangka Pada Tahun 1889 (Bagian 1)

Bahasa Darat Sepulau Bangka

Oleh :  Ali Usman (Pamong Budaya DISPARBUDKEPORA Kep. Bangka Belitung)

Bekaespedia.com _Kali ini kita mencoba menggali sebaran bahasa yang dipakai masyarakat Bangka pada akhir abad ke-19 berdasarkan Peta Schets Taalkaart van de Residentie Bangka karya K.F. Holle yang diterbitkan pada tahun 1889. Saat itu terdapat 12 bahasa tersebar di 10 distrik dan 31 onderdistrik. Keduabelas bahasa tersebut berasal dari 2 rumpun bahasa, yakni Melayu dan China.

Untuk memudahkan memahami data sebaran bahasa di Pulau Bangka ini, kita akan membandingkan dengan peta Kaart van de Residentie Banka yang diterbitkan pada  tahun 1896 atau 7 tahun setekah peta Holle. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui nama-nama kampung pada masa itu dan penulisan menggunakan nama geografi sekarang. Tentunya ada perbedaan bahasa yang dipakai sekarang dibandingkan 134 tahun yang lalu. Makanya kita perlu melakukan kajian kembali sebaran bahasa oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Kantor Bahasa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Bahasa pertama adalah Bahasa Darat (Daratsch (nauw verwant met Maleisch) yang masih serumpun dengan bahasa Melayu dan terbesar dilihat dari sebaran wilayah dan jumlah penggunanya, hampir 1 pulau Bangka, dari utara di Jebus sampai di selatan di Toboali.

Kita mulai dari bagian utara pulau Bangka, sebaran bahasa Darat berada di wilayah Kabupaten Bangka Barat antara lain di Kampung Tumbak, Asem,Petar, Limbung, Rukam, Rangi, Telak (Air Mangris), Kapit (Kelapa), Semulut, Bembang, Penyabung, Tanjung Pemuja,  Tanjung Sangus, Gunung Klabat dan Pusuk. Sementara sebaran bahasa Darat di wilayah Kabupaten Bangka meliputi Penyusuk, Romodong, Panji, Gunung Muda, Menjana, Riding Panjang, Riau, Silip (Sekah), Pugul (Pelawan), Cit, Katiuw, Mangkutul, Gedong (Lap Fu Tu), Lumut, Pangka Ilir, Pangkal Tenam, Ketiping, Gebak (Puding),  Kapuk (Nyalau), Siul, Neknang, Gendi, Tengiris, Tiangtara, Dalil, Bakem, Mangka, Mabat, Nek Urit, Duku, Manirip,  Bukit Layang, Pangkal Layang, Air Layang, Penyamun, Tutut, Duren, Air Manik,  Kayu Besi, Puding Besar, Labu, Nibung, Mundar, Buyan, Kelumbi, Mesulong, Tanahbawah, Saing, Bubung Baru,  Kotawaringin, Zed, Kemuja, Lukok, Petaling, Air Duren, Pangkalan Kerkei,  Cengkoabang, Kace, Titipuak, Payakbenua, Menduk, Tangan Baju, Pondok Labu dan Penagan. Tidak termasuk wilayah kota Sungailiat dan kecamatan Merawang. Seluruh wilayah kota Pangkalpinang menggunakan bahasa Darat, antara lain Tuatunu, Selindung, Gabek, Betur, Semabung, Pedada dan Air Itam.

Di Bagian selatan pulau Bangka, sebaran bahasa Melayu Darat berada di Kabupaten Bangka Tengah meliputi sebagian besar wilayahnya, kecuali kecamatan Simpang Katis dan Kota Koba. Sebaran kampung antara lain Benteng (Air Mesu), Sambong, Selinta, Mesu, Cambai, Jelutung, Namang, Sungkap, Celuak, Belilik, Kurau, Mulia (Air Putus), Penyak, Terentang, Guntung, Arung Dalam,  Nibung, Sungaiselan, Lampur, Krantai, Kemingking, Perlang, Metiai, Rangau, Sungai, Murut, Krasak, Dekat, Kelidang, Lalang dan Ketia. Sedangkan Sebaran bahasa Melayu Darat di Kabupaten Bangka Selatan antara lain kampung Bangkakota, Pangkal Kalop, Pangkal Bikam, Gudang, Jelutung, Liyeh, Pangkal Serdang, Merapin, Ranggung (Terentang), Nadung, Payung, Batu Betumpang, Pangkalbuluh, Malik, Sengir, Lobak Ulu, Ulas, Ketra, Ransien, Simbar, Sedayu, Luwing, Papan, Jelutung, Auwer, Lesa, Katulu, Air Bara, Ranggas, Nangka, Metung, Klamping, Pedendang,  Keposang dan wilayah kecamatan Tukak Sadai sekarang.

Ada fakta sejarah yang menarik :

  1. Tidak semua wilayah pulau Bangka menggunakan bahasa Melayu Darat ini. Ada beberapa kantong wilayah yang menggunakan bahasa lain.
  2. Hanya 2 ibukota distrik yang penduduknya menggunakan bahasa Darat, yakni Pangkalpinang dan Sungaiselan.
  3. Dari seluruh wilayah Distrik Muntok, hanya kampung Mesulong yang menggunakan bahasa Darat dan posisinya dekat perbatasan dengan distrik Sungailiat yakni dekat kampung Kelumbi.
  4. Banyak nama kampung kecil yang kini hilang dan tidak dikenali, seperti Titi Puak, Lobak Ulu, Ulas, Ketra, Ransien, Simbar, Sedayu, Luwing, Papan, Jelutung, Auwer, Lesa, Katulu dan lain-lain.

Edisi selanjutnya akan membahas bahasa kedua yakni Bahasa Dialek Darat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *