Sebaran Bahasa di Pulau Bangka Pada Tahun 1889 (bagian 3)

Oleh : Ali Usman, Pamong Budaya DISPARBUDKEPORA Kep. Bangka Belitung

Bekaespedia_Sebaran Bahasa Darat dan Bahasa Dialek Darat hampir sepulau Bangka, terutama wilayah pedalaman, dimana keaslian lebih terjaga di kalangan orang Gunung. Sementara wilayah pesisir terjadi perubahan budaya yang dipengaruhi kedatangan orang luar pulau Bangka dan bermukim di kota-kota pesisir, seperti Mentok, Belinyu, Sungailiat dan Koba. Interaksi penduduk lokal dengan pendatang inilah yang memunculkan “bahasa baru” hasil perkawinan budaya (asimilasi), bahkan mendominasi di wilayah tertentu.

Kita mulai dengan Bahasa  Melayu Bangka (Bangka-Maleisch) yang hanya tersebar di Kota Mentok. Kedatangan orang-orang Melayu Siantan sejak abad XVIII  membawa bahasa dan budayanya. Sebagai sekutu Sultan Mahmud Badarudin I, orang Siantan memiliki keistimewaan dalam bidang pemerintahan dan penambangan timah. Pemerintah Hindia Belanda meneruskan kebijakan istimewa ini dengan mengkategorikan sebagai orang Melayu, berbeda dengan penduduk asli Bangka yang disebut orang Gunung.

Sebaran Bahasa Melayu Bangka ini mencapai kota Koba dan mengalami perubahan menjadi Bahasa Melayu Dialek Darat (Maleisch met Daratsch Dialect). Orang Melayu dari Mentok dan Palembang ditempatkan di Koba untuk mengawasi pemerintahan dan penambangan timah. Terjadi interaksi dengan orang Gunung yang mempengaruhi perubahan bahasa.

Pengaruh kesultanan Riau Lingga di Pulau Bangka terekam dalam  Bahasa Melayu Riau-Lingga (Rijau-Lingga-Maleisch)  yang tersebar di Kelabat Distrik Jebus,  Kota Belinyu, Kota Sungailiat dan Kota Baturusa sekitarnya. Apakah penyebaran bahasa ini dipengaruhi ketokohan Panglima Rahman dan Depati Bahrin pada akhir abad XVIII sampai pertengahan abad IX?

Selain bahasa Melayu Siantan dan Melayu Riau Lingga, ada bahasa asing yang tersebar di pulau Bangka yakni Bahasa China (Chineesch). Bahasa ini dibawa orang China “Singkek” yang bekerja dan bermukim di sekitar lokasi tambang timah, seperti di onderdistricten Jebus  dan Kelabat. Sebagian kecil tersebar di onderdistrik Merawang. Wilayah Jebus meliputi Ketap dan Tayu. Sementara Kelabat meliputi Tjawin, Klabatdarat, Soentai, Poepoetatas, Poepoet Bawah, Koeboeklabat, Djeboe, Mijn 1 dan Tanjung Ru.

Interaksi antara orang Singkek dengan orang Melayu menciptakan Bahasa China-Melayu (Chineesch met Maleisch) dan  tersebar di Distrik Jebus meliputi Kampung China, Baru, Jebus, Soengei Boeloeh, Simpang, Kampa dan Mijn 6.

Bahasa asli orang Gunung yang bermukim di Mapor dibedakan sendiri dari bahasa Darat maupun bahasa Dialek Darat. Bahasa Mapor (Maporeesch) tersebar di Distrik Belinjoe (Belinyu dan Pandji Sekah) dan sebagian utara onderdistrik Soengai Lijat. Perkampungan yang masuk distrik Belinjoe antara lain Sabar, Bekam, Ajoen, Bajet, Pantik, Telang, Ajer Abik dan Pangkal Mapor. Hanya kampung Kajoe Arang Distrik Soengeiliat yang masuk wilayah Mapor.

Interaksi antara orang Mapor dengan orang Darat yang bermukim di sekitar  Kampung Gunung Muda, Riding Panjang dan Riouw menghasilkan Bahasa Mapor Dialek Darat (Maporeesch met Daratsch) yang hanya tersebar sebagian kecil di onderdistrik Pandji Sekah, antara kampung Gunung Muda – Air Abik.

Bahasa asli orang Laut dibedakan dengan bahasa orang Gunung, yakni Bahasa Sekak (Sekah’sch (Orang Laoetsch)) yang tersebar di kalangan orang Laut yang bermukim di Kampung Bakik Distrik Jebus, Kampung Goenoeng dan Tandjoeng Laboe  Distrik Lepar_eilanden.

Interaksi antara orang Laut dengan orang Gunung menghasilkan Bahasa Sekak Darat (Daratsch met enkele Sekah woorden) yang menyebar di sebagian besar pulau Lepar dan pulai Lijat. Sementara perkawinan silang antara orang Sekak dan orang Melayu Belinyu menghasilkan bahasa Melayu Sekak (Maleisch Sekah’sch) yang hanya tersebar di tepi Teluk Kelabat dekat Belinyu.

Dari uraian diatas, ada beberapa  fakta sejarah yang menarik :

  1. Bahasa hasil silang budaya hanya tersebar di kota-kota pesisir pulau Bangka (Mentok, Belinyu, Sungailiat, Baturusa dan Koba) yang dipengaruhi sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan pusat penambangan timah.
  2. Bahasa asing ini terdiri dari bahasa Melayu Siantan, Melayu Riau Lingga dan bahasa China.
  3. Bahasa Mapor dan bahasa Sekak dikategorikan sendiri, bukan bagian bahasa Darat maupun bahasa Dialek Darat.
  4. Bahasa Melayu Riau Lingga sudah punah di Kelabat, Belinyu, Sungailiat dan  Baturusa.

Cukup sekian ulasan berdasarkan Peta Schets Taalkaart van de Residentie Bangka karya K.F. Holle yang diterbitkan pada tahun 1889.  Terima kasih.

Exit mobile version