Oleh: Rusmin Sopian (Ketua GPMB Bangka Selatan)
Bekaespedia.com _ Kami tiba di Payung, saat cahaya matahari mulai menuruni langit. Sementara kelelawar berterbangan mencari pohon perlindungan. Cuaca kamis (10/11/2023) sore itu sangat bersahabat.
Sapaan akrab dari Datuk Sumardoni dan beberapa kenalan baru, menyambut kedatangan kami dengan hangat, simbol masyarakat Melayu.
Azan Isya berkumandang dengan religius dari corong pengeras suara masjid. Para warga berduyun-duyun ke masjid terdekat.
Tak terkecuali para tenaga pendidik yang tinggal di kawasan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Payung ini. Bergegas menuju Musholla Sekolah.
Bersama Sumardoni, Sekretaris Lembaga Adat Melayu Negeri Junjung Behaoh, kami mulai mengembara. Menikmati keindahan malam, langit cerah. Kerlap-kerlip bintang seolah menuntun perjalanan kami.
Menyusuri jalanan Kota Payung, Lalu lintas malam itu lumayan ramai. Kendaraan roda dua dan empat mengornamen Jalanan.
Disepanjang jalan utama Kota Payung menuju ke arah SMAN 1 Payung, deretan penjual makanan meramaikan malam, potret denyut ekonomi sebuah Kota.
Rumah makan khas Padang menjadi pilihan kami berlokasi tak jauh dari Simpang empat Payung.
Menyantap menu khas Padang melupakan kami bahwa sedang berada di sebuah Ibukota Kecamatan yang tertua kedua setelah Toboali.
Ekspansi rumah makan khas Minang memang luarbiasa, menembus hingga daerah-daerah terluar di Nusantara.
Motor roda dua buatan negeri sakura mendamparkan kami ke rumah Sidharta. Tenaga pendidik sekaligus budayawan yang berdomisili di Payung.
Di tangan mantan Kepala Sekolah SMPN 1 Payung ini, prestasi seni budaya Kecamatan Payung menembus panggung tertinggi Jakarta, mengeskalasi nama daerah meninggikan martabat daerah di pentas kelas Nasional.
Dari Mulai Pekan Raya Jakarta hingga pusat kebudayaan nasional. Sebuah prestasi yang mencengangkan, bahkan menakjubkan.
Pembicaraan kami bersama Pak Darta makin mengalir hingga menembus masa lalu yang hebat dan memesona.
Sebuah catatan prestasi yang patut dibanggakan, menjadi warisan bagi anak cucu dan para pewaris masa depan daerah.
Pembicaraan makin mengalir seiring hadirnya kopi plus roti panggang menjadi sahabat istimewa komunitas perut.
Tak terasa waktu memutuskan untuk beristirahat.
Jalanan mulai menipis toko-toko berarsitektur moderen masih terbuka lebar pintu masuknya. Beberapa warga terlihat masih mendatangi toko-toko itu.
Semalam di Tanah Pering, sungguh luar biasa. Banyak kisah yang patut dinarasikan., banyak peristiwa yang memesona. Kekerabatan menjadi bagian dari kehidupan, Kekeluargaan menjadi simbol kehidupan.
Terima kasih penghuni Tanah Pering untuk malam yang istimewanya.
Suatu waktu, ingin kembali datang dengan narasi yang lain yang tidak pernah habis untuk dituliskan dan diceritakan.
Pertanyaan kami dan pembaca tampaknya sama. Tentang Pering, tentang Tanah Pering yang menjadi judul tulisan sederhana ini.
Tentang Pering, tentang Krio Panting, biarlah Sekretaris Lembaga Adat Melayu Negeri Junjung Behaoh Sumardoni yang menjelaskannya.
Biarlah para budayawan Payung yang menjelaskannya, mereka ahlinya.
Bukankah ada adagium “Serahkan suatu urusan kepada mereka yang ahlinya ” kalau tidak, maka tunggu kehancurannya.
Toboali, November 2023