Tiga Peristiwa Asal Usul Nama Kampong Gudang, Salah Satunya Gudangnya Mistik

Kampung Gudang
Foto oleh Hendra Gunawan Makmun

Penulis : Kulul Sari

Simpang Rimba, Bekaespedia.com Kabupaten Bangka Selatan dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2003, tepatnya tanggal 25 Februari 2003. Pembentukan kabupaten paling selatan Pulau Bangka ini bersama-sama dengan pembentukan Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Barat dan Belitung Timur.

Desa Gudang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sering orang bertanya mengapa desa ini dinamakan Kampong Gudang, bukan nama tumbuhan atau pohon yang umum digunakan di Bangka yang mengambil nama kampong dari nama pohon atau tumbuhan seperti kampong Jelutong, Merapen, Trentang dan lain-lain. Sebelum kita bahas pendapat masyarakat tentang asal usul penamaan kampong Gudang menurut tutur lisan, kita bahas dulu pendapat Ali Usman, pamong budaya dan sejarawan Bangka Belitung. Ia menjelaskan tentang Kampong Gudang berdasarkan peta yang di terbitkan oleh Belanda, berikut uraiannya, “Dalam peta Kaart van het Eiland Banka, Volgens de Topographische Opneming in de Jaren 1852-1855, Kampung Gudang muncul pertama kali di peta dengan ejaan Goedang. Masuk wilayah distrik Soengislan bersama kampung lainnya seperti Jeloetong, Irigg, Merapin, Trentang, Nadong, Pajong, Singuir, Segadin, Permis, Bassong, Pangkal Kotta, Pangka Boeloe dan Male ,” jelas Ali Usman, Kamis (1/2/2024)

Menurut Ali Usman, sejak saat itu Kampung Goedang masuk peta tahun 1884, 1885, 1896, 1898, 1925, 1932 dan 1945. Peta 1896 memasukkan dalam onderdistrik Permisan bersama Kampung Sebagin, Djering, Basong, Bangka Kota dan Radjik sebagai ibukota onderdistrik.

Artinya nama kampong Gudang sudah tertera sejak lama. Dan peta yang tertua pada tahun 1852-1855 itu telah menunjukkan bahwa kampong Gudang memang sudah ada. Tentu saja sebelum tahun 1852 itu sudah ada, walau penghuninya baru beberapa bubung rumah. Atau nama kampung Gudang sebelumnya ada nama lain yang lokasinya berbeda namun tidak berjauhan.

Bergantinya tahun dan masa, tentu ada perubahan-perubahan yang tentu saja ada pergeseran-pergeseran mendasar. “Selanjutnya bila dilihat pada peta 1925 terjadi perubahan wilayah adminitrasi yang membagi Afdeeling Bangka dalam 5 onderafdeeling, yakni Pangkalpinang, Noord Bangka, Muntok, Soengailiat dan Zuid-Bangka. Dalam hal ini Kampung Gudang masuk onderafdeeling Zuid Bangka”, lanjut Ali

Kemudian dijelaskan Ali bahwa pada peta tahun 1932 topografi Kampung Gudang berada di kaki Bukit Batoepoelai (109 meter) yang menjadi hulu dari Aik Teloetoek, membentuk aliran Aik Baboear dan menyatu ke Sungai Bangkakota. Bila dilihat dari peta, pemukiman kampung saat itu berada di jalan lama, sementara jalan baru belum ada penduduk. Peta tahun 1946 tidak banyak perubahan, pemukiman masih di jalan lama.

Kampung Gudang
Foto oleh Hendra Gunawan Makmun

Penamaan kampong Gudang berdasarkan tutur lisan masyarakat yang penulis dapatkan dari dua orangtua yang saat wawancara berlangsung keduanya sudah sepuh. Mereka merupakan tokoh masyarakat yang cukup berjasa dan disegani. Saat ini keduanya telah meninggal dunia.

Pertama penulis dapat dari tutur Abok Abidin. Pada saat beliau masih hidup, masyarakat biasanya memanggil beliau dengan panggilan Anjang Bidin. Dipanggil Anjang karena beliau anak nomor dua dalam keluarganya.
Pada masa hidupnya beliau sangat disegani karena ketokohannya. Suatu malam pada september tahun 2016, penulis sempat berbincang dengannya dan saat itu kami akan menggelar Festival Batin Tikal I.  Perbincangan kami dengan Anjang Bidin seputar kegiatan itu, juga beberapa hal yang berkaitan dengan tradisi budaya di kampong Gudang khususnya dan wilayah Kecamatan Simpang Rimba secara umum yang berlaku tempo dulu. Termasuklah penulis sempat bertanya tentang asal muasal penamaan Kampong Gudang.

Anjang Bidin mengungkapkan pada penamaan Kampong Gudang, menurut sepengetahuannya ada dua sebutan, pertama kampong Gudang dikenal dengan ilmu mistiknya yang kuat, maka di semat gudang ilmu, kedua gudang senjata. “Kampong Gudang ini menurut keterangan kakek, nenek dan orang tua kami terkenal dengan ilmu mistiknya yang kuat. Untuk masuk ke kampong ini tidak sembarang orang. Sehingga untuk masuk ke wilayah Kampong Gudang orang sangat takut serta berhati-hati”, jelasnya saat itu. Karena di anggap punya ilmu mistik yang kuat ini selanjutnya orang pada masa itu menyebutnya kampong Gudang ilmu. Maka disebutlah kampong Gudang.

Selain gudangnya ilmu mistik yang saat itu ditakuti orang, menurut keterangan Anjang Bidin, dulu pada masa penjajahan Belanda di kampong Gudang ada tempat penyimpanan senjata. Tempat penyimpanan senjata itu disebut Gudang oleh Belanda dan warga. Karena saat itu sering di sebut dengan Gudang, maka hingga sekarang disebut dengan Kampong Gudang.

Keberadaan Gudang senjata memang belum ditemukan bukti otentik nya. Namun namanya sudah melekat dan di abadikan nama kampong. Anjang Bidin meninggal dunia tahun 2019 dalam usia sekira 72 tahun.

Informasi yang kedua tentang asal muasal nama kampung Gudang penulis dapat dari almarhumah Ngah Seliya. Beliau seorang dukun beranak. Beliau meninggal pada oktober tahun 2021. Saat meninggal usianya menginjak 107 tahun. Karena usianya saat itu sudah senja, orang memanggilnya Nek Ngah Seliya. Menurut penuturan Nek Ngah Seliya sudah menjalani hidupnya sebagai dukun beranak sekira usia belasan tahun. Saat itu nek Ngah Seliya sering mengikuti neneknya membantu orang melahirkan. Profesi itu beliau lakoni hingga usianya 90an tahun. Diusianya yang sudah senja, Nek Ngah Seliya masih sering menolong orang melahirkan, bila di butuhkan orang.

Beberapa bulan sebelum meninggal dunia, Nek Ngah Seliya pernah menceritakan tentang keterlibatannya saat terjadinya perlawanan pribumi terhadap peristiwa peperangan melawan Jepang dan Belanda. Ia juga mengisahkan kenapa kampung Gudang dinamakan Kampong Gudang. Diceritakannya selain terkenal dengan gudang ilmu mistiknya, gudang tempat penyimpanan senjata, dikampong ini pada masa penjajahan Jepang dulu ada gudang tempat penyimpanan padi.

“Usiaku pada zaman penjajahan Jepang itu sekitar 15 tahun. Kami tinggal di ume dan di kebun. Kalau lagi musim padi panen, tentara Jepang pergi ke hutan-hutan mencari masyarakat yang berume dan bila bertemu, tentara Jepang merampas dan mengambil padi masyarakat dan Padi hasil rampasan dari ume masyarakat itu dimasukkan tentara Jepang di gudang, untuk bekal tentara Jepang. Gudang tempat penyimpanan padi itu ada di kampong kita, maka kampong kita disebut dengan kampong Gudang”, ungkapnya.

Pada masa penjajahan Jepang itu, menurut nek Ngah Seliya, masyarakat yang berume / bertanam padi, hasilnya selalu disembunyikan disuatu tempat dan hanya menyisakan sedikit di pondok ume, karena khawatir akan di ketahui dan dirampas tentara Jepang.

Sebelumnya penulis sudah banyak mendengar tentang asal usul penamaan atau toponimi dari Kampong Gudang, dan selalu bermuara pada penyebutan tiga nama seperti yang disebutkan diatas. Namun penulis belum merasa yakin karena tidak ditemukan bukti otentik dari penamaan ini. Akan tetapi karena dalam literatur tidak ditemukan tentang penamaan kampong Gudang, maka kisah asal usul penamaan atau toponimi ini bisa jadi merupakan asal nama penyebutan Kampong Gudang.  (Bekaespedia)

Foto : Hendra Gunawan Makmun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *