Penulis : Meilanto (Pegiat Sejarah dan Budaya Bangka Tengah)
bekaespedia.com_ Trubus awalnya merupakan nama dusun yang sudah ada sejak awal berdekatan dengan Dusun Jangka yang mana pada waktu itu masih menginduk dengan Desa Perlang. Sebagian penduduk di sini merupakan petani. Dusun ini dulunya terkandung banyak sumber timah, hal ini terbukti dengan kehadiran PT. Kobatin yang mulai membuka usahanya pada yahun 1979 di desa ini. Kemudian, setelah dilakukan ganti rugi lahan dari Dusun Jangka, maka masyarakat mulai pindah ke Trubus yang saat itu memiliki kepala dusun.
Kepala Dusun Trubus saat itu tepatnya tahun 1980 – 1984 dijabat oleh Bapak Tersino. Sebagian besar penduduknya beragama Konghucu. Kemudian, pada tahun 2007 dimekarkan menjadi desa otonom yang masuk Kecamatan Lubuk Besar dengan Kepala Desa dijabat oleh Bapak Cu Tet Siong. Desa Trubus terdiri dari dua dusun, yaitu Dusun Rangkat dan Dusun Trubus. Kemudian kepala desa sementara dijabat oleh Cu Tet Siong, yang selanjutnya terpilih sebagai Kades pertama di Desa Trubus.
Paya Adap
Paya Adap merupakan salah satu kawasan yang berada di sisi utara Desa Trubus. Jika kita ke melintasi jalan raya Trubus-Perlang, sebelah kiri terdapat jalan yang menuju ke suatu pantai dengan nama Payak Adep. Jarak dari jalan raya ke Pantai Payak Adep ± 6 km. Jalan aspal hotmix kurang lebih 1 km dan selebihnya tanah puru.
Menarik mencermati Paya Adap (Payak Adep). Salah satu koleksi foto dari Tropenmuseum dengan judul Houtskoolmijt te Paya-adap bij Koba (tumpukan kayu pembuatan arang di Paya Adap dekat Koba) adalah gambar situasi orang-orang sedang mengumpulkan kayu. Dalam foto tersebut kayu-kayu disusun sangat tinggi melebihi tinggi pekerjanya yang diawasi oleh beberapa mandor. Sementara kayu-kayu yang disusuun tersebut pada tiap-tiap sisi dipasang kayu berdiri supaya kayu-kayu tidak ambruk. Sembilan tunjang pada sisi panjangnya dengan psosisi miring.
Perjalanan menuju Pantai Payak Adep, sangat menarik. Kebun gaharu seluas 10 Ha menjadi pemandangan yang sangat berkesan. Sesekali di kiri kanan jalan kebun sawit warga. Dan yang tak kalah menarik adalah batang kayu melangir dan nyatoh berukuran besar dan menjulang tinggi seperti boshwozen yang ada di Desa Kimak Kecamatan Merawang, Bangka. Hutan melangir tersebut merupakan hutan peninggalan Belanda seluas ± 38 Ha.
Tiba di Pantai Payak Adep, penulis bertemu dengan seorang warga Perlang yang baru selesai melaut. Adalah Bapak Sudarmanto (52 Tahun) yang menjadi narasumber dalam menggali kisah pembuatan arang di Payak Adep. Menurutnya, berdasarkan cerita turun temurun dari orang tuanya, di kawasan Payak Adep memang ada tempat pembuatan arang sejak zaman Belanda. Pembuatan arang tersebut mempekerjakan orang-orang Cina. Adapun kayu-kayu untuk pembuatan arang tersebut adalah kayu-kayu yang berasal dari hutan di kawasan Payak Adep yang saat itu masih hutan belantara. Selanjutnya penulis diajaknya ke tempat pembuatan arang tersebut. Tempat pembuatan arang tersebut kini telah menjadi kebun sawit warga.
Trubus dalam Peta
Memperhatikan peta buatan Belanda tahun 1934 dengan seri D D 30,44 yang berjudul Perlang terlihat jelas bahwa, trubus belum terbentuk sebagai sebuah pemukiman. Terlihat beberapa nama air/ sungai pada peta tersebut yang mengarah posisi ke Trubus sekarang yaitu A. Pajahandap (Air Payahandap) di sisi utara jalan verharde weg (jalan beraspal). Akses jalan menuju ke sisi utara jalan raya berada ijzeren paal van de tinwinning (tiang besi penambangan timah) 67. Jalan tersebut niet verharde weg dengan beberapa garis batas hutan (gresn B.W.).
Di ujung jalan terdapat bangunan semi permanen (bamboo houten) dan terdapat cekungan. Pada lokasi tersebut ditanami lada, karet dan kelapa. Tidak jauh dari muara sungai terdapat kuburan agama Islam (inlandsche graven). Disisi barat A. Pajahandap, ada A. Lobang (Air Lobang) dan S. Koeloer (Sungai Kulur) yang juga bermuara ke Zuid-Chineesche Zee. Di sisi timur jalan menuju ke A. Pajahandap ada A. Pelakat (Air Pelakat) yang juga bermuara ke Laut Cina Selatan.
Sementara itu di sisi selatan jalan raya banyak kebun lada (Regelmatig aangeledge pepertuinen) dan Rubber (karet). Bamboe houten juga terlihat di beberapa titik. Terdapat empat jalan setapak (voetpad) yang menuju ke kebun lada. Tampak sebuah kolong (kolam besar) di sisi selatan jalan raya dan beberapa Chineesche graven (pendem/kuburan Cina). Di sisi selatan terdapat A. Teleboes (Air Telebus), A. Beringin (Air Beringin) dan A. Merbak (Air Merbak) serta Bukit Dasih dengan ketinggian 135.
Dari peta di atas tidak ditemukan kata “Trubus”. Yang ada hanya “A. Teleboes” (dibaca= Air Telebus). Apakah nama ini diambil sehingga menjadi nama sebuah dusun kemudian naik status menjadi desa dengan pengucapan yang berbeda dari Telebus menjadi Trubus?Mungkin Saja. (DM)