Batin Oelin, Kampung Paris, Pulau Besar, dan Batubetumpang (2) 

Oleh : Drs. Akhmad Elvian & Ali Usman

Pada masa Hindia Belanda, dalam Javasche Courant, 28 April 1847, lembar ke-2, wilayah Olim merupakan wilayah yang diincar oleh bajak laut. Pada 14 Maret, Empat warga Olim (Toboali) yang sedang dalam perjalanan ke ibukota Toboali, diserang oleh sebuah sampan yang mengangkut beberapa orang awak kapal. Akan tetapi mereka berhasil lolos dengan meninggalkan perahu dan muatannya. Pada 23 Maret, sembilan perahu perompak besar berkumpul di teluk Dusun (Toboali) di dekat ibukota, sementara di dua kampung besar masing-masing telah disiapkan 25 orang perompak. Namun akhirnya mereka segera kembali ke perahu mereka ketika melihat kampung yang lebih besar sudah dilengkapi dengan benteng. Usaha administrator untuk mencegah para perompak dengan penduduk kampung bersenjata dan beberapa anggota militer ternyata sia-sia, mereka tidak berhasil memotong laju perompak di laut dengan perahu-perahu besar yang mereka miliki.

Dr. Franz Epp, dalam bukunya, Schilderungen aus Hollandisch-Ostinden, Heidelberg, J.C.B. Mohr, 1852, halaman 212, merinci dengan detil jumlah penduduk di beberapa wilayah pemukiman (kampung) di distrik Toboali termasuk Olim pada Tahun 1848 Masehi atau pada awal sebelum perang Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir, yaitu Toboaly 753 jiwa, Gossong 1.121 jiwa, Nieri (maksudnya Nyire) 1.107 jiwa, Olim 721 jiwa, die minen (maksudnya penduduk yang tinggal pada beberapa lokasi pertambangan) 883 orang, Pulu Lepar (maksudnya pulau Lepar) 964 jiwa penduduk. Total keseluruhan penduduk di distrik Toboali termasuk penduduk di pulau Lepar (ada 1 kampung di Ayer Menga) yaitu 5.549 jiwa.

Pada wilayah Batin Oelin terdapat Duabelas kampung dan salah satu kampung yang unik namanya di Batin Oelin adalah Kampung Paris. Kampung Paris secara geografis terletak di kawasan Pesisir Barat pulau Bangka, terletak di sisi Barat Pulau Besar, Pulau Kecil atau Pulau Bedaun, Sungai Oelin dan Tanjung Batu. Dari Kampung Batu Betumpang ke kampung Paris terdapat jalan setapak menuju ke kampung Paris setelah menyeberangi jembatan kayu di muara sungai Oelin kemudian melewati Aik Koendil dan Aik Tanjung Layang. Pada sisi Barat Laut kampung Paris terdapat Kelekak Loeboek Boender dan Bukit Mentandoek (66,5 meter) dan pada sisi Utara, kampung Paris terdapat Bukit Tawar. Pada sisi Selatan, kampung Paris terhubung dengan jalan setapak menuju ke Tanjung Lalang di pesisir pantai Barat pulau Bangka, serta kampung Paris juga terhubung dengan jalan setapak menuju ke sisi Tenggara Aik Menjoel di laut pesisir Barat pulau Bangka. Pada peta Tahun 1946, Kampung Paris juga telah terhubung ke arah Utara dengan jalan setapak yang terletak di sisi Timur sungai Oelin sampai ke kampung Delas.

Kampung ini diberi nama dengan toponimi Paris karena dulunya pada kawasan atau wilayah geografis kampung banyak tumbuh pohon Paris atau pohon Meranti Putih. Kampung Paris menjadi kampung mati atau menjadi kampung kosong karena ditinggalkan penduduknya yang kemudian pindah ke wilayah kampung Batubetumpang. Dalam peta Res. Bangka en Onderh. Opgenomen door den Topografischen dienst in 1933-1934 Blad 35/XXVIIe, pada tahun tersebut dalam peta sudah tercatat keberadaan kampung Paris dan kampung Batubetumpang. Berdasarkan temuan di bekas kampung Paris, terdapat kawasan yang ditumbuhi aneka macam buah-buahan yang cukup berusia tua, yang mirip dengan Kelekak dan terdapat temuan bekas Dua anak tangga rumah terbuat dari semen dan bekas bak terbuat dari semen tempat berwudhu. Berdasarkan keterangan lisan masyarakat, bahwa pada kampung Paris telah terdapat Surau atau Langgar (diperkirakan Kampung Paris merupakan kampung kecil sekitar 20-30 keluarga batih monogami). Menelisik keterangan pada peta di atas, tampaknya Kampung Paris berada pada tepi kiri dan kanan Jalan dan pada posisi yang lurus sepias dengan wilayah pesisir Barat pantai pulau Bangka. Kemudian pada sisi Timur kampung Paris terdapat kebun Lada atau Sahang penduduk yang ditanami dengan teratur, serta pada bagian Selatan dan Utara Kampung terdapat tanaman atau kebun Karet penduduk. Kemungkinan kampung Paris secara berangsur angsur ditinggalkan oleh penduduk kampungnya dan pindah ke kampung Batubetumpang di sisi Utara Pulau Besar dan mereka sering mengidentifikasi dirinya dengan sebutan orang pulau Besar. Penyebab Kampung Paris ditinggalkan penduduknya ke sisi Utara Pulau Besar yang disebut Batubetumpang adalah karena kampung Paris yang terisolir diapit oleh dua sungai besar yaitu sungai Oelin dan sungai Nyireh sehingga sulit terhubung dengan kampung kampung lainnya melalui darat, serta kampung Batubetumpang yang letaknya lebih strategis untuk berhubungan melalui transportasi darat dengan kampung kampung di sisi utaranya.

Pulau Besar pertama kali muncul dalam peta buatan bangsa Inggris saat menguasai Pulau Bangka (1812-1816) dan baru diterbitkan pada tahun 1821 dengan judul A Map of the Island of Banca by M.H. Court. Pulau Besa berada diantara muara Sungai Ballar dan Sungai Oelim. Baru muncul lagi dalam peta Kaart van het Eiland Banka karya J.W. Stemfoort pada tahun 1885. Pulau Besar berada di Otjoeng (Tanjung) Besar dan saat itu belum ada menara suar. Nama pulau Besar muncul lagi dalam peta Schets Taalkaart van de Residentie Bangka karya K.F. Holle pada tahun 1889. Sejak dibangun menara suar pada tahun 1888, Pulau Besar identik dengan tanda menara suarnya dan selalu muncul dalam peta 1896, 1897, 1898, 1909, 1916, 1925, 1935, 1946, 1955, 1986, 1992 dan 2002. Dari sekian banyak peta tersebut, hanya peta topografi tahun 1935 berskala 1:25.000, Pulau ini terpetakan secara detail, terdiri dari gambar 1 menara suar, 2 bangunan permanen, kuburan muslim dan dikelilingi batu karang. Dipisahkan dengan daratan pulau Bangka sejauh 200 meter dan dapat ditempuh dengan jalan kaki saat air surut.

 

Dikutip langsung dari Kajian Sejarah Objek Diduga Cagar Budaya Di Pulau Besar Kecamatan Pulau Besar Kabupaten Bangka Selatan Karya Drs. Akhmad Elvian & Ali Usman Tahun 2024*

 

Exit mobile version