Oleh : Amiruddin Djakfar
Dihadiri dan disaksikan oleh semua orang yang menonton perutnya membesar, membesar dan nafasnya sesak kemudian mati. Pertolongan-pertolongan yang diberikan sia-sia belaka. Dalam kelompok pegawai-pegawai sipil Belanda yang menonton terjadi pula kehebohan. Ibat dan Abu tergeletak sama halnya seperti serdadu yang mencukur rambut Batin Tikal, perutnya membesar kemudian mati pula. Kapten Becking sangat terkejut melihat kesudahan pertunjukannya itu, dengan segera disuruhnya membawa pahlawan Barin Tikal ke dalam kurungannya. Gegading Pangkal Selan dilantik hari itu juga sebagai Batin Pangkal Selan dengan tergesa-gesa. Malamnya Becking tidur lebih lekas dari biasanya dan dia diburu-buru oleh ketakutannya, demikian pula Batin Pangkal Selan diburu-buru oleh ketakutannya melihat peristiwa siang tadi. Batin Pangkal Selan merasa telah berdosa terhadap Batin Tikal.
Pagi-paginya di tangsi Belanda tampak kehebohan luar biasa, serdadu-serdadu sibuk, pegawai-pegawai sipil sibuk. Apakah gerangan?
Kapten Becking komandan tentara Belanda, sewaktu pesuruhnya mengantarkan makanan pagi telah kedapatan mati di tempat tidurnya. Lebih pagi dari yang terjadi di tangsi di rumah Batin tampak orang berkerumun. Ada yang menarah kayu, ada yang memotong bambu, dari dalam terdengar rayap tangis. Batin Pangkal Selan yang baru sekali memakai pakaian angkatan Batin, belum duduk sado, belum sempat tour, sudah mati pula di tempat tidurnya. Menurut ilmu gaib mereka kena ilmu gaib Batin Tikal Ilmu Sanggak Mati Dibuno, wallahua’lam. Yang terang mereka tidak diridoi Allah, sebab mengkhianati tanah airnya.
Kesudahannya…sebuah kapal perang Belanda bertolak perlahan dari dermaga Mentok menuju Batavia (Jakarta) membawa pahlawan Batin Tikal dan beberapa orang kawan beliau.
Lamat-lambat hilanglah tanah Pulau Bangka dan puncak Gunung Menumbing perlahan-lahan laksana tenggelam ke dasar laut. “Selamat tinggal tanah tumpah darahku, selamat tinggal…pastilah kita takkan berjumpa lagi…!” jerit jiwa pahlawan itu. “Hatiku puas sudah, darma bakti telah ku serahkan padamu wahai Ibu Pertiwi.”
Dari jendela kurungannya yang dijaga keras sekali beliau menyaksikan lenyapnya Pulau Bangka ke dasar lautan. Sekarang kapal perang berlayar, melaju terus membelah ombak selat Sunda menuju Batavia. Menurut pembaca sudah habiskah sejarah misteriusnya Batin Tikal?
Belum…kehidupan dan sejarah kepahlawanan beliau penuh misterius. Setelah beberapa tahun lamanya seorang dari pada tawanan Belanda itu dilepaskan lalu diperbolehkan pulang ke Bangka; bekas pejuang itu menceritakan bahwa serdadu-serdadu pengawal sangat takut kepada Batin Tikal, tetapi sewaktu kapal perang melayari Selat Sunda sekitar Gunung Rakata, serdadu pengawal yang menjaga pahlawan itu sangat terkejut demi didapati kamar pahlawan itu sudah kosong. Tawanannya sudah gaib sedangkan pintu dikunci rapat-rapat. Dengan demikian sejarah daripada akhir hayatnya jadi kabur-kabur, apakah memang beliau dibuang dengan sengaja oleh Belanda ke dalam laut, ataupun memang pengaruh ilmu gaib yang beliau punyai, yaitu tatkala hidupnya dalam alam ini tidak ada harapan lagi, jasadnya bersatu dengan alam gaib. Berakhirlah di sini kehidupan beliau tanpa bekas, oleh Belanda memang berkas-bekasnya sengaja dihapuskan habis-habis, agar pengaruh pahlawan itu tidak berkembang lagi.
Namun, Belanda agaknya lupa karena ia meninggalkan sebuah pendam pekuburan sebagai bukti perlawanan Batin Tikal. Pendam pekuburan itu letaknya tidak jauh dari tangsi polisi di Kota Sungaiselan sekarang ini. Kuburan ini tentu saja dianggap kuburan seorang pahlawan oleh Belanda. Pada pendam itu yang bentuknya menyerupai tugu, tertulis dalam bahasa Belanda :
HIER RUST
D.W. BECKING
MAJOOR DER INFANTERIE
MIL. KOMMD VAN BANKA
RIDDER
DER MILL WILL ORDE
geb : te WEERDT , 12 Maart 1803
overl : te Soengei Slan
25 February 1851.
(Bersambung)
Catatan: tulisan ini merupakan karya Amiruddin Djakfar yang ditulis tahun 1966 yang penulis peroleh dari Bujang KN (alm) saat Festival Batin Tikal 2019 di Desa Gudang.
Penulis sudah mendapat izin dari keluarga almarhum Amiruddin Djakfar untuk mempublikasikan tulisan ini.