Batin Tikal (Bagian 12)

Batin Tikal (Bagian 12)

Oleh: Amiruddin Djakfar

 

Di sini berisitirahat D.W. Becking Mayor Infanterie Komandan Militer Bangka dianugerahi bintang militer Willem orde (bintang tanjung). Lahir di Weerdt 12 – 3 – 1803. Meninggal di Sungaiselan 25 – 2 – 1851.

Seperti ceritera di atas, Kapten ini mati setelah menggunting rambut Batin Tikal. Dari pada itu tak ada lagi bekas-bekasnya kepahlawanan Batin Tikal semuanya habis dikikis Belanda dalam ratusan tahun. Sembilan puluh satu tahun kemudian dalam tahun 1945, semangat ini bangkit menggelora, putra-putra Pulau Timah membuktikan bahwa mereka pun tidak absen dalam membela Bunda Pertiwi, umpamanya di Bukit Mak Andil Petaling, yang gugur dimakamkan di situ juga, pertempuran di Tanjung Berikat, di Gajul Sarangmandi, makam pahlawan di jalan Koba, makam Pahlawan Mayor Muhidin cs di Nibung terlalu banyak jika dituliskan satu persatu. Cukuplah kita tuliskan beberapa tempat ini, sebagai bukti bahwa putra-putra Pulau Timah tidaklah absen dalam revolusi 1945, seperti dugaan saudara-saudara sebangsa dari pulau-pulau lain.

 

TAMAT

 

 

Informasi tambahan 

Keturunan Batin Tikal

Menurut keterangan Bok Binjeng alias Ma’aryf bin Jema’i Sungaiselan, yang mencapai usia 110 tahun lebih yang meninggal sekitar tahun 1970-an, bahwa Batin Tikal meninggalkan seorang anak perempuan nama Rawo yang terkenal dengan panggilan Nek Rawo.

Nek Rawo mempunyai seorang anak laki-laki, namanya Kerinci.

Kerinci mempunyai tiga orang anak, dua laki-laki dan seorang perempuan.

Lamtaza, tinggal di Sungaiselan dan meninggal dunia di Pulau Nangka, meninggalkan beberapa orang anak dari tiga orang istri.

Dengan istri istri pertama memperoleh seorang anak laki-laki, nama Saleh

Dengan istri kedua memperoleh tiga orang anak, nama L. Zainab, Saluhi dan Siti Sarah.

Dengan istri ketiga memperoleh dua orang anak, nama Cik Mamat dan Zaijah.

Burza, tinggal di Pangkalpinang dan meninggal dunia di Kampung Melintang, Pangkalpinang. Meninggalkan anak laki-laki nama Ali (Ali Burza), mantan Depati Pangkalpinang.

Kurang jelas namanya (Lasiah, Misah atau lain-lain) tinggal dan meninggal di Permis, Kecamatan Payung dan belum diketahui keturunannya.

Tentang asal usulnya, belum jelas, ada yang mengatakan dari desa Gudang, Kecamatan Payung.

Data-data lainnya diusahakan terus untuk melengkapi riwayat beliau.

 

Sungai Selan, 5 Oktober 1975

TTD

(Ghazali Idris)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *