Cik Kario, pemantun Asia Tenggara dari Bangka Belitung. (Foto istimewa)
Oleh : Rusmin Sopian
Sejak usia sembilan (9) tahun, ayah dua orang anak ini telah menggeluti dunia pantun.
Sering bergaul dengan para kaum tua membuat Cik Kario mengenal dan mencintai dunia pantun.
Saat masih kanak-kanak, penyiar Radio Prima Pangkal Pinang ini selalu bergaul dengan kaum orang tua.
Cik Kario kecil sering diminta bantu oleh para orang tua untuk mencabut uban mereka.
Dan sebagai ucapan terima kasih, para orang tua itu selalu memberikan hadiah berupa cerita atau ande-ande dan bait -bait pantun kepada Cik Kario kecil.
Keasyikan bergaul dengan para kaum tua, membuat bakat Cik Kario dalam bidang pantun meluap.
Tak heran, saat masih klas III Sekolah Dasar 191 Kurau, Cik Kario telah berhasil meraih juara harapan I.
Keberhasilan itu merupakan awal kesuksesan berikutnya bagi Cik Kario sebagai pesohor dalam bidang pantun.
Dalam peringatan Hari Jadi PT. Kobatin yang ke-23, Cik Kario menjadi pemenang pertama.
Prestasi sebagai juara pantun mengalir deras.
Tahun 2003, Cik Kario dinobatkan sebagai Juara pantun tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Tahun 2004, Lelaki yang pernah tinggal di Desa Gadung Toboali ini menjadi pemenang Lomba Pantun dalam kegiatan DMDI di Malaka, Malaysia.
Sebelumnya, Cik Kario dinobatkan sebagai pemantun terbaik se-Sumatera.
Lelaki yang telah mengasuh acara Pantun di radio Prima Pangkal Pinang selama hampir 21 tahun pernah membawa grup pantun Bangka Belitung masuk empat (4) besar se-Asia Tenggara dalam perlombaan pantun di Taman Ismail Marzuki ( TIM) .
Sebagai Ketua Komunitas Pantun Bangka Belitung, Cik Kario berharap pantun tetap lestari bak jamur di musim hujan.
” Kain ditenun jangan lipatkan,
Ambilkan katun didalam lemari.
Para pemantun masa depan,
Lestarikan pantun budaya Negeri,” tulisnya lewat pesan WhatsApp kamis (14/11) malam.