Dibunyek Antu

Oleh: Yoelch Chaidir

Hari sudah menunjukkan tepat pukul 11.15 wib siang. Kegelisahan nenek semakin memuncak setelah beberapa kali memanggil cucunya yang sedari tadi raib tiba-tiba saat menemani nenek merumput kebun tuan tanah di perkampungan daerah Tukak Sadai.

Adalah Tio seorang anak berusia 8 tahun yang saat sepulang sekolah pukul 10.00 wib langsung menemui neneknya yang bekerja merumput di kebun belakang rumah sang tuan tanah.

Sambil menyantap kue dan minuman yang disediakan pemilik kebun Tio duduk bersandar di sebuah pohon rindang yang tak jauh dari neneknya bekerja hari itu seraya berteduh dari sengatan mentari yang mulai menapak naik.

Namun saat jam istirahat siang sang nenek bergegas menemui cucu kesayangannya tersebut.

Tapi betapa terkejutnya sang nenek sebab Tio yang tadinya bersandar pada sebuah pohon tak terlihat lagi keberadaan cucunya.

Mendengar sang nenek memanggil berulang kali nama cucunya, para tetangga beserta pemilik kebun datang menghampiri dan ikut mencari sampai ada yang mencari ke rumah jangan-jangan Tio sudah pulang duluan namun keberadaan Tio tak jua ditemukan.

Orang-orang sekitar pun mulai semakin gelisah apa lagi raut wajah sang nenek terlihat jelas kedua matanya berkaca-kaca tanda menahan kesedihan yang mendalam.

Namun sang Ayah yang dihubungi lewat telepon genggam menanggapinya dengan santai menyebutkan anaknya tersebut masih berada di mana dia duduk dengan bersandar mengamati orang orang berlalu lalang memanggil namanya.

Sang Ayah yang memang memiliki kelebihan dan mempunyai indra keenam sedang berada di seberang pulau bersama istrinya menghadiri acara pernikahan kerabat dari orang tua nya.

Tio yang hanya diam tak berkata mengawasi para tetangganya menyebut dan menanggil namanya berulang kali.

Tabir pembatas telah menghalangi pandangan orang-orang sekitar namun tidak bagi bocah bernama Tio.

Tio yang saat itu disembunyikan dari pandangan orang-orang yang tak bisa membuka mata batin oleh penghuni hutan di wilayah perbatasan Desa Tukak dan Desa Tiram kabupaten Bangka Selatan.

Saat azan Zuhur berkumandang Tio seakan tersadar dan bergegas menghampiri neneknya yang masih berkerumun di seputaran kebun dengan sedikit ketakutan terlihat dari raut wajah kecilnya.

Tabir penghalang antara dunia nyata dan dunia maya tersingkap setelah terdengar azan dari surau desa.

Tabir itu telah membelenggu sang bocah Tio hingga untuk mengucapkankan sesuatupun lidahnya terasa kelu dan kaku.

Butuh waktu untuk menjelaskan perihal yang terjadi sesungguhnya oleh Tio yang masih tergolong anak-anak.

Namun setelah berlalu beberapa hari, di  hadapan ayahnya Tio menjelaskan bahwa dia melihat dan tahu dengan jelas apa yang terjadi sesungguhnya tapi mulutnya terbungkam ketakutan dengan dikelilingi makhluk-makhluk yang ada di sekitarnya waktu itu.

Lokasi yang ia tempati untuk bersandar tak lain dan tak bukan adalah halaman rumah para penghuni hutan dan keadaannya pun tak ubah dengan perkampungan yang ada pada manusia sebagaimana di dunia nyata.

Beruntung Tio kecil tak sempat mencicipi makanan yang disuguhkan para penunggu hutan tersebut.

Dari kisah yang dialami Tio dapat kita petik makna jangan sampai anak-anak kita di sembunyikan (Bunyek) hantu yang memang antara manusia dan mahkluk halus (hantu) hanya berbatas tabir pemisah yang sangat tipis namun hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat jelas alam mereka. (BP)*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *