Historiografi Arung dalam (Habis)

Asal mula nama “Arung Dalam” berasal dari kata Arung (cekungan) yang sangat dalam

Oleh : Meilanto ( Penulis, Pegiat Sejarah dan Budaya Bangka Tengah)

Arung Dalam menjadi kelurahan

Bekaespedia.com _ Secara kewilayahan, Arung Dalam sangat dekat dengan pusat ibu kota Kabupaten. Oleh karena itu, pada tahun 2006 Arung Dalam berubah status dari desa menjadi kelurahan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah nomor 32 Tahun 2006 tentang pembentukan 16 (enam belas) Desa dan 6 (enam) Kelurahan di Kabupaten Bangka Tengah.

Dalam pasal 4 ayat 17 peraturan daerah tersebut dikatakan bahwa Wilayah Kelurahan Arung Dalam berasal dari seluruh wilayah Desa Arung Dalam. Selanjutnya dalam pasal 6 ayat 20 batas-batas wilayah Kelurahan Arung Dalam sebagai berikut :

Sebelah utara ;

berbatasan dengan Laut Cina Selatan.

Sebelah selatan;

berbatasan dengan Jembatan PT. Barito Kelurahan Berok dan Desa Nibung di titik koordinat X : 0.654.425, Y : 9.723.260;

Sebelah timur;

berbatasan dengan Hulu Sungai Berok dan Desa Nibung di titik koordinat X : 0.654.817, Y : 9.723.924; dan

Sebelah barat;

berbatasan dengan Jembatan Gantung Desa Guntung di titik koordinat X : 0.651.384, Y : 9.727.082.

Lelap Jungor cikal bakal Arung dalam

Sebelum berkecamuknya Perang Bangka II Tahun 1848-1851 yang dipimpin oleh Depati Amir dan Hamzah, masyarakat masih bermukim di hutan-hutan dengan bercocok tanam ladang ume. Struktur pemukiman penduduk yang masih berupa pondok-pondok kebun terpisah satu sama lain. Pondok-pondok masih tersebar berdasarkan letak ladang ume. Pola pemukiman masih terpisah. Dan umumnya tetua adat berada di bagian tengah suatu kawasan.

Begitu juga dengan Lelap Jungor yang saat ini berada di sebelah selatan pemukiman penduduk Arungdalam. Salah satu penduduk di Lelap Jungor adalah keluarga Arifin. Arifin termasuk pemuda yang malas bekerja. Sementara itu orangtuanya berkebun ladang ume. Walaupun malas bekerja, Arifin muda berpikiran jauh ke depan. “Suatu saat, penduduk di kawasan Jungor ini akan dipindahkan oleh Belanda ke dekat jalan raya” begitu pikir Arifin.

Meletuslah Perang Bangka, untuk memutus mata rantai bantuan logistik dan mengontrol rakyat yang membantu Depati Amir dan pasukannya, maka Belanda membangun jalan raya yang menghubungkan berbagai daerah di Pulau Bangka termasuk Pangkalpinang-Toboali.

Penduduk yang tinggal di Lelap Jungor juga ikut dipindahkan ke kiri kanan jalan yang dibangun oleh Hindia Belanda. Termasuk keluarga Arifin. Pertempuran yang dipimpin oleh Depati Amir dan Hamzah meredup setelah Depati Amir ditangkap oleh Belanda pada 7 Januari 1951 saat akan bergabung dengan pasukan Batin Tikal di Sungaiselan. Amir dan Hamzah dan keluarga dan pasukan yang tertangkap diasingkan ke Kupang Nusa Tenggara Timur. Sisa-sisa pasukan Amir tetap melakukan perlawanan walaupun dalam skala kecil yang dipinpim oleh Batin Tikal, sebagai pejuang tua, teman dari ayah Amir dan Hamzah, Depati Bahrin.

Perpindahan penduduk Lelap Jungor ke kiri kanan jalan yang baru dibangun oleh Hindia Belanda dengan membentuk pemukiman baru. Maka diangkatlah Arifin sebagai kepala kampung walaupun ia malas bekerja.
Dalam cerita yang disampaikan oleh tetua Arungdalam, terdapat sebuah pantun tentang Kepala Kampung.

Bang Rifin temenggung baru

Pecah peraujanganlh hulubalang

Sudah terpikir orang melayu

Semua orang pindah ke jalan.

Setelah penduduk mulai mendirikan rumah di kiri kanan jalan raya, kehidupan masyarakat tetap berladang ume. Dalam waktu tertentu, mereka ke kebun untuk melihat kebun, ladang dan terkadang menginap di pondok kebun. Selain itu ada juga penduduk yang melaut.

Seiring perputaran waktu, ibu Arifin hamil. Artinya Arifin akan memiliki adik. Setelah sembilan 10 hari, sang ibu melahirkan anak perempuan dan bayi itu diberi nama Dayang Laut. Keluarga Arifin dimakamkan di TPU Lama Arungdalam (sebelah kiri jalan menuju Koba, ada tikungan).

Kini jejak kampung lama di Lelap Jungor masih bisa dijumpai, yaitu berupa kubur-kubur usang.

Kebang Kemilau

Pantai Kebang Kemilau sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Arungdalam dan sekitarnya. Kata “Kebang” merujuk pada nama aik yang berada di ujung pemukiman penduduk (ujung arah ke Guntung). Aik itu digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari. Tidak kering walaupun kemarau panjang. “Kebang” yang berarti kebanggaan masyarakat Arungdalam. Sementara itu kata “Kemilau” yaitu pantulan cahaya matahari di air yang berkilau-kilauan.

Kawasan Pantai Kebang Kemilau Arungdalam

Periodenisasi pemimpin di Arungdalam ;

H. Umar

Munir

Sopyan (anak Munir)

Lukman Farisi (sudah kelurahan)

Vliegterrein

Dalambahasa Belanda, Vliegterreinberartilapangan terbang. Lapangan terbang tersebutberada di sisikananjalanmenujuKobaberada di Km. 55 dan 56. DalampetaGoentoeng (D D 30,35 tahun 1933) dan Koba (D D 30,36 tahun 1934) terlihatjelasVliegterrein. Di dalamkomplekVliegterreintersebutterdapatbangunan yang terbuatdari batu.

Menurutpenjagasekolah SMP Negeri 1 Koba yang sempatdiceritakan oleh kakeknya, di lapangan bola sekolahpernahmelihatpesawatkecildiparkir di lapangan terbang itu. Inimenandakanbahwalapangan terbang itupernahberoperasiuntukkebutuhanperang pada zaman Belanda sekitartahun 1920-ansampai pada masa Jepangtahun 1943 yang membangunLapngan terbang barudekat wilayah Kota Pangkalpinang (Bandara Depati Amir sekarang).

Lapangan terbang itukinimasihmenyisakan dua buah batu yang didugasebagaitiangpancang. Batu pertamateronggoktidakjauhdari pos satpam SMP Neegri 1 Koba. Sebuah batu besarbekascorsebuahpondasi. Betoncortersebutmenggunakancampuran batu kerikil. Berukurantinggisekitarsatu meter denganlebarsekitar 50 cm x 50 cm. SelanjutnyadibagianatasterdapatbesiH beam (baca H bim) yang telahterpotong dan terdapat plaster berukuransekitar 30 cm.

Berjaraksekitar30 meter juga terdapatseonggok batu yang samadenganbesiH beam yang sudahterpotong. Berukurantinggisekitar1 meter dan lebar 1 meter x 1 meter. Besarkemungkinan, betoncortersebuttelahdigali dan berpindahtempatmengingattelahdibangunnyalahantersebutmenjadi SMP Negeri 1 Koba dan lokasiaslinyabukanditempatsekarang. Secaraadministrasi, bekaslapangan terbang berada di KelurahanArungdalam, Koba. (D.E.M)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *