Oleh : Rudiyanto S.Pd.,Gr
Guru Pendidikan Agama Islam SD Negeri 9 Airgegas, Kabupaten Bangka Selatan
No HP / WA : 085368920586
Rudiyanto, putra pertama Bapak Mahfud dan Ibu Rodiyah, si anak Trans dari Desa Fajar Indah, Kecamatan Pulau Besar, Kabupaten Bangka Selatan. Tak ada yang menyangka jika sosoknya yang sederhana dan rendah hati sekarang sebagai penulis artikel pendidikan dan guru Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 9 Airgegas dengan status Pegawai Negeri Sipil adalah buah dari guratan perjuangannya selama ini. Sejak kecil ia berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Orang tua bekerja serabutan dengan penghasilan tidak menentu. Melewati masa kecil yang berliku adalah bagian dari kisah hidupnya yang membuatnya dapat hidup mandiri.
Menjadi marbot masjid selama 7 tahun saat SMA dan kuliah kala itu adalah caranya untuk bertahan sekaligus mengenyam pendidikan agama yang memadai. Tapi siapa sangka, berkah dari menjadi seorang marbot masjid, Allah SWT membuka jalan-Nya hingga Rudiyanto meraih kesuksesan seperti saat ini. Sekolah nyambi bekerja mencari bijih timah dan kerja, kerja kebun, kerja bangunan untuk menambah penghasilan adalah cara lainnya untuk melewati masa kecil yang sulit. Beruntung, sikapnya yang pantang menyerah, menghantarkannya ia meraih beasiswa baik di SMA maupun saat menempuh pendidikan sarjana di Palembang. Tak butuh waktu lama, ia tuntaskan kuliahnya hanya dalam waktu 3,8 tahun, sebagai komitmennya untuk segera mendarmabaktikan hidupnya bagi pendidikan. Menjadi marbot dengan rajin membersihkan masjid, sesekali menjadi imam shalat, dan cita-citanya untuk mengumrohkan kedua orang tuanya, adalah temali pengikat mimpi besarnya di masa mendatang. Jika anda kerap membaca media massa, kini namanya banyak muncul bersama tulisan-tulisan tajamnya. Iya, Rudiyanto, Pak Guru yang kini telah menjadi abdi negara di kampungnya sendiri, mirip cita-citanya semasa kecil dulu. Kini, ia mungkin tak lagi dalam masa kesulitan, tapi empatinya bagi keterbatasan akan selalu ia bagi kisahnya ketika mendidik anak bangsa.
3 Tahun SMA nyambi Menjadi Marbot Masjid
Kisah marbot ini bermula pada saat Rudiyanto memasuki jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Desa Payung. Jarak antara kediamannya dengan SMA N 1 Payung kurang lebih adalah 1 jam, sehingga mengharuskannya untuk ngekos dan pulang ke rumahnya satu bulan sekali. Setelah beberapa bulan tinggal di kosan, ia juga aktif memakmurkan Mushola. Hingga suatu hari pihak SMA menawarkan kepada ia untuk menjadi marbot Mushola SMA N 1 Payung. Ia pun meminta izin kedua orang tua untuk menjadi seorang marbot dan orang tua pun menyerahkan keputusan sepenuhnya kepadanya. Akhirnya dengan tekad yang kuat, yakni ingin meringankan beban kedua orang tua serta ingin mencari keberkahan dan ridho Allah SWT, ia pun menerima tawaran tersebut. Hampir kurang lebih selama 3 tahun dilaluinya, yakni sekolah nyambi menjadi seorang marbot seperti membersihkan mushola, menyapu, mengepel dan bahkan bertanggung jawab dalam hal ibadah seperti menjadi muadzin, imam, mengajari mengaji anak-anak di lingkungan sekitar SMA dan lain sebagainya. Selain itu sepulang sekolah SMA, ia juga bekerja seperti kerja bangunan, mengecat Gedung dan lain sebagainya. Semua itu dilakukannya untuk meringankan beban orang tuanya dan sekaligus mencari pengalaman hidup.
4 Tahun Kuliah nyambi Menjadi Marbot Masjid
Setelah menyelesaikan bangku SMA, Rudiyanto lolos dan mendapatkan undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di kampus Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang jurusan Kimia murni. Akan tetapi takdir berkata lain, yakni terdapat kesalahan pemberkasan pada saat proses verifikasi di kampus Universitas Sriwijaya (UNSRI) tersebut hingga dibatalkan oleh pihak kampus. Hingga akhirnya ia tak putus asa dan memutuskan untuk mendaftarkan kuliah di kampus lain karena memang posisi saat itu sudah berada di kota Palembang. Syukur Alhamdulillah ia lolos seleksi mandiri di kampus UIN Raden Fatah Palembang jurusan Pendidikan Agama Islam pada tahun 2015.
Beberapa bulan tinggal di asrama Ikatan Pelajar Mahasiswa (ISBA) Palembang, Rudiyanto mendapatkan tawaran dari sahabatnya untuk menjadi seorang marbot di Masjid Al-Munawwaroh Jl. Darmapala kota Palembang. Dengan berbekal pengalaman menjadi marbot semasa SMA, ia pun langsung menerima tawaran tersebut. Syukur Alhamdulillah semester pertama hingga semester kedua dapat dilaluinya dengan baik nyambi menjadi marbot Masjid. Nilai mata kuliah pun sangat memuaskan. Hingga akhirnya ia pun diusulkan untuk mendapatkan beasiswa hingga mendapatkan beasiswa tersebut sampai selesai kuliah. Dengan takdir Allah SWT, ia dapat menyelesaikan perkuliahan dengan predikat pujian (cumlaude) serta dapat menyelesaikan perkuliahan dengan cepat yakni selama 3 tahun 8 bulan. Ketika menjadi marbot di kota Palembang, beberapa Masjid dan Mushola yang pernah di embannya ialah masjid Al-Munawwaroh, Jl. Darmapala kota Palembang, Masjid Nurul Huda, Jl. Seroja kota Palembang serta Mushola SMA N unggulan 3 kota Palembang. Selama kuliah di kota Palembang, ia juga nyambi bekerja seperti kerja bangunan, kerja perkebunan, kerja di fotocopy dan lain sebagainya. Transportasi dari Bangka ke kota Palembang bahkan ia lalui dengan mengendarai sepeda motor setiap tahunnya. Semuanya ia lakukan juga karena ingin meringankan beban orang tua dan membiasakan diri untuk hidup mandiri.(BP)*