Kampung Tua di Bangka Tengah berdasarkan Peta H. M. Lange Tahun 1845 – 1846 (Bagian 5/ Habis)

Penulis tinggal di Jelutung, kecamatan Namang, Bangka Tengah

Peta H.M. Lange

Oleh : Meilanto (Penulis, Pegiat Budaya dan Sejarah Bangka Tengah)

Paret Doendang

Dalam peta H.M. Lange, Paret Doendang berada di utara Poepot dan Kates. Terdapat jalan setapak dari Poepot yang menuju ke Paret Doendang. Jalan itu setapak itu tembus ke jalan raya Soengi-Slan sampai Pankal-Pinang.

Koendoer Oeloe (sekarang masuk wilayah Desa Celuak)

Kundur Ulu, begitu nama kawasan yang berada di utara pemukiman penduduk Celuak ini. Sebagai salah satu kawasan pemukiman tua, di kawasan ini terdapat TPU Lama yang berada di Kelekak Cempedak. Dari penelusuran ke lokasi, ada dua kubur yang masih bisa diidentifikasi, sementara yang lain sulit diketahui karena hanya menyisakan batu-batu yang diduga sebagai nisan dan jirat kubur.

Kubur pertama dengan pola Utara – Selatan. Bisa dipastikan, si empunya kubur sudah memeluk agama Islam dengan posisi menghadap kiblat. Kubur ini tidak menggunakan jirat, barangkali sudah hilang akibat pembukaan hutan. Nisan kubur itu menggunakan batu (seperti batu putih/ andesit) dengan pola mirip tropi dengan tipe gada segi 8. Nisan tipe tersebut termasuk ke dalam tipe Demak Tralaya. Nisan kepala sudah patah dan masih diletakkan pada sambunganya. Diduga kubur tersebut adalah kubur laki-laki.

Panjang nisan kepala dan nisan kaki = 35 cm

Nisan kepala terpotong pada cm ke-10 dari bawah.

Jarak antara keduanya (nisan kepala dan nisan kaki) = 80 cm.

Nisan kepala mempunyai puncak lebih artistik bergerigi dengan pola mirip tudung saji. Gerigi puncak membentuk pola segi tiga. Sementara itu nisan kaki dengan puncak polos.

Kubur kedua berjarak sekitar 5 meter dari kubur pertama. Kubur ini menggunakan nisan dari batu putih. Bagian tengah nisan terdapat lengkungan, bagian bawah terdapat bagian khusus untuk ditanam (kaki). Sedangkan bagian atas sudah pecah. Pola arah kubur Tenggara-Barat Laut. Kemungkinan nisan kubur ini sudah berubah posisi akibat pembukaan hutan. Diduga, kubur ini milik seorang perempuan.

Nisan kepala:

panjang = 37 cm;

lebar pinggang = 18 cm;

lebar kaki = 16 cm;

tebal = 4 cm.

Nisan kaki: panjang = 30 cm;

Lebar pinggang = 13 cm;

Lebar kaki = 14 cm;

Tebal = 4 cm.

Jarak antara nisan kepala dan nisan kaki 60 cm. Arah nisan membentuk pola Tenggara – Barat Laut.

Di dekat kubur kedua, tergeletak sebuah batu berukuran panjang 50 cm. Kemungkinan bagian dari nisan kubur. Tidak ada inskripsi pada batu tersebut dan tidak ditemukan batu lain.

Kini, nama “Kundur Ulu” diabadikan menjadi nama lapangan bola di Desa Celuak oleh pemerintah Desa Celuak.

Salah satu nisan kubur di TPU Lama Kelelak Cempedak Kundur Ulu Desa Celuak

 

Treblan

Treblan berada diantara Seraij di sebelah selatan dan Nihin of Batjong di sebelah utara. Diduga kampung Treblan sebagai cikal bakal dari Kampung Teru.

 

Tandjong – Goenong

Kampung ini berada jauh dari jalan raya Pankal-Pinang Soengi-Slan. Jalan penghubung mulai dari Kampung Masoena. Setelah jalan setepak itu, tidak ada Kampung Tandjong – Goenong.

 

Nihin of Batjong

Nihin of Batjong, kampung ini merupakan kawasan tambang timah. Tambang timah milik Batjong. Nihin of Batjong berarti kawasan ini adalah kawasan tambang timah milik Batjong. Jika memperhatikan peta H.M. Lange, posisi kampung ini kemungkinan di Teru.

Masoena

Kampung Masoena saat ini sudah ditinggalkan. Nama ini sudah asing bagi penduduk di daerah Teru, Pasir Garam saat penulis menanyakan nama “Masoena”. Dalam peta, di Kampung Masoena terdapat jalan setapak yang menuju ke Kampung Tandjong- Goenong.

 

Dinding Papan

Kata “Dinding Papan” mengacu pada kampung yang terletak diantara masoena di selatan dan Klassah di utara. Sebelah timur kampung Dinding Papan terdapat perbukitan Mangkol. Diduga Kampung Dinding Papan merupakan cikal bakal Pasir Garam saat ini.

 

Klassah

Dalam peta H.M. Lange, Kampung Klassah adalah kampung yang dekat dengan Pankal-Pinang. Kampung ini disebelah timur terdapat perbukitan Mangkol. Diduga kampung Klassah adalah cikal bakal dari Kampung Terak saat ini. (Habis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *