Kebon Manggis Orang-orang Bunian

Kebon Manggis Orang-orang Bunian

Penulis: Yoelch Chaidir

Lama terpaku dalam posisi duduk bersila setelah salat Asar sore itu, Pak Haji masih mengenang dan membayangkan apa yang terjadi siang tadi tepatnya tak jauh dari pekarangan halaman belakang rumah nya.

Pak Haji adalah seorang guru ngaji dan seorang tokoh masyarakat desa Tukak, Bangka Selatan yang disegani orang-orang sekitar dikarenakan ilmu agamanya yang mumpuni dengan tingkat kesabaran yang tinggi.

Ketika ajal menjemputpun posisi beliau dalam keadaan bersujud saat menunaikan salat asar sekitar tahun 2018 silam.

Dengan usia yang kurang lebih delapan puluh tahun, Pak Haji tinggal bersama seorang istri pada sebuah rumah berdinding papan dengan lantai semen biasa.

Dalam kesehariannya Pak Haji menghabiskan waktu di kebun yang tak jauh dari rumahnya.

Suatu siang saat melintas pulang beliau melihat hamparan kebun manggis yang sangat rapi dengan jarak tanam teratur dan tidak satu pun rumput yang tumbuh di bawah pohon manggis tersebut yang mengisyaratkan bahwa kebun manggis tersebut memang benar-benar dirawat dengan baik oleh pemilik nya.

Buah-buah manggis yang bergantungan pada tangkainya kelihatan hampir matang.

Setelah melewati perkebunan manggis itu, Pak Haji melihat istrinya yang sedang menampi beras untuk dimasak pada sebuah pintu dapur.

Alangkah terkejutnya Pak Haji ternyata kebun manggis yang baru saja dilewatinya berbatasan dengan halaman pekarangan miliknya.

Namun ketika Pak Haji membalikkan badan untuk memastikan keberadaan kebun manggis yang baru saja ia lewati tampak olehnya hutan dengan kayu-kayu yang agak besar seukuran paha dan dipenuhi ilalang serta rumput liar yang tak mungkin bisa dilalui oleh Pak Haji.

Kemana kebun manggis tadi?” Pikirnya dalam hati.

Ternyata mata batin Pak Haji sempat terbuka sesaat ketika melintas menuju pulang ke rumah.

Perihal kejadian tersebut lama baru diceritakan kepada istrinya dan dari istri nyalah cerita ini sambung-menyambung kepada warga di wilayah Desa Tukak.

Pada kisah ini dapat kita simpulkan bahwa antara alam nyata dan alam metafisika terdapat kehidupan yang sama dalam kesehariannya namun hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat dan merasakan keberadaan alam lain selain alam nyata yang dihuni oleh manusia.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat ke tiga tentang hal gaib.

Yang artinya, “(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,menegakkan sembahyang dan menafkahi sebagian rezekinya yang kami anugerahkan kepada mereka.”

Semoga kita terhindar dari hal-hal di luar akal manusia yang membuat rasa bimbang untuk melakukan aktifitas keseharian sebagai manusia yang lebih sempurna dari mahkluk lainnya.(BP)*

Exit mobile version