Kurau dalam Peta Tua (Part 2)

Brug Over de Soengei Koerauw Sumber: kitlv.nl

Oleh : Meilanto, S.Pd (Penulis, Pegiat Sejarah dan Budaya Bangka Tengah)

bekaespedia.com _ Peta pertama yang digunakan untuk menulis tentang Kurau yaitu peta yang berjudul KAART vanbel EILAND BANKA 1819. Peta yang diterbitkan tahun 1819 ini menuliskan kurau sebagai SOENGI KOROUW. Terlihat jelas ada aliran sungai yang walaupun tidak terlalu panjang yang mengalir sampai ke laut. (nama laut tidak ditulis).

Pemukiman / kampung belum nampak dalam peta ini hanya saja disebelah selatan Soengi KOROUW terdapat T. Rengas. Selebihnya tidak terdapat informasi apapun mengenai Kurau dalam peta ini. Peta kedua yang digunakan yaitu peta yang berjudul A Map of the island of Banca” by M. H. Court, London Fublished, 1 Aug 1821, by Black Kingsbury Papury & Allen. Dalam peta keresidenan Inggris ini kurau tertulis S. CARRAOW. S. Carraow terletak berbatasan dengan S. Senomer dan Munyang disebelah utara serta S. Goontang dan S. Coba disebelah selatan. S. Carraow memiliki daerah aliran yang sangat panjang dan lebar bila dibandingkan dengan ketiga sungai lainnya. Di depan S. Carraow terdapat P. Cotowy (Pulau Ketawai).

Selanjutnya peta yang berjudul Map of the Island of Bangka Compiled from Remarks and Materials Collected during a Jurney Through the Island Annexed to a Report on the same and Addressed to the honourable Thomas Stamford Raffles ESQre Lieutenant Governor of the Island of Java and its dependencies by his most obedient servant tho. Horsfield.

Dalam peta Inggris yang diperkirakan lebih muda dari peta karya M.H. Court (karena tidak tercantum tahun pembuatan), pulau Bangka dibagi atas tiga divisi berdasarkan pembagian wilayah eksplorasi atau penambangan timah yaitu bagian utara pulau Bangka (northern division), bagian barat pulau Bangka (western divison) dan bagian tenggara pulau Bangka (south east division). Dalam peta ini Kurau tertulis Koorouw Riv. Koorouw Riv. berbatasan dengan Lempoojang Riv., Benoowang Riv., Pangkool Riv. disebelah utara dan Koba Riv. disebelah selatan.

Jika dibandingkan dengan ketiga sungai yang terletak disebelah utara. Koorouw Riv sangat pendek aliran sungainya dan Pangkool Riv yang paling panjang aliran sungainya. Letak keempat sungai ini sangat berdekatan satu sama lain serta Koba Riv. sangat jauh. (bandingkan dengan peta sebelumnya). Kemudian disebelah timur Koorouw (arah laut) terdapat beberapa pulau yang tidak ditulis nama dan beberapa gugusan karang. Berdasarkan pembagian wilayah eksplorasi penambangan timah, Koorouw Riv termasuk ke dalam wilayah bagian tenggara pulau Bangka ((south east division).

Selanjutnya peta yang digunakan yaitu peta yang berjudul Kaart van het Eiland Banka zamengesteld in 1845 en 1846 door H.M. Lange. Dalam peta ini tergambar dengan jelas bahwa Kurau yang kita kenal saat ini sudah berbentuk pemukiman sama halnya seperti Lempoijang, Monjang, Namen, Soenkap, dan kampung-kampung lainnya (ditandai dengan tanda bulat kecil yang menandakan kampung). Dalam peta ini Kurau ditulis Koerouw. Kampung Koerouw terletak antara kampung Moenjang dan kapung Penjieak. Jalan raya yang menghubungkan Pangkal-Pinang sampai Koba sudah dibangun. Tulisan Sungai (S) atau River (Riv) sudah tidak terlihat lagi walaupun terlihat dengan jelas daerah aliran sungainya yang sangat panjang berliku-liku.

Didepan muara sungai Kurau (walaupun tidak ditulis tulisan Sungai Kurau) terdapat Ed Telawe (maksudnya pulau Ketawai), Ed Boear (pulau Buar/ Bebuar), Ed Passir (pulau Gusung) yang kita kenal saat ini. Dalam peta ini Koerouw termasuk ke dalam distrik Koba.

Peta berikutnya yang digunakan yaitu peta yang berjudul Kaart van het Eiland Banka (cartographic material) volgens de topograhische opneming in de jaaren 1852 tot 1855. Peta ini sudah sangat bagus dan lengkap karena dibuat oleh L. Ullman, seorang militer berpangkat Letnan Dua, ahli topografi yang sengaja ditugaskan untuk pengukuran topografi di sembilan distrik di keresidenan Bangka setelah melaksanan tugas pengukuran yang sama di keresidenan Palembang. (Elvian, 2016, 144).

Dalam peta yang diterbitkan di Batavia tahun 1856 ini sudah tampak jelas pembagian distrik di pulau Bangka (terbagi menjadi sembilan distrik) dan batas-batas antardistrik yang ditandai dengan garis tebal biru muda. Dalam peta telah tercatat beberapa nama kampung dalam distrik masing-masing dan Kurau terletak dalam wilayah distrik Koba. Kurau ditulis Koeroam dan S. Koeroam. Artinya ada nama kampung Kurau dan ada sungai Kurau. Dua nama yang tentunya sangat berbeda yaitu nama pemukiman atau kampung dan nama sungai. Adapun nama-nama kampung yang termasuk ke dalam wilayah distrik koba yaitu Koeroam, Penja, Trentang, Goentoeng, Aroeng Dalam, Koba, Nibong, Ar. Bara, Ragaas, Nanka, Metoeng, Ar. Gegas, Bangoam (dekat Tanjung Berikat).

Dari peta ini dapat diketahui bahwa ternyata saat itu distrik Koba memiliki wilayah yang sangat luas sampai ke kecamatan Air Gegas di wilayah Bangka Selatan. Distrik Koba berbatasan dengan distrik PANKAL PINANG disebelah utara, distrik SOENGI SLAN disebelah barat, distrik TOBOALI disebelah selatan dan ZEE VAN BORNEO disebelah timur dengan batas alam S. Koeroam, S. Kabang (Sungai Kabung), S. Kambat, B. Plawan, G. Moeroet, G. Gebang, G. Neneh, G. Pading, R. Geomba, T. Briga, T. Brikat, T. Neroes, T. Naddi, T. Lanka, dan T. Krasfak. Disebelah timur Koereoam dan S. Koeroam terdapat P. Telawa, P. Pasfier, dan p. Boear.

Selanjutnya peta yang diterbitkan tahun 1889 ini pulau Bangka terbagi ke dalam sepuluh distrik dengan dailek / bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu:
a. Muntok dengan membawahi empat underdistrik yaitu Muntok, Ampang, Pelangas, Kadiala.
b. Distrik Merawang dengan membawahi tiga underdistrik yaitu Merawang, Djeroek dan Groenggang.
c. Distrik Djeboes dengan membawahi tiga underdistrik yaitu Djeboes, Telang dan Klabat.
d. Distrik Pangkal Pinang dengan membawahi empat underdistrik yaitu Pangkal Pinang, Boekit, Mendo Barat, dan Penagan.
e. Distrik Toboali dengan membawahi tiga underdistrik yaitu Toboali, Gosong dan Oelim.
f. Distrik Belinjoe dengan membawahi dua underdistrik yaitu Belinjoe dan Padji Sekah.
g. Distrik Soengai Selan dengan membawahi lima underdistrik yaitu Soengai Selan, Ajer Anget, Maleh, Pering, dan Permisan.
h. Distrik Lepar-eilanden dengan membawahi dua underdistrik yaitu Lepar-eirlanden dan Tandjoeng Laboe.
i. Distrik Soengai Lijat dengan membawahi tiga underdistrik yaitu Soengai Lijat, Maras, Njalan
j. Koba dengan membawahi dua underdistrik yaitu Koba dan Ajer Nangka Barat.

Dari peta ini, Kurau sebagai salah satu kampung dibawah underdistrik Koba menggunakan bahasa Bangka-Maleisch. Walaupun dalam peta ini nama-nama kampung tidak ditulis tapi kita bisa melihat letak Kurau berada dalam wilayah underdistrik Koba.

Peta selanjutnya yaitu peta yang berjudul Koerau. Peta yang diterbitkan di Batavia pada tahun 1930 dengan nomor kode peta D D 30,21 ini menggambar topografi kampung Kurau. Tampak jelas sekali kampung Kurau saat itu terdiri dari beberapa wilayah dengan pemukiman penduduk yang terpisah. Wilayah pemukiman yang pertama dengan rumah warga hanya berada disebelah kanan jalan (dari arah Belilik) dekat sungai Munjang (daerah masuk ke tempat wisata Hutan Mangrove sekarang).

Pemukiman pertama ini sangat sedikit dengan kondisi jalan raya agak tikungan.
Pemukiman kedua yaitu pada Km.30 dengan rumah penduduk di kanan dan kiri jalan raya. Pemukiman kedua ini sangat panjang dengan ujung pemukiman kanan dan kiri yang tidak rata dan pemukiman sebelah kanan (dari arah Pangkalpinang) lebih panjang dari pemukiman sebelah kiri dengan kondisi jalan raya yang relatif lurus.
Pemukiman ketiga lebih kecil dari pemukiman kedua dan lebih besar dari pemukiman pertama dengan rumah warga di kanan dan kiri jalan raya dengan ujung pemukiman arah Koba berhimpitan dengan S. Koerau. Sangat jelas sekali kedua daratan yang dipisahkan oleh S. Koerau dihubungkan dengan ijzeren brug (jembatan besi). Antara pemukiman pertama, kedua dan ketiga terdapat lahan basah (drasland) dan tanaman-tanaman kelapa (klapperboomen).

Pemukiman yang keempat dengan ujung kampung berhimpitan dengan S. Koerau. Pemukiman keempat ini sebelah kanan jalan lebih panjang dibandingkan dengan sebelah kiri. Dari peta ini terlihat dengan jelas masjid sudah berdiri dengan lokasi diujung pemukiman keempat berhimpitan dengan sungai dan berada disebelah kanan jalan (dari arah Pangkalpinang). Tanaman klapperboomen (kelapa), moeraspalmen dan kreupelhout (semak belukar) serta drasland (lahan basah) masih sangat luas di sekitar pemukiman penduduk.

Selanjutnya dari empat bagian pemukiman di kampung Koerau hanya satu jalan setapak (veotpad) yaitu pada bagian pemukiman yang pertama. Jalan setapak ini berada disebelah kiri jalan (dari arah Pangkalpinang) yang menuju ke tepi laut. S. koerau mengalir ke Zuid-Chineeschezee.
Jika kita perhatikan pada peta tahun 1930 dengan kondisi pemukiman penduduk saat itu terutama letak masjid yang berada disebelah kanan jalan, kelihatannya sangat berbeda dengan kondisi sekarang dimana masjid berada disebelah kiri jalan.

Berdasarkan penuturan beberapa warga Kurau yang ditemui ternyata jalan raya yang kita lalui dimulai dari ruas jalan dari kantor Kepala Desa Kurau Barat saat ini melewati jembatan yang menghubungkan sungai Kurau sampai ke depan SD 13 Koba merupakan ruas jalan yang tergolong baru karena berdasarkan peta tahun 1930 jalan tersebut belum dibangun. Jalan yang dilalui saat itu merupakan jalan lama dimulai dari samping dekat kantor Kepala Desa Kurau Barat kemudian melewati masjid Nur Aini sampai ke pinggir sungai dan terdapat gang kecil yang dibangun pemerintah daerah untuk menunjang kegiatan masyarakat. Oleh karena itu ruas jalan dari samping dekat kantor Kepala Desa kurau Barat sampai ke pinggir sungai dikenal masyarakat dengan nama “Jalan Lama”. Sedangkan jalan lama yang berada di desa Kurau dimulai dari pinggir sungai (persis di sebelah kiri masjid Baitul Rahman sekarang) melewati jalan tembus ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sampai ke depan SD 13 Koba dan bertemu dengan jalan raya Pangkalpinang Koba.

Jembatan Lama

Salah satu koleksi foto di website https://digitascollections.universiteileiden.nl adalah jembatan Kurau. Foto tersebut berjudul Brug over de Soengei Koerauw, vermeodelijk te Koerouw bij Namang ten zuiden van Pangkalpinang. Foto tersebut dipublished (diterbitkan) circa (sekitar) 1900 (KITLV 114134).
Jembatan tersebut tampaknya selebar 2-3 meter dengan dinding pengaman kiri kanan berupa tiang besi dan susunan besi yang disusun dengan jarak tertentu melintang seperti pagar. Jembatan tersebut hanya bisa dilalui satu mobil. Jika ada mobil dari arah lain maka harus berhenti terlebih dahulu. Lantai jembatan menggunakan papan tebal dengan gelegar besi. Tiang penyanggah bawah berupa besi berjumlah 6 pada sisi kiri dan 6 pada sisi kanan. Antara tiang penyanggah kiri dan kanan terdapat besi penyangga yang dibuat menyilang dari sisi kanan atas ke sisi kiri bawah. Di kedua sisi daratan (ujung jembatan) dibuat agak lebar (menganga) dengan sisi kiri dan kanan pada kedua ujung ditembok. Terlihat susunan kayu cerucuk yang berdiri berjejer.

Kini jembatan tersebut sudah dibongkar dan diganti dengan jembatan yang lebih kokoh dengan infrastruktur dari baja dan lebih tinggi.
“Jembatan lama dibongkar sekitar tahun 1970. Saat itu jembatan baru (maksudnya jembatan sekarang) sudah dibangun. Jembatan lama itu ditabrak oleh kayu-kayu dari arah hulu sehingga menyebabkan jembatan patah. Setelah itu baru dibongkar” tutur Abok Basri salah satu sesepuh Kurau menuturkan. (wawawncara pada 28 Agustus 2019). (DM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *