Oleh : Rusmin Sopian
Toboali, bekaespedia.com _ Suara deru kendaraan yang lalu lalang di kawasan Tebing Panjang Toboali menghampiri telinga. Sementara tangan kiri seorang lelaki setengah baya terus bergerak di pupet (alat pemompa) ke tungku pemanas yang terbuat dari tanah liat untuk memanaskan parang yang akan ditempe (direparasi).
Suara desingan kendaraan seolah berkejaran dengan tangan kiri Mang Ron yang terus memompa pupet yang terbuat dari alat yang sederhana.
Mang Ron, demikian panggilan akrab lelaki yang lahir di Kampung Binjai Manis ( dekat jembatan panjang Tepus) Desa Jeriji ini. Lelaki berputra enam orang ini mengaku menggeluti pekerjaan sebagai Tukang Tempe ( pandai besi) ini sudah hampir 50 tahun.
” Aku agek bujang lah begawe ini (Saya masih bujang sudah berkerja ini),” ceritanya kepada bekaespedia.com Selasa (21/3) siang.
Mang Ron yang saat itu masih berusia 20 tahun, bekerja dengan ponakan orang tuanya yang berprofesi sebagai Tukang Tempe (pandai besi). Mang Ron lalu melanjutkan pekerjaan sebagai Tukang Tempe dengan berbekal ilmu saat bekerja dengan ponakannya.
Empu Gandring dari Tebing Panjang Toboali ini mengaku era tahun 80-an hingga tahun 90-an merupakan era keemasannya sebagai Tukang Tempe.
” Zaman itu tiap hari belasan pesanan nempe parang dan pisau,” kisahnya.
Lelaki yang kini berusia 73 tahun ini mengaku tak memiliki tarif khusus untuk menempe parang dan pisau dari pelanggannya, tak heran pelanggannya datang dari berbagai daerah. Bukan hanya di Toboali dan sekitarnya, tetapi merambah hingga Pangkal Pinang.
” Parang buatan Mang Ron bagus,” ujar WAN Mui, mantan RT Tebing Panjang menimpali.
Sementara untuk tarif pembuatan parang, Mang Ron mematok harga Rp. 150.000, Sedangkan untuk pisau dihargai Rp. 30.000.
“Untuk nempe parang dan pisau, sebener e saya dak pakai tarif., terserah kepada pelanggan nek meri berape,” ujarnya
Ternyata selama lima puluh tahun menggeluti dunia pandai besi, Mang Ron belum pernah menerima bantuan dari Pemerintah. Nah!. (DM)