Opini  

Menjaga kelestarian Ekosistem Tebat Rasau dan Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus) sebagai Bioindikator Kualitas Lingkungan Di Desa Lintang, Belitung Timur

Menjaga kelestarian Ekosistem Tebat Rasau dan Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus) sebagai Bioindikator Kualitas Lingkungan Di Desa Lintang, Belitung Timur

NAMA : MUHAMMAD HABIBI

NIM : 230641081

PROGRAM STUDI : KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG

Kelestarian lingkungan merupakan Upaya untuk menjaga dan melindungi ekosistem serta sumber daya alam agar tetap sehat, seimbang dan mampu mendukung kehidupan spesies.

Kelestarian lingkungan juga merupakan tanggung jawab bersama yang memerlukan kolaborasi antara individu, masyarakat, pemerintah dan organisasi. Dengan menjaga kelestarian kita tidak hanya melindungi lingkungan tetapi juga memastikan keberlanjutan hidup bagi generasi mendatang. Salah satu ekosistem yang perlu mendapat perhatian khusus adalah tebat rasau, yang tidak hanya kaya akan keanekaragaman hayati, tetapi juga berfungsi sebagai penyangga kehidupan bagi berbagai spesies, termasuk Lutung kelabu(Trachypithecus cristatus). Tebat rasau yang berlokasi di desa Lintang, Belitung Timur merupakan geosite dan ekowisata berupa kawasan rawa purba yang di warisan dunia di Belitung Geopark. Tebat rasau adalah ekosistem unik yang memiliki nilai penting bagi masyarakat Desa Lintang, Belitung Timur. Sebagai bagian dari kearifan lokal, tebat rasau tidak hanya berfungsi sebagai sumber daya alam, tetapi juga dihargai sebagai bioindikator lingkungan. Tebat rasau digunakan untuk memantau kualitas lingkungan pesisir atau rawa sekaligus sebagai bagian dari kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Salah satu bentuk nyata dari pemanfaatan tebat rasau dan lutung putih di Desa lintang adalah pengembangan Ekowisata tebat rasau. Ekowisata ini menjadi simbol keberhasilan masyarakat Desa lintang, Belitung Timur dalam mengintegrasikan kearifan lokal dengan upaya pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi lokal. Tebat rasau juga mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan.

Nama Tebat Rasau berasal dari bahasa daerah setempat yaitu tebat merupakan genangan air atau rawa dan rasau (Pandanus helicopus) merupakan nama salah satu jenis tanaman yang sejenis dengan pandan dan banyak tumbuh di rawa, tebat rasau memiliki luas lahan yang di perkirakan seluas 8.040 hektar dengan beragam spesies flora dan fauna termasuk tanaman rasau (Pandanus helicopus) dan spesies hewan Lutung kelabu (Trachypithecus cristatus). Rawa purba ini merupakan rawa yang di tandai dengan melimpahnya tanaman rasau (Pandanus helicopus) yang berkembang biak dengan baik sehingga menjadi daya tarik wisatawan luar untuk berkunjung ke ekowisata tersebut, pengembangan ekowisata yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan. Di tebat rasau juga tidak hanya memiliki tanaman rasau tetapi juga banyak macam spesies tumbuhan yang ada di rawa purba tersebut. Tebat rasau juga menjadi tempat penelitian dan pengelolaan sumber daya alam. Tanaman rasau (Pandanus helicopus) juga berfungsi sebagai perlindungan tanah dari erosi dan menjadi habitat spesiesspesies hewan endemik atau langkah contohnya seperti lutung kelabu (Trachypithecus cristatus). Rasau(Pandanus helicopus) sering di tanam untuk merehabilitasi dan mengembalikan ekosistem yang rusak. Tanaman rasau (Pandanus helicopus) memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem rawa dan sungai, pelestariannya sangat penting untuk mendukung keanekaragaman hayati dan keberlanjutan lingkungan.

Dengan menjaga kelestarian tebat rasau, kualitas air dan tanah akan meningkat dan mendukung
kehidupan ekosistem flora dan fauna. Ekosistem tebat rasau berperan penting dalam menjaga
keseimbangan alam. Dengan vegetasi yang lebat, tebat rasau tidak hanya menjadi tempat
tinggal bagi berbagai spesies flora dan fauna, tetapi juga berfungsi sebagai penyaring air dan
pengatur iklim lokal. Kehadiran lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) di dalam ekosistem
ini menunjukkan bahwa lingkungan tersebut masih dalam kondisi baik. Ketika populasi lutung
kelabu (Trachypithecus cristatus) menurun, itu bisa menjadi sinyal bahwa ekosistem sedang
mengalami tekanan, baik dari faktor alam maupun aktivitas manusia. tebat rasau juga sebagai
habitat lutung kelabu (Trachypithecus cristatus). Lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) merupakan hewan primata yang sangat unik atau langka ditemukan dan memiliki nilai
ekologis yang tinggi. Masyarakat Desa Lintang biasanya menyebut lutung
kelabu (Trachypithecus cristatus) ini dengan sebutan nama lutung putih. Keberadaannya tidak
hanya mencerminkan keanekaragaman hayati, tetapi juga merupakan indikator penting bagi
Kesehatan ekosistem tebat rasau. Lutung kelabu (Trachypithecus cristatus ) berfungsi sebagai
bioindikator yang menunjukkan kondisi habitat mereka. Lutung kelabu (Trachypithecus
cristatus) berkontribusi dalam menyebarkan biji-bijian dan memfasilitasi regenerasi tanaman.
Kehadiran lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) di suatu area menandakan bahwa lingkungan tersebut masih sehat dan mendukung kehidupan spesies lain. Lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) dikenal sebagai spesies yang sensitive terhadap perubahan
lingkungan. Mereka bergantung pada habitat yang sehat untuk makanan dan tempat tinggal. Jika populasi lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) menurun, hal ini bisa menjadi sinyal
adanya masalah serius dalam ekosistem, seperti deforestasi atau pencemaran. lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) ini hampir terancam punah. Hal itu disebabkan hilangnya habitat akibat konversi hutan menjadi perkebunan dan pertambangan. Upaya konservasi sangat
penting untuk melindungi spesies lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) dari kepunahan.

Dengan melindungi habitat, meningkatkan kesadaran masyarakat, kita dapat memastikan
bahwa lutung putih tetap ada dan berkontribusi terhadap keanekaragaman hayati. Upaya bersama dari masyarakat, pemerintah, dan organisasi konservasi sangat penting untuk keberhasilan pelestarian lutung  kelabu (Trachypithecus cristatus). Hubungan antara tebat rasau
dan lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) ini saling berkaitan, dimana tebat rasau menyediakan habitat bagi lutung kelabu (Trachypithecus cristatus), sementara lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dengan
menyebarkan biji dan membantu regenerasi tanaman. Dalam konteks pelestarian lingkungan,
menjaga kualitas tebat rasau dan populasi lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) sangat penting. Upaya konservasi yang mengedepankan perlindungan habitat dan spesies ini tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat Desa Lintang, tetapi juga untuk keanekaragaman hayati
secara keseluruhan. Meskipun masyarakat Desa Lintang telah berhasil menjaga tebat rasau dan habitat lutung kelabu (Trachypithecus cristatus), salah satu tantangan utama adalah tekanan dari aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan dan pencemaran air dan tanah, jika tidak dikelola dengan baik, aktivitas ini dapat merusak ekosistem tebat rasau dan lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) sehingga mengurangi fungsi sebagai bioindikator kualitas lingkungan. Namun, peluang untuk pelestarian kualitas tebat rasau dan habitat lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) di Desa Lintang juga sangat besar. Dengan meningkatnya kesadaran global tentang pentingnya kualitas tebat rasau dan habitat lutung kelabu(Trachypithecus cristatus), Desa Lintang memiliki potensi untuk menjadi model pelestarian tebat rasau dan lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) yang berkelanjutan.

Dukungan dari pemerintah dan organisasi non-pemerintah dapat membantu masyarakat setempat memperkuat upaya mereka dalam menjaga kedua habitat tersebut. Melalui ekowisata ini masyarakat Desa Lintang betapa pentingnya kedua ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, pengunjug dan dukungan untuk strategi pelestarian yang lebih efektif terhadap kualitas tebat rasau dan habitat lutung kelabu (Trachypithecus cristatus). Tebat rasau dan lutung kelabu(Trachypithecus cristatus) juga berfungsi sebagai indikator kualitas lingkungan yang saling mendukung. Memelihara keberadaan keduanya sangat penting untuk menjaga kesehatan ekosistem tebat rasau tersebut. Upaya konservasi yang berfokus pada perlindungan habitat dan spesies ini akan memberikan manfaat jangka panjang, tidak hanya untuk lingkungan, tetapi juga untuk masyarakat dan pengunjung yang bergantung pada ekosistem tersebut. Tebat rasau dan lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) di Desa Lintang adalah contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat berpadu dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan. Sebagai bioindikator, tebat rasau dan lutung kelabu (Trachypithecus cristatus), kedua spesies tersebut memberikan informasi penting tentang kondisi lingkungan rawa sekaligus mendukung kehidupan masyarakat lokal. Tradisi menjaga kualitas tebat rasau dan habitat lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) yang diwariskan turun-temurun menunjukkan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Tebat Rasau akan terus berbenah agar wisatawan dapat kembali mengunjungi destinasi itu dan terbukti hingga saat ini saat weekend wisatawan lokal terus berdatangan. Keberhasilan Desa Lintang dalam menjaga kelestarian tebat rasau dan memanfaatkan kearifan lokal sebagai bioindikator kualitas lingkungan dapat menjadi inspirasi bagi wilayah lain di Indonesia. Jika terus dikelola dengan baik, Desa lintang dapat menjadi simbol keberhasilan pelestarian lingkungan yang berbasis komunitas, sekaligus memberikan kontribusi nyata dalam mitigasi perubahan iklim global. Dan dengan adanya semangat masyarakat dalam memanfaatkan kearifan lokal sebagai Bioindikator kualitas lingkungan, menjadikan daya tarik tersendiri sehingga pemerintah ikut tertarik dalam peran mengalokasikan dana bantuan untuk mengembangkan ekowisata tebat rasau dan habitat lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) Agara lebih berkembang secara signifikan.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *