Opini  

MERDEKA BELAJAR ATAU BELAJAR MERDEKA?

An Nisa (Mahasiswi PGSD UNMUH BABEL 2021)

Oleh : An Nisa (Mahasiswi PGSD UNMUH BABEL)

Bekaespedia.com _ Merdeka belajar merupakan suatu hal yang tidak asing ditelinga sebagian kita khususnya yang berperan dalam lembaga pendidikan. Tidak ayal dengan program yang di canangkan pemerintah sekarang diterapkan untuk menciptakan generasi yang unggul agar bisa survive ditengah era globalisasi dan digitalisasi. Apalagi pemerintah mencanangkan visi Indonesia emas 2045. Namun se-emas itukah?

Jika melihat realitas yang ada, dengan rata-rata kemampuan IQ Indonesia yang masih tergolong tertinggal dengan negara lain, yang lebih mencengangkan lagi, negara Indoesia tidak kalah sama dengan negara Laos dan Kamboja. Dari segi literasi ternyata rata-rata orang Indonesia masih minim akan literasi positif. Padahal dengan kemudahan akses informasi baik itu lokal, nasional dan global tentunya menjadi poin lebih bagi negeri, karena Indonesia sebagai salah satu pengguna media sosial, hal itu justru membuat kemampuan berpikir kita semakin rendah. Apakah salah teknologi? Tidak juga, jadi apa yang salah ?

Terkadang menjadi bagian dari pendidikan tidak serta merta menjadikan sumber daya manusia (SDM) meningkat. Dengan ciri khas SDM kita yang bersifat instan dan konsumtif, membuat kita menjadi terlena. Kita terlalu bangga dengan sumber daya alam yang melimpah dengan tanah subur bak jendela surga. Pergantian dari kebijakan demi kebijakan ternyata tidak serta merta meningkatkan SDM kita. Apakah seefektif itukah kualitas pendidikan kita? Mengapa pendidikan kita jenjangnya itu-itu saja ( TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi) dan seterusnya? Mengapa setelah lulus pada akhirnya kembali ke habitat awal kita yaitu menjadi “pengangguran”?

Diusia produktif seperti SMA hendaknya kita mampu untuk melakukan sesuatu yang dapat menunjang baiknya kualitas SDM kita. Tetapi entah salah siapa pendidikan hanya mengedepankan formalitas saja yang kadang memberatkan belum lagi segala sesuatu yang diperoleh tidaklah gratis, fenomena orang dalam kerja asal-asalan yang penting selesai dan lulus, cari kerja, dapat kerja tetap dan menikmati zona nyaman, siklus pola pikir yang neo-primtif inilah yang membuat SDM kita masih terjajah oleh diri kita sendiri, salah satu perilaku korupsi, kolusi dan neopotisme. Belum lagi terkadang adanya permainan kotor yang terselubung di dunia pendidikan. Jadi benarkah kita ini sudah pada tahap merdeka belajar atau masih belajar merdeka? Coba bertanya pada rumput yang bergoyang.

Pangkalanbaru, 26 Maret 2024.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *