Opini  

Mirek Pemimpin

Seorang pemimpin, terutama pemimpin publik yang dipilih publik dalam kontestasi demokrasi tentu perlu memiliki branding atau merek diri. Dalam bahasa Toboali disebut mirek.

Merek diri ini sangat penting untuk mengingatkan publik atas dirinya.

Siapa pun yang hidup di negeri ini, dari Miangas hingga Rote mengakui bahwa Bapak Pembangunan adalah HM Soeharto, mantan Presiden ke dua kita.

Demikian pula dengan Presiden ke tujuh kita Jokowi dikenal dengan blusukannya. Dan itu melekat dalam kepala publik di negeri ini dari Sabang sampai Merauke.

Merek diri seorang pemimpin atau citra diri pemimpin yang melekat dalam kepala publik karena prestasi dan kerja kerasnya untuk publik. Dan itu memberikan dampak positif bagi warga masyarakat.

Merek diri seorang pemimpin tidak bisa dibangun secara tiba-tiba dan instan. Perlu waktu. Perlu proses. Kepercayaan publik perlu dibangun. Dan tentunya tidak perlu disetting.

Lahir secara alamiah dan mengakar dalam jiwa raga publik. Mengalir dalam tubuh publik. Terlegalitas dalam kepala publik.

Adalah sebuah kefatalan bila merek diri seorang pemimpin dibranding sebagai Bapak Petani yang mencintai pertanian. Sementara sang pemimpin yang dibranding itu tidak pernah bersentuhan dengan sawah, kebun, dan kawasan pertanian serta tidak memihak kepada kepentingan kaum petani.

Demikian pula ketika seorang pemimpin dibranding sebagai Bapak Olahraga yang mencintai olahraga sementara sang pemimpin yang diberikan citra diri tidak pernah tahu dengan kebermajuan olahraga di daerahnya dan tidak pernah memihak untuk kesejahteraan para atlet.

Merek diri seorang pemimpin melekat dalam kepala publik sesuai dengan kerja dan implikasi positif yang diberikannya kepada publik.

Publik akan menobatkan merek diri dan memberikan branding kepada seorang pemimpin sesuai dengan kerja dan prestasi yang ditorehkannya.

Publik tentu paham apa yang telah dikerjakan seorang pemimpin untuk kepentingan khalayak ramai. Publik akan memberikan branding kepada pemimpin sesuai dengan kerja dan prestasi pemimpin itu sendiri.

Sehebat apapun merek diri yang hendak dicitrakan seorang pemimpin kepada publik dan khalayak ramai tidak akan pernah sukses bila tanpa dibarengi prestasi kerja sang pemimpin itu sendiri.

Seistimewa apapun branding yang hendak dibuat dan ditawarkan kepada publik dan khalayak ramai tidak akan pernah berhasil bila tanpa dibarengi implikasi positif dari seorang pemimpin.

Sememesona apa pun narasi yang dibuat dan diksi yang hebat tidak akan pernah melekat dalam kepala publik ketika prestasi kerja pemimpin tidak memberikan implikasi positif bagi khalayak ramai.

Nukleusnya biarkan semua berjalan alamiah dan apa adanya. Biarlah publik yang menilai kerja seorang pemimpin.

Penulis percaya ketajaman mata hati publik akan memberikan branding dan merek diri untuk pemimpin tanpa adanya rekayasa. Dan tentu setara dengan kerja dan prestasi yang ditorehkan oleh seorang pemimpin untuk kepentingan khalayak ramai.
Biarkan proses pembentukan persepsi publik untuk pemimpin berjalan apa adanya sesuai dengan kemampuan kerja dan prestasi yang ditorehkan pemimpin untuk kepentingan khalayak ramai.
Yo kita membranding diri…

Exit mobile version