MTI Pangkalpinang Bangunan Bersejarah Di Pangkalpinang

PANGKALPINANG_bekaespedia.com_Museum Timah Indonesia Pangkalpinang dulunya merupakan rumah dinas Hoofdt Administrateur Banka Tin Winning (BTW) yang dibangun untuk mendukung pemindahan ibukota Karesidenan Bangka Belitung, namun belum diketahui riwayat pembangunannya. Pada peta topografi 1931, nampak dua bangunan di kawasan Europ Wijk, lokasi persis berada di MTI Pangkalpinang.

Peran bangunan ini bermula pada tanggal 19 Januari 1949, saat Residen C. Lion Cachet dan Ketua Dewan Bangka Masyarif Datuk Bendaharo Lelo menawarkan Drs. Mohammad Hatta dan Mr. AG Pringgodigdo pindah ke Pangkalpinang dan akan ditempatkan dalam satu rumah milik BTW dengan 3 kamar tidur dan 1 mobil untuk beraktivitas di Pangkalpinang. Tawaran pindah ke Pangkalpinang ditolak, namun akan menggunakan rumah tersebut sebagai rumah tinggal para pemimpin RI saat berada di Pangkalpinang. Untuk mengurus fasilitas tersebut, salah satu pemimpin RI untuk tinggal di Pangkalpinang yakni Suryadi Suryadarma. Beliau tinggal dan beraktivitas di rumah tersebut sampai para pemimpin RI kembali ke Jogjakarta pada tanggal 6 Juli 1949.

Seluruh aktivitas para pemimpin RI yang diasingkan di Pulau Bangka memanfaatkan rumah ini sebagai rumah transit, tempat tinggal dan lokasi pertemuan seperti pertemuan dengan pemimpin RI dari Jakarta dan Jogjakarta, pemimpin Bangka, pemimpin BFO, pemimpin Belanda, delegasi UNCI, dan masyarakat Bangka.

Bangunan ini memiliki nilai penting dalam perjalanan bangsa Indonesia sehingga perlu pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Perusahaan Negara Tambang Timah Bangka (PN TTB) sebagai pemilik bangunan mengubah fungsi sebagai Museum Wisma Budaya dengan tujuan mencatat sejarah pertimahan di Bangka Belitung dan memperkenalkannya pada masyarakat luas pada tahun 1958. Pendirian museum ini berawal tahun 50-an ketika saat itu dalam kegiatan penambangan banyak ditemukan benda-benda tradisional yang digunakan oleh penambang zaman dahulu, utamanya zaman Belanda. Museum Timah Indonesia baru resmi dibuka sekaligus diresmikan pada 2 Agustus 1997. Dalam perkembangannya, museum ini sangat berguna bagi masyarakat luas karena di dalamnya pengunjung bisa mengetahui sejarah pertimahan di Bangka Belitung, perkembangan teknologi pertambangan sejak zaman Belanda hingga masa kini. Pada tahun 2010 silam, melihat besarnya jumlah kunjungan wisatawan ke museum Timah, dilakukanlah renovasi tata letak sehingga lebih fokus pada pertambangan. Beragam koleksi materi yang ada didalam museum juga ditambah sehingga alur sejarah pertambangan menjadi semakin tampak.

Bangunan bersejarah ini berada Jalan Ahmad Yani no 179 Pangkalpinang, tepat pada titik koordinat S 02⁰07’05.8” E 106⁰06’34.8”. Secara adminitrasi masuk wilayah kelurahan Batin Tikal kecamatan Tamansari kota Pangkalpinang. Bangunan milik PT Timah Tbk ini terdiri 2 bagian, yakni bangunan pertama berukuran 14 x 16 m dan bangunan kedua berukuran 4,5 m x 7,5 m dan berdiri di atas lahan ukuran 65 x 45 m. Salah satu keunikan bangunan ini adalah terdapat tulisan Househill di atas teras pintu masuk.

Pada tahun 2010 dicatat Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu dan Bangka Belitung (Kini Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah V) dengan nomor registrasi: REG.2/BBL/PKL/03/2010. Museum Timah Indonesia Pangkalpinang ini ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM. 13/PW007/MKP/2010. PT Timah mengembangkan sebagai museum dan memanfaatkan sebagai daya tarik wisata (DTW) unggulan di Pangkalpinang.(au) 

Sumber Buku : Yogyakarta-Bangka Menegakkan Kedaulatan Negara 1948-1949. Halaman 208-210.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *