Laporan : Belva Babar
Bekaespedia.com, Mentok, Bangka Barat —
Sore di Kolam 45, Dusun Pait Jaya, Desa Air Belo, Jumat (10/10/2025), terasa berbeda dari biasanya. Di antara semilir angin sawah dan aroma tanah yang masih lembap, tampak barisan melon berwarna hijau kekuningan menggantung rapi di bedengan. Suara tawa dan obrolan hangat terdengar dari sela-sela tanaman bukan hanya petani, tapi juga jajaran Polres Bangka Barat yang turun langsung memetik hasil panen bersama masyarakat.
Di bawah langit mentari sore yang keemasan, Kapolres Bangka Barat AKBP Pradana Aditya Nugraha berdiri di tengah ladang sambil tersenyum lebar, memegang sebutir melon segar hasil panen. “Yang dua minggu lalu kita juga panen kemari,” ujarnya sambil menatap deretan tanaman yang tumbuh subur. “Paling tidak, di lokasi ini kita bisa melihat secara langsung hasil panen dari kegiatan penanaman melon Pak Syamsuni. Ini bisa jadi sarana belajar kita semua, nih.”
Kegiatan ini digelar di kebun melon milik Syamsuni (70), seorang petani senior yang dikenal sabar dan ulet di Dusun Pait Jaya, Air Belo. Kolaborasi antara Polres Bangka Barat dan kelompok petani lokal ini merupakan bagian dari program ketahanan pangan yang dicanangkan Polri, bertujuan menguatkan sinergi antara aparat dan masyarakat dalam membangun kemandirian pangan daerah.
“Betul itu ya, Pak?” tanya Kapolres sambil melirik sang petani yang tersenyum bangga.
“Iya betul, Pak,” jawab Syamsuni sambil mengusap peluh. “Ini sudah putaran kedua kali panen. Waktu pertama kali Bapak datang itu baru pertanamannya. Sekarang sudah panen kedua.”
Tanaman yang mereka panen hari itu adalah melon varietas My Love jenis yang dikenal manis, segar, dan memiliki masa tanam sekitar 65 hari. “My Love, ya? Iya, varietasnya My Love,” sahut Kapolres sambil tertawa ringan.
Bagi Syamsuni, melon-melon itu bukan sekadar buah hasil kerja keras, tapi juga simbol ketekunan dan cinta pada tanah sendiri.
“Kalau untuk saat ini hanya melon saja saya tanam,” ujarnya. “Selain itu juga madu sama durian. Tapi melon ini cepat panennya, 65 hari sudah bisa dipetik. Rasanya? Manis, keren. Orang umum boleh memetik langsung di sini, boleh makan di tempat juga.”
Panen sore itu bukan sekadar acara simbolik, melainkan bentuk nyata dukungan Polres Bangka Barat terhadap program ketahanan pangan nasional. Di tengah tantangan ekonomi dan perubahan iklim, kegiatan seperti ini menjadi wujud nyata semangat “Polri Hadir untuk Masyarakat” tak hanya menjaga keamanan, tapi ikut menanam, merawat, dan memanen hasil bumi bersama rakyat.
Kapolres Bangka Barat menyebut bahwa kegiatan panen bersama ini diharapkan menjadi contoh sinergi positif antara aparat dan petani dalam mengembangkan potensi pertanian lokal. “Paling tidak, dari sini kita semua bisa belajar bagaimana kerja keras petani menghasilkan manfaat bagi banyak orang,” ujarnya dengan nada penuh penghargaan.
Di sekitar lahan, tampak beberapa ibu-ibu desa ikut memetik melon sambil tertawa. Ada yang memegang ember plastik, ada yang mencicipi langsung potongan melon segar di bawah tenda kecil. “Manis betul, Pak. Ini enak kalau dimakan sore-sore begini,” celetuk seorang ibu sambil tersenyum malu.
Suasana kebersamaan terasa kental. Anak-anak kecil berlarian di pematang, membantu memindahkan hasil panen ke keranjang besar. Masyarakat setempat tampak bangga melihat kebunnya dikunjungi langsung oleh Kapolres dan jajaran Polres Bangka Barat.
Bagi mereka, kehadiran polisi di kebun bukan hal biasa. Tapi sore itu, batas antara petani dan aparat seakan hilang. Mereka berdiri sejajar, sama-sama memegang cangkul dan pisau panen, menandai bahwa ketahanan pangan bukan hanya urusan petani tapi urusan bersama.
Ketika matahari mulai condong ke barat, warna jingga membalut pemandangan kebun melon yang perlahan kosong. Panen hari itu berakhir dengan tawa, foto bersama, dan semangat baru.
“Ini kegiatan sederhana, tapi bermakna besar,” ujar Kapolres menutup kegiatan. “Kita semua belajar dari petani bahwa hasil manis datang dari kerja keras dan kebersamaan.”
Panen melon sore itu bukan hanya tentang buah yang manis, tapi juga tentang sinergi yang tumbuh di tanah Bangka Barat di mana aparat, petani, dan masyarakat menanam bukan hanya bibit, tapi juga harapan.












