Oleh : Meilanto
Bekaespedia.com _ Malik, salah satu jenis flora yang dengan batang lurus menjulang ke atas. Tumbuhan yang dikenal juga dengan nama Kalangkala ini mempunyai nama latin Litsea garciae Vidal.
Pohon Malik berdaun panjang mirip daun terentang dengan warna hijau mencolok. Kulit batang berwarna kecoklatan terang dan dominan putih yang tidak menutupi permukaan kulit.
Bercabang panjang mirip cabang manggis.
Buah Malik yang masih mentah berwarna hijau muda dan biji berada di bagian dalam.
Apabila sudah masak, buahnya berwarna pink. Bagian atas buah ada semacam cungkup yang langsung tersambung ke tangkai. Apabila sudah matang, buah Malik berwarna merah jambu.
Daging buah malik tidak jauh beda dengan daging buah alpukat. Lembek. Cara makannya tergolong unik karena buah yang matang direbus terlebih dahulu dan dicampur sedikit garam serta bisa dijadikan lauk makan. Selain itu buah yang matang bisa langsung dimakan dengan dicocol dengan gula atau garam sesuai selera.
Nama kampung
Malik, nama sebuah kampung yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Payung, Bangka Selatan. Toponim Kampung ini diambil dari nama pohon Malik.
Menurut narasumber yang tidak mau disebutkan namanya, batang Malik digunakan sebagai kayu pasung bagi orang yang menderita gangguan jiwa. Tidak diketahui apa penyebabnya sehingga kalau ada orang yang menderita gangguan jiwa, jika dipasung maka harus dipasung dengan batang Malik.
Kemudian seluruh bagian pohon Malik (kecuali buah) apabila dibakar maka akan membuat lemah orang cina. Misalnya saat hendak bermain bola yang berhadapan dengan orang cina, maka salah satu cara untuk mengalahkannya dengan membakara bagian dari pohon Malik. Entah apa penyebabnya, sang narasumber tidak membeberkan.
Keberadaan pohon Malik sudah sulit ditemui. Jika pun ada, jumlahnya sangat terbatas. Oleh karena itu sudah selayak dan sepatutnya dilakukan pembibitan malik serta tanaman lokal lainnya supaya generasi kita yang akan datang bisa mengetahui jenis-jenis flora. Apakah dalam wujud Kelekak Raya, Kebun Raya atau apalah namanya yang pasti harus ada aksi nyata dari kita semua.
Berani?