Puisi Mamik SMPA

Kopi Senja

 

Ku telusuri lorong-lorong gelapku

Segelap black coffee di meja keberangkatan

Ku minum secangkir brotowali

 

Ternyata tak sepahit bersamamu

Mencintaimu

Merengkuhmu

 

Melayanimu

Di setiap kedatangan waktu

Namun tak pernah ada setitik manisnya madu

 

Menemuiku

Membersamaiku

Di kedua manas aku

 

Lelahku selalu saja menemui kebuntuan-kebuntuan tak terhindar

Sampai kapan tekanan-tekanan kanan kiri maupun depan

 

Hingga langkah-langkah kecil ini tak pernah sampai tujuan

Terantuk baru egomu

Kelakuanmu

 

Mau ku benturkan akal budiku tak jadi

Kuhancurkan dengan sasrabirawaku

“Jangan, ” Kata hati kecilku

 

Jogoyudan, 28012025 16.56.

 

 

Hujan

 

Hujan semakin menderas menampung mata air sepi

Mengaliri bilik-bilik relung jantung

Menambah imun dan iman kepadanya

 

Semakin tunduk dan sujudnya

Kepada kekosongan namun isi

Isi akan tetapi kosong

 

Melihat namun buta

Dekat tapi tidak tersentuh

Jauh sejauh mata memandang namun sangat dekat

 

Al-Falah, 28012025 19.03

 

 

Jully Assa

 

Jalan-jalan ke kota baru

Untuk menemukan buku baru

Larik-larik puisi terbaca kalut

Lembarannya bersampul hijau lumut

Yang misterius namun lembut

 

Akankah menarik hatimu

Sampul hijau itu

Serapan kekalutan itu

Ah, diksi itu terlalu sederhana buatku

 

Jogja, 24012025 22.14.

Exit mobile version