Oleh : Ummi Sulis
Senin ini pelajaran Pendidikan Pancasila pada jam pertama. Anak-anak kelas IV membuka buku paket halaman 84 berpikir kreatif. Mereka mencari pengertian istilah karakteristik wilayah perairan di Indonesia yang terdiri dari laut, sungai, selat, pantai, dan lain-lain.
Setelah menjawab beberapa pertanyaan tentang dataran tinggi, rendah, pegunungan, kemudian Ibu Guru melanjutkan agar anak-anak untuk menjawab pengertian sungai dan laut. Tiba-tiba Ayu nyeletuk.
“Kenapa laut itu asin? Jawabnya karena ikan yang berenang berkeringat.” Ayu menjawab sambil memandang Ibu Guru.
“Masak gara-gara ikannya berkeringat, Yu?” timpal Ibu Guru.
“Ya, kan, keringat asin, Bu, laut panas.” ujar Ayu.
“Di semua air adalah ikannya, sungai koq enggak asin?” kata Bu Guru.
“Iya, ya, gak asin, kenapa, Bu?” tanya anak-anak.
“Sungai itu mengalir dari hulu ke hilir, sumbernya dari air hujan dan air tanah, makanya kalau kemarau debit air menyusut. Sungai bermuara ke laut. Jadi, laut untuk menampung perjalanan air sungai.
“Jadi, walau ikannya berkeringat, gak asin ya, Bu?” Beberapa anak terkekeh membayangkan ikan berkeringat.
“Nah, ibu lanjutkan dulu dengan laut. Air laut memiliki rasa asin didapatkan dari proses alami yang kompleks dengan melibatkan berbagai faktor termasuk curah hujan, aliran air tawar, penguapan, dan proses geologi. Kandungan garam dalam air laut berasal dari mineral yang terkikis dari perairan dan bahan organik yang terurai dari makhluk laut. Bukan karena ikannya berkeringat, ya.” Ibu Guru menutup penjelasan tentang laut itu asin.
“Oh, gitu,” ujar mereka
“Iya, lagian dari mana kamu tahu ikan berkeringat?” tanya Bu Guru pada anak-anak.
“Dari teka teki di medsos, Bu.” Mereka menjawab cekikikan.
“Itu hanya untuk lucu-lucuan saja, karena gak ilmiah. Lagian, di sungai juga mungkin ikannya berkeringat, gak asin tapi sungainya.” Ibu guru menjawab sambil tertawa.
Fajar Indah, 26 Maret 2024