Sastra  

Tinta Pena dan Tinta Cumi

Sastra : Serial Kisah Ayu

foto : SVET

Oleh : Ummi Sulis

Bekaespedia.com. _Setelah istirahat kedua, hari Kamis adalah pelajaran Muatan Lokal PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup). Bahasan sekarang adalah Pengolahan Sampah. Sebelum membahas pengolahan sampah, anak-anak akan belajar pengertian sampah dan macam-macam sampah.

Mulailah Ibu Guru menjelaskan pengertian sampah dan jenis sampah. Sampah itu ada tiga jenisnya, yaitu sampah organik, anorganik, dan residu. Ibu guru menanyakan pada anak-anak apa itu sampah organik dan anorganik. Semua menjawab berdasarkan pengalamannya.

“Bu baterai termasuk anorganik, ya?” tanya Rifki.

“Ya, betul, baterai termasuk anorganik karena asal bahan pembuatannya bukan makhluk hidup, alias benda mati. Namun, ada zat kimia berbahaya yang terkandung dalam baterai, sehingga ia digolongkan dalam jenis sampah residu. Apalagi baterai HP, mengandung Mercuri, sangat berbahaya bila dibuang sembarangan.” Bu guru menjelaskan sambil menunjukkan tempat baterai di HP.

“Bu, setiap ada unsur zat kimia berarti tergolong residu, ya?” tanya beberapa anak hampir bersamaan.

“Iya. Selain itu pecahan-pecahan dari sampah benda yang bersifat melukai juga disebut residu. Misal beling atau pecahan kaca, paku karat yang berserakan, asbes. Itu residu juga.” Ibu guru kembali menjelaskan tanya anak-anak.

“Bu, pena masuk ke anorganik gak? Atau residu, Bu” tanya anak laki-laki yang duduk di deretan bangku belakang.

“Iya, itu anorganik. Bukan residu, karena pena dari atom biasa. Masuk ke anorganik berbahan plastik.” jelas Ibu Guru. “Namun bukan residu. Maksud kalian ada tintanya yang dari zat kimia itu, ya?” Kan sudah dipakai untuk menulis,” lanjut Ibu Guru.

“Bu, tinta pena kan dari tinta cumi, ya, Bu?” tanya Ayu.

“Masak, Yu?” tanya Ibu Guru balik.

“Ya, kan warna tinta hitam kayak tinta cumi,” jelas Ayu.

“Busuk dong, Yu.’ jawab beberapa anak lelaki yang duduk di samping Ayu.

“Ya, mambu ntar bukumu.” Idil berkata sambil membaui bukunya sendiri. Lalu bergumam enggak, ternyata.

“Nah, betul itu, tinta cumi berasal dari perut cumi. Cumi kan makhluk hidup, Yu? Tinta cumi itu adalah senjata cumi, bila diganggu ia akan menyemprotkan tintanya pada lawan yang mengganggunya.” jelas Bu Guru. “Lagian, gimana ngubah tinta cumi jadi warna merah, biru, dan hijau?” tanya Bu Guru lagi.

“Oh, gitu.” Ayu manggut-manggut.

“Nah, anak-anak, tinta pena itu berasal dari zat kimia, tapi bukan zat kimia berbahaya yang bila terhirup akan masuk ke sistem syarafmu, tapi zat kimia yang digunakan dalam dunia pewarnaan. Nanti kalau kamu sekolah lanjutan, atau kuliah di jurusan kimia, bisa dipelajari lebih lanjut,”tutup Bu Guru mengakhiri penjelasan tentang pertintaan.

Gara-gara sampah residu, penjelasan merambat ke tinta cumi. Enggak tahu mereka, tinta cumi bila dibuat makanan khas Kurau, getas, ampyang, kerupuk, dan lain-lain, enak sekali. Tadi Ibu Guru lupa menjelaskan kalau tinta cumi itu dimasak bersama cuminya, untuk obat, terutama obat lapar dan obat nafsu makan, hihihi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *