Tumbek

Karya: Yoel Haidir

Aku berlari kecil menghampiri kerumunan siang itu di sebuah pondok kebun milik sanak saudara yang tak jauh lahan kebun kami.

Matahari bertengger bangga membelalakkan matanya sedangkan gerimis turut menghujam bumi.

Hujan panas tak menyurutkan orang orang sekitar kebun menghampiri pondok kebun Pak Buhasim yang beratap daun Nipah berdinding kulit kulit kayu dengan lantai tanah tanpa di semen.

Pada sudut pondok terdapat dipan kecil dari papan yang telah usang.

Di atas dipan tergolek seorang gadis dengan rambut tergerai dan mata melotot sinis menyiratkan amarah.

Kedua tangan dan kakinya digenggam oleh empat orang yang masing masing memegang pada pergelangan kaki dan tangan gadis itu.

Dari mulutnya keluar ocehan dan umpatan dan terkadang berteriak histeris lalu menangis.

Adalah Bunga seorang gadis usia belia yang sepulangnya dari mencuci baju di sebuah aliran sungai tak jauh dari pondok kebun bapaknya tiba tiba tidak sadarkan diri dan jatuh pingsan.

Setelah beberapa waktu tersadar ia menatap ibunya dengan tatapan penuh kebencian sambil kedua tangannya mencengkram tikar alas dipan.

Sontak sang ibu berteriak ketakutan yang luar biasa sebab selama ini gadis yang ia kenal adalah putri kesayangannya yang lemah lembut terhadap kedua orang tua dan tetangga, baik di seputaran rumah dan di seputaran kebun milik bapaknya.

Dengan sorot mata yang tajam seakan ingin melahap siapa saja yang ada di hadapannya.

Aku merasakan ada sesuatu yang aneh setelah melangkah memasuki ruang bilik pondok.

Tidak dapat dipungkiri dari beberapa pengalaman nyata mengalami hal hal berbau mistis yang serupa sontak bulu bulu tangan dan di belakang leher mendadak berdiri.

Begitu pula saat aku mendekat kerumunan orang orang di dalam pondok Pak Buhasim,

Aura negatif mulai terasa.

Lelaki tua yang sedari tadi diam duduk terpaku di atas tikar mulai merapatkan diri kepada Bunga yang tergolek diam di atas dipan dengan tubuh menggeliat meronta namun seakan terpasung oleh genggaman erat para kerabat orang tua nya tak pasrah ingin berkata.

Assalamualaikum…

lelaki tua memulai pertanyaan kepada Bunga.

Wa’alaikumussalam…jawab Bunga dengan nada dan suara yg berbeda dari biasanya seorang gadis belia seumuran nya.

Siapa gerangan yang merasuki cucuku dan ada maksud apa hingga mengganggu ketenangan kami di sini.

Kembali bapak tua bertanya.

Aku adalah penghuni kepala arung di aliran sungai.

Ketenangan kami telah terusik oleh kalian yang semena-mena menebang bambu tempat tinggal kami tanpa permisi dan aku akan membalas dengan mengambil anak ini.

Lalu pak tua bertanya kepada orang orang yang ada di dalam dan luar pondok.

Siapa di antara kalian yang baru-baru ini telah menebang bambu di Kepala Arung atau tumbek di bawah sana sembari menunjuk ke arah rerimbunan bambu yg ada tak jauh dari belakang pondok kebun Pak Buhasim.

Ternyata ada orang baru membeli lahan kebun yang kebetulan hari itu sempat juga hadir di kerumunan menjawab dengan pelan.

Maaf pak…saya pernah menebang 3 batang bambu untuk saya jadikan lantai lantai pondok saya…lanjut pak Zakir yang raut wajahnya berubah drastis ketika gadis tadi mengatakan hal tersebut.

Okelah kalau begitu sambung pak tua, jadi selama ini kami di sini kalau ingin menebang atau pun mempunyai hajat dan sebagainya harusnya permisi dulu dan bertanya kepada orang-orang yang telah lama berkebun di sini.

Wilayah ini adalah termasuk salah satu wilayah yang dikenal angker dalam hal- hal gaib jadi kembali saya tegaskan jika ingin sesuatu mohon dipertimbangkan dengan bertanya apa lagi sampai melakukan hal-hal yang kita kira akan berdampak kepada orang orang di sekitar kebun.

Tak lama berselang pak tua kembali melakukan mediasi bertanya dan bertanya kepada Bunga yang masih dalam keadaan kerasukan roh halus penunggu tumbek.

Dengan keahlian turun temurun yang di dapat pak tua dari ayahnya yang memang dukun kampung meminta dengan tegas kepada roh penghuni yg merasuki tubuh Bunga segera pergi.

Ntah apa yang dibacakan pak tua hingga teriakan Bunga memecah hening petang itu.

Ampuuun…panassss teriak Bunga yang dalam pengaruh roh halus…

Tak lama berlangsung tubuh Bunga lemas dan terkulai.

Siapkan air putih dan garam tukas pak tua kepada Pak Buhasim.

Dengan mantra-mantra dari pak tua ditiupkannya air yang telah diisi sedikit garam dan diusapkan ke muka dan kepala Bunga.

Sontak Bunga tersadar dan menangis histeris memeluk ibunya yang tetap setia menemani Bunga di samping sebelah kiri dipan.

Ibuuu…ada apa Bu…tanya Bunga.

Sudah lah Nak nggak apa-apa nanti ibu jelaskan di rumah ya.

Setelah gerimis reda ibu dan Bunga bergegas kembali ke perkampungan dengan wajah masih terlihat pucat.

Pak tua lalu menjelaskan bahwa Kepala Arung atau Tumbek di bawah sana adalah sebuah pusat perkampungan mahkluk halus.

Yang telah dijelaspkan bahwa antara nyata dan gaib hanyalah berbatas tirai tipis laksana kulit bawang.

Tidak semua manusia bisa melihat akan hal itu namun mereka juga butuh ketenangan sama halnya seperti kita.

Jangan pernah mengganggu ketenangan orang lain apa lagi tempat-tempat yang baru kita temui sebab kita tidak tahu tempat-tempat yang sering dijadikan bermukimnya para makhluk halus.

Sudah sejak lama kalau kepala arung atau tumbek di wilayah ini adalah tempat mistik berpenghuni makhluk makhluk yang tak nampak oleh kasat mata.

Semoga dengan kejadian ini kita lebih waspada dan tetaplah berpedoman kepada sang pencipta dengan ketiada dayaan manusia dan atas izin-Nya kita di lindungi Allah SWT.

 

Habang,14012025

Aamiin…

Wassalam

Exit mobile version