Sastra  

Anak yang Penuh Senyum

Sastra : Serial Kisah Ayu

Keceriaan Ayu saat makan bersama teman-temannya

Oleh : Ummi Sulis

Bekaespedia.com _ Anak kelas IV adalah masa akhir di fase B dalam kurikulum merdeka. Fase B berada di kelas III dan IV di Sekolah Dasar. Fase di mana peralihan dari kelas rendah ke kelas tinggi.

Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi dalam membina anak-anak masa peralihan ini. Mereka lebih cenderung pada sifat kekanakan yang sok menjadi dewasa. Jadi sifat alemannya masih jelas sekali. Kebiasaan membully di antara teman adalah perilaku egois untuk menunjukkan ego bahwa mereka lebih dari kawannya.

Sebagai guru, tentunya kita harus bisa menyikapi mereka. Membujuk, menasihati, bahkan memarahi berkenaan pelanggaran etika parah itu baik untuk bagian dari mendidik. Seperti hadist nabi yang mengajarkan bila anak usia 7 tahun tidak salat, maka harus dipukul. Ini mengajarkan pentingnya melaksanakan kewajiban. Tatakrama dan sopan santun adalah kewajiban. Bayangkan bila anak tidak ada sopan-sopannya, bagaimana rasanya?

Oleh sebab itu, perilaku pendidik harus sebanding dengan nasihat yang diucapkan untuk pembelajaran. Alhamdulillah, Ibu Guru kelas IV selalu mencontohkan perilaku keluarganya untuk contoh nyata menjelaskan ke siswa.

Ada anak-anak yang memiliki tempramen yang sulit diatur, ada pula mereka yang cuek. Tetapi beberapa anak di kelas IV memiliki karakter istimewa. Seiring berjalannya waktu, Ibu Guru mengenal mereka dengan kelebihan dan keterbatasannya.

Di penghujung masa menjadi wali kelas IV, banyak cerita susah, senang yang diabadikan Ibu Guru, baik dalam bentuk kisah maupun puisi.

Ayu yang menginspirasi cerita-cerita lucu. Caca yang cerdas, namun perlu melatih kesabaran, Amma yang suka bingung, Alfi yang selalu tersenyum dan ramah, Intan yang pendiam, tetapi semua yang dijelaskan rapi tercatat di buku catatan, Rifki yang ramah, Rafi yang suka ngambek, Fahmi yang selalu senyum walau sudah berbuat salah, Tama yang usil dan cepat marah. Idil yang selalu menanggapi celetukan siapa saja.

Fajar, Alfino, Rifan, Heri, Faiz, Qila, Bintang, Zebi, mereka adalah anak-anak yang mendukung kolaborasi kelas IV juga.

Roy, Ibu Guru memandang dirimu sedikit istimewa. Kamu suka sekali mengusik temanmu. Padahal hanya menyentuh sedikit, tapi karena mereka takterima, akhirnya terjadilah pertengkaran. Kamu menangis, Ibu Guru tergopoh-gopoh memisahkan kalian, menasihati, menyuruh saling memaafkan. Dari sekian banyak kejadian, Ibu Guru belum pernah mendengar kata-kata jelek keluar dari mulutmu ketika dinasihatin. Kamu takpernah membuat Ibu Guru bertambah murka bila sedang menceramahimu. Diam, kemudian pelan-pelan kamu akan menuruti apa yang Ibu Guru katakan. Tiada lama-lama, kamu akan tersenyum kembali pada siapa saja yang sudah membuatmu bertengkar tadi. Seakan tiada dendam.

“Roy itu, walau suka bertengkar, gak pernah memukul perempuan, Bu,” kata Alfi.

“Ya, Ibu tahu, dia juga gak pernah menyahuti dengan kata-kata kasar atau saru pada Bu Guru,” jawab Bu Guru.

Kalian semua istimewa, tentunya di mata orang tua kalian masing-masing ini lebih istimewa. Selama setahun belajar dengan Ibu, perubahan yang paling mencolok adalah sudah rajin sekolah dan membawa buku pelajaran sesuai jadwal. Mungkin butuh kesabaran untuk mendidik kalian agar bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Semoga Allah memberi hidayah untuk berubah lebih baik lagi. Ibu Guru hanya mengajar plus mendidik. Namun, hidayah berubah adalah milik Allah yang menghendaki umat yang mana yang akan mendapatkannya.

Exit mobile version