Buku dari Bangka Selatan untuk Nusantara

Buku karya penulis Bangka Selatan.

Oleh : Rusmin Sopian

 

Bekaespedia.com_Mengutip dari laman Direktorat Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), tokoh yang menginisiasi peringatan Hari Buku Nasional adalah Menteri Pendidikan Nasional era Kabinet Gotong Royong, yaitu Bapak Abdul Malik Fadjar.

Inisiatif mulia ini muncul karena kesadaran akan rendahnya minat membaca di masyarakat Indonesia.

Sementara itu melansir dari laman Perpustakaan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Hari Buku Nasional pertama kali diperingati pada tahun 2002.

Pada tahun itu, UNESCO mencatat bahwa tingkat melek huruf di Indonesia pada orang dewasa hanya 87,9 persen, lebih rendah dari negara-negara seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

Kondisi ini memunculkan keprihatinan karena kesadaran akan literasi dasar merupakan fondasi utama untuk kemajuan suatu bangsa. Sebagai tanggapan terhadap hal ini, sejumlah masyarakat, terutama kalangan pecinta buku, mulai mendorong peningkatan budaya membaca.

Sebagai langkah lebih lanjut, diciptakanlah momen khusus untuk mempromosikan budaya literasi dan menekankan pentingnya membaca di kalangan masyarakat Indonesia, yaitu Hari Buku Nasional.

Pemilihan tanggal 17 Mei sebagai Hari Buku Nasional karena hari tersebut merujuk pada momen bersejarah berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada 17 Mei 1980.

Bangka Selatan kini memiliki banyak koleksi buku dari para penulis buku yang tersebar dari Pulau Pongok hingga Sebagin.

Beragam jenis buku dihasilkan para penulis buku asal Negeri Junjung Behaoh ini.

Dan hebatnya para penulis buku Bangka Selatan banyak yang berasal dari kalangan pelajar. Ini tentunya menggembirakan.

Setidaknya setiap tahun selalu ada buku yang diterbitkan para penulis buku dari Bangka Selatan.

Beberapa nama penulis buku asal Bangka Selatan, diantaranya Haiyudi, Ponco Hardiyanto, Agustian Denny, Iswanto , Dian Chandra , Toni Pratama, Jasman, Ahmad Gusairi, Supiandi, Dewi Sekar Sari, Ratna Mareta, Dwiki Dhaswara dan Umi Susilawati yang telah melahirkan puluhan buku.

Sementara dari kluster pelajar, sejumlah nama penulis muda Bangka Selatan lahir , diantaranya Musdah Quratul Aini dengan kumpulan cerpennya Disleksia, Khoiriah Apriza dengan buku Ayah, Aku Rindu, Putri Rahmawati dan para pelajar SMPN 2 Toboali dengan kumpulan cerpen Kupu-kupu Kertas.

Tak heran bila saat gebyar literasi tahun 2023 lalu, rak- rak display buku acara gebyar literasi itu dihiasi buku karya para penulis asal negeri Junjung Behaoh. Amat membanggakan.

Tahun ini akan lahir buku esai karya para esais Bangka Selatan yang tergabung dalam Inkubator literasi Pustaka Nasional yang merupakan kerjasama dengan Perpustakaan Nasional dan diterbitkan Perpusnas Press.

Lima belas (15) esai dari esais Bangka Selatan akan siap menghiasi rak-rak buku perpustakaan di seluruh Indonesia.

Melalui buku karya para penulis dari Bangka Selatan, para penikmat buku akan melirik daerah yang memiliki sumber alam berupa pantai yang indah ini.

Lewat karya para penulis buku asal Negeri Junjung Behaoh ini daerah ini akan berdaya saing dengan daerah lainnya di Indonesia.

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
( Pramoedya Ananta Toer )

Ayo kita menulis buku.
Selamat Hari Buku Nasional.

Exit mobile version