Sastra  

Goresan Gadis

Sumber Ilustrasi : Kibrispdr.org

Karya : Maria Sareng Putri

Dibawah gubuk sederhana, ditemani suara bising jangkrik yang bersuara nakal, seorang gadis duduk bersantai di papan gubuk. Tampaknya dia sedang merenung.

Sementara tangannya tak henti membuat sambungan-sambungan titik diatas kertas lusuh tempat bercerita.

Suasana malam ini terasa hening seolah mendukung gadis remaja yang sedang berbagi rasa dengan benda bisu dihadapannya. Cakrawala menunjukkan bahwa dirinya berpihak kepada sang gadis . Terrbukti dengan mutiara cakrawala yang menerangi bumi.

Lembar pertama buku itu menceritakan tentang profil dan segala mimpi yang dia miliki.

Terlahir dari keluarga sederhana bukanlah sebuah kesialan tetapi sebuah keberuntungan yang mengajarkan arti perjuangan yang sesungguhnya.

Saat membuka lembaran sebelumnya, lembaran dimana dirinya bercerita tentang proses pencapaian puncak ini.

Dirinya terhenti, membaca bait-demi bait yang tergores di sana. Matanya terpejam sejenak.

Memorinya membawa ke masa silam.
Tes semifinal dilakukan. Di saat sang purnama sudah mulai bangkit dari dalam sana, gadis itu masih setia berhadapan dengan benda hasil kecerdasan para ahli. Monitor dihadapannya masih bersinar, bak cahaya ilahi. Tangannya tak henti menekan nuts keyboard didepannya. Hatinya dilanda kegelisahan. Suasana hening disekitar membuat dirinya seakan dunia milik dirinya seorang.
Gumaman pelan membaca tulisan di layar modern terdengar sangat jelas.

Tiada siapapun di ruangan penuh ilmu ini, hanya dirinya seorang. Tempat ia menimba ilmu saat ini tidak tidak memiliki penghuni lain selain dirinya dan makhluk astral yang tak terlihat itu.

Bagaimana mungkin ada orang disaat purnama sudah mulai memberontak keluar.

“Huft…” Desisnya pelan ketika jari jemarinya telah berhenti menjawab berbagai soal rumit di layar canggih itu.

Melihat kesana kemari, entah apa yang dia pikirkan. Hanya dirinya dan Tuhan yang tahu. Tangannya dengan gesit mengambil benda canggih, tipis, dan multi fungsi itu. Masih ada satu pekerjaan yang belum usai. Dan harus segera di selesaikan dengan cepat, karena hari ini jadwal terakhir pengumpulannya . Tapi entah kenapa benda canggih yang ada di genggamannya itu tiba-tiba mati. Tidak ak berfungsi. Dirinya kelabakan. Takut. Satu hal yang pasti saat ini dirinya rasakan.

Bayangkan dirinya hanya seorang gadis kecil yang menyendiri diruang menyeramkan ini seorang diri. Sedangkan pekerjaannya harus segera terselesaikan. Rasa takutnya akhirnya mengalahkan keberaniannya.
Berhasil melumpuhkan sosok gadis yang dianggap tangguh oleh orang sekitarnya. Dia menangis…… Air mata terjun bebas dipelupuknya. Beruntung tak ada siapa pun disini jadi dirinya tak perlu merasa malu.

Adzan isya berkumandang. Semua umat muslim segera menuju tempat ternyaman nya.

Dan tepat saat itu pekerjaan nya selesai, rasa syukur dan terimakasih tak henti dia ucapkan.

Dengan segera dia berdoa kepada Tuhan. Setelah berdoa dirinya dengan tak sabaran menarik tas sekolah yang ada disampingnya. Mengemasi segala barang yang dibawa dan menuju ke rumah.

Suasana hening membuatnya tak sadar air mata mulai menetes dari pelupuknya, membanjiri pipi mulus nan manis sang gadis.

Tidak. Ini bukan tangisan kesedihan melainkan tangisan kebahagiaan.

Saat tinta merah mulai menggores diakhir cerita ucapan “terimakasih” dilontarkannya .

Pikirannya langsung tertuju kepada aktor hebat dibalik keberhasilannya hari ini.

Orang tua, guru, teman, keluarga, dan dirinya sendiri.
“Terimakasih telah berjuang dan bertahan sejauh ini untuk jiwa dan raga penuh luka.”

Rasa syukur tak henti keluar dari lisan menunjukkan tokoh utama dari kisah hidupnya, sang pencipta sendiri.

Setelah melewati berbagai banyak proses yang panjang dihiasi dengan luka dan kesedihan kini berbuah manis.

Sebagai seorang gadis kecil, dirinya patut bangga atas pencapaian ini. Tak Mudah mencapai mimpi yang saat ini dia rasakan.

Sejak kecil dirinya sudah terbiasa dengan berjuang.

Keadaan menuntut dirinya untuk berkerja lebih giat lagi dari anak-anak lain seusianya.

Rasanya mutiara yang terbuang kemarin dan rasa lelah raga ini, kini sudah mulai sedikit mengikis.

Bayangan hantu kegagalan, kini berubah dengan malaikat cantik yang berkerja di sampingnya.

” Nanti kalau naik pesawat rasanya gimana ya? Hmmm pasti seru. Ih gak sabar banget pengen ketemu banyak temen, pengen jalan-jalan. Aaaa akhirnya aku bisa naik pesawat sebelum legal. Senang banget.” Ungkapnya dengan nada riang.

Mata sayu dan kerutan wajah kini berubah dengan mata sipit dan bulan sabit menghiasi rupa rupawan nya.

Hari ini dirinya sadar, setiap anak berhak bahagia. Dirinya percaya gadis dari keluarga sederhana pun bisa menggapai mimpi dan meraih impian kebahagiaan.

Dalam dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin. Mimpi itu gratis. Maka ambillah yang termahal diantara yang mahal.

Exit mobile version